"24"

4.7K 177 21
                                    


Dhuha pov

Tanpa banyak omong sana sini aku izin pada atasan akan pulang lebih dahulu karena kasian si kembar udah merah merah kulitnya gara gara kepanasan,terlebih dahulu ku bawa barang barang bawaanku ke tempat parkir dan menyuruh alma menunggu di tempat teduh bersama anak anak karena lumayan banyak barang barang yang ku bawa supaya nanti bisa mengendong abang kasian dia juga kaya nya kecapean di liat dari cara dia memeluk ku dan menyender di pundak seakan akan dia ingin tidur.sesudah selesai ku kembali ke tempat alma dan anak anak tadi menunggu.

"yukk udah selesai ko."ku gendong abang

"iyah.eh diliat liat kamu kurusan kak."

" iya lah orang di sana ga ada yang ngurus,biasanya masak,nyuci,setrika sama siapin baju kan kamu be lahh di sana segala sendiri."

"alesan sebelum nikah juga kan kamu segala sama sendiri."

"ya kan beda setelah ada kamu kan aku jadi ke tergantungan sama kamu be."sambil ku menatap wajah nya dan ku beri kedipan mata

"dihh malah gombal,cepet ahh panass."

"yehh jarang jarang suami kamu ini gombal lohh."

" iyah deh cepet!kasian anak anak udah kepanasan."

Tak terasa udah sampe lagi di rumah yang serba biru biru ini.ku bantu alma terlebih dahulu membawa abang yang tertidur dan ku bawa ke dalam kamar ternyata di rumah semua keluarga lagi pada kumpul eh tapi ga ada mamah sama papah sih cuma umi abi dan nisya,di kembar yang ikut tertidur juga di baringkan dikamar.
Acara penyambutan kepulangan ku di rumah umi masak masak makanan favoritku uhhh kangenn...
Ku tunda rencana ingin bermesra mesraan dengan istri sekarang waktunya dengan keluarga dulu kan sama istri bisa nanti malam hihihi......

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Alma berdiri di depan kalender. Beberapa hari lagi kami akan melewati tanggal istimewa.

Seingat alma kita jarang bertengkar. Kalau bukan alma duluan yang cari gara-gara, sepertinya kita tak akan pernah bertengkar. Penyebabnya pun bisa masalah sepele yang bagi alma kadang sangat menjengkelkan. Alma bisa menerimanya dengan lapang dada kalau dhuha sedang cuek, tapi keimanan alma lagi tipis dia bisa uring-uringan karenanya.

Dhuha tidak romantis. Dia kadang nggak ngeh dengan apa yang alma mau. Padahal menurut alma, dari bahasa tubuh saja seharusnya dia bisa menangkap keinginan alma. Orangnya cuek bebek, walupun selera humornya oke juga hingga kadang kita sering melewati hari dengan kelucuan-kelucuan yang menyegarkan. Misalnya, dhuha tak malu mengajak alma berjoget kalau kebetulan mendengarkan lagu dangdut. Gayanya dengan jempol ketemu jempol dengan mata dimerem-meremkan kadang membuat alma tertawa sampai sakit perut. Soalnya alma pada saat yang sama kadang suka membayangkan bagaimana berwibawanya dia di tempatnya bekerja.

"Aku bilangin bapak-bapak danki baru tahu rasa lho!" goda alma mencandainya.

"Alaah, kamu juga, di data dulu katanya pendiam, tahunya cerewetnya 'nggak tahaaaan'!" balasnya.

Ia mengungkit data waktu kami taaruf dulu. Kami menikah tanpa pacaran, tapi dikenalkan oleh orang tua. Orang tua yang jadi mak comblang itu bilang padanya kalau alma pendiam. Kenyataanya alma memang pendiam kalau sedang tidur. Tapi kalau dia begitu, ya... terpaksa alma jadi cerewet.

Jam delapan malam saat kepulangan umi dan juga abi sekeluarga. Alma dan juga dhuha duduk di sofa. Tak lupa alma mengambilkan makanan kecil, lalu saling betukar cerita tentang kejadian yang dhuha alami selama di afrika .sambil menikmati kemesran mereka berdua tanpa anak-anak kebetulam sudah tidur, jadi mereka bisa mengobrol alma yang bersandar di dada bidang milik dhuha dan dhuha yang mengeratkan pelukan nya sambil mengecup beberapa kali puncak kepala alma.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dipenghujung WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang