"20"

6K 242 32
                                    

Mendung menurunkan rintik airnya dari langit. Hawa kesedihan campur kebanggaan mengambang. Menyelimuti ratusan istri dan keluarga para prajurit dari Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 641/Beruang yang sembilan bulan kedepan akan bertugas di perbatasan Africa.

Seorang wanita bertubuh kecil berkemeja biru dengan jilbab polkadot merangsek maju, berupaya menerobos kerumunan. Sama seperti istri prajurit lainnya, Alma ingin mengantar kepergian suaminya. Dua kali ia berhenti, menghela punggung. Perutnya yang mulai membuncit membuatnya mudah lelah dan membawa farzan di gendongan nya.

Ia hampir tak peduli dengan keadaan sekitarnya. Tatapannya hanya tertuju ke Kapal Republik Indonesia (KRI). Sesekali tangan mengecup farzan dan mengusap perutnya, juga menyeka keringat di wajah dengan ujung jilbabnya.

Tak lama, yang ditunggu turun juga. Anggota Yonif Raider 641/Beruang mulai berkumpul. Setiap pria berseragam loreng  itu bergegas menghampiri mereka yang telah menunggu di bandara.

Sesosok tegap menghampiri Alma yang akhirnya memeluk dhuha. setelah sempat saling menatap tiba-tiba mereka tersenyum. Tidak lebar, sedikit canggung. Perpisahan, meski sementara, memang menyedihkan.

Dhuha, langsung menyentuhkan tangannya di perut Alma. Tempat di mana buah hatinya bermukim sementara sebelum menghirup udara pertama di dunia. Tangannya agak bergetar, barangkali dia sungkan untuk memeluk istrinya itu di tengah keramaian.

mencium perut Alma,dhuha tanpa ragu membungkuk. Ia mencium perut istrinya. Para prajurit dan istri lainnya seketika menatap haru menyaksikan momen itu.

Air mata Alma berlinang. Sambil menggigit bibir bawahnya, ia mengangkat tangan mengusap wajah suaminya. Digenggamnya tangan Dhuha yang berada di perutnya. Mungkin sama-sama merasakan gerakan janin mereka. Komunikasi tanpa suara itu berlangsung seolah selamanya.

“kaka pergi sembilan bulan kali ini. Semoga selalu sehat, ingat anak-istri. Semoga tugas demi negara ini berhasil baik,” lirih Alma berpesan. “Saya hanya bisa berpasrah, menitipkan adek kepada Allah dan keluarga di sini,” tutur Dhuha sambil merangkul bahu Alma sesekali mengecup kening farzan yang mentap polos pada nya.

Ia terlihat tegar ketika ditanya bagaimana persiapannya melahirkan tanpa didampingi suami. “Saya pasrah. Ini konsekuensi sebagai istri tentara. Harus strooong, bukan cuma stong (kuat),” selorohnya, masih terus menggenggam tangan Dhuha.

Di samping pasangan itu,Umi menahan air mata. Ia mengantar kepergian Anak nya.

Tak lupa umi dan juga abi yang ikut hadir memanjatkan doa bagi anaknya, “Pergi sehat, pulang sehat juga."

"Insyaallah umi abi."ucap nya menyalimi kedua tangan orang tua nynya, pandangan dhuha kembali beralih ke farzan kemudian mengendong nya.

"Ayah pergi dulu yah, jaga bunda sama dedek nya oke?."dhuha mencium farzan bertubi tubi membuat farzan tergelak kegelian.

"Yahh.. Yah... Uhh."ucapnya menepuk wajah farzan

"Iyah ayah mau pergi, kiss dulu?."farzan mencium pipi dhuha sebentar kemudian pindah ke pipi sebelah kiri.

Dhuha memberikan farzan pada umi yang ada di sebelah alma."jaga diri baik baik ya,aku pergi cupp...jangan nangis."mengusap air mata alma

"Cepet pulang yahh, jangan lama lama harus inget ada yang nunggu kamu ka."dhuha menganggu kemudian berpamitan dengan yang lain dan mulai siap siap untuk persiapan penerbangan.

Alma pov

Ternyata aku harus tinggal di asrama selama dhuha pergi tugas, seperti biasa istri tni harus mengikuti kegiatan seperti biasa kala suami ada ternyata suami tidak ada pun di wajibkan mengikuti kegiatan tersebut. Di asrama sekarang aku hanya bertiga bersama si dedek dalam perut untung nya dhuha pergi farzan ga rewel dan yang di dalam perut pun ga rewel, ternyata mual mual serta ngidam ingin ini itu sekarang dhuha yang merasakan nya kasian sih lagi tugas di negara orang tapi mau gimana lagi toh itu perbuatan dia nya sendiri ko.Kandungan ku usianya sudah 4 bulan lebih sebelum dhuha pergi tugas kita sempat mengadakan acara 4 bulanan sambil meminta keselamatan dhuha selama pergi tugas.

Dipenghujung WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang