Elly melalui ruangan koridor dengan langkah gontai, hatinya berdebar saat ini untuk memasuki kampus apalagi mengingati tentang ancaman Andika yang ingin membongkar rahsianya jika gadis itu tidak menuruti kemahuannya untuk menjadi kekasihnya.
Elly memasuki kelasnya seraya duduk dibangkunya matanya meliar meihat sekeliling ruangan kelasnya, Della yang baru datang merasa hairan dengan tingkah sahabatnya itu, "nyari apa El?" kata Della penasaran, Elly hanya mengeleng menjawab pertanyaan gadis disampingnya itu "ga..nyari papa aku pengen nanya sesuatu ni" kata Elly ragu-ragu untuk menanyakan jika benaran Andika sudah membongkar rahsiannya.
"ada yang nyebarin berita tentang aku ga?" kata Elly menoleh kiri kanan memastikan tiada yang mendengar perbicaraan mereka, "ga ada tuh, lagian berita tentang apa sih?" tanya Della curiga dengan pertanyaan sabahatnya itu. Elly mengeleng pura-pura tidak tahu dan berpikir mungkin apa yang dikatakan Elsie semalam tentang Andika ada benarnya.
Elly buru-buru keluar kelas ketika bel istrirehat berbunyi tanpa menunggu Della mahupun Ben pergi bersamannya. Ben mengekori Elly yang berjalan menuju kelas Andika membuatnya curiga dengan gadis itu, Della tidak dapat menemaninya kerana dia harus menyelasaikan tugasan dengan kelompoknya.
Elly berdiri didepan pintu kelas Andika mengincar isi kelas tersebut, Evan yang baru saja ingin keluar sontak kaget melihat gadis itu berdiri didepannya "El? kamu ngapain disini? apa kamu salah kelas?" tanya Evan hairan mengaruk kepalanya yang tidak gatal memandang gadis didepannya itu.
Elly tersenyum mengeleng kepala menjawab pertanyaan Evan "ga, aku sini nyari Dika" kata gadis itu, "ohh Dika..bentar ya aku panggil" baru saja Evan ingin berpaling ke belakang Andika sudah berdiri didepannya membuatnya terkejut. Evan memberitahu Andika bahawa Elly mencarinya, Andika hanya mendengus tersenyum paksa menemui gadis itu yang masih setia berdiri didepan pintu kelas mereka.
Dari jauh Ben memerhatikan Elly berbicara dengan Evan sehingga Andika muncul didepanya dan dengan selamba gadis itu menarik tangan Andika keluar dari kelas menuju ke taman belakang kampus mereka. Baru saja lelaki itu ingin melangkah mengekori mereka, salah satu temannya menepuk pundaknya memberitahunya Pak Asri memanggilnya untuk ke ruangan guru saat itu juga. Membuatnya kesal tidak dapat memerhatikan gerak geri mereka berdua.
Elly menarik tangan Andika hingga ke taman belakang kampus mereka, tanpa melepaskan pegangannya Andika duduk secara bertentangan dengan gadis didepannya itu, wajah gadis itu kelihatan serius memandang dirinya "aku pengen kamu jujur sama aku" kata Elly merenung tajam wajah lelaki itu yang hanya diam membisu.
"apa benar ucapan kamu kemarin?" tanya gadis itu ingin kepastian dari lelaki itu, Andika merenung tepat di mata gadis itu dan kini tangannya yang mengengam erat tangan gadis itu.
"aku ga penah suka sama mana-mana cewek sebelum ini kecuali bunda aku, dan aku selalu merasa nyaman setiap kali kamu dekat dengan aku, malahan setiap melihat senyuman yang terukir dibibir kamu, aku merasa sesuatu yang tidak pernah aku rasakan selama ini" ucap Andika tulus mengengam erat tangan gadis itu ke dadanya.
Elly mencari kebenaran disebalik ucapan pria itu dengan menatap matanya, terpancar kejujuran dari mata pria itu. Tetapi Ellly masih meraguinya "apa benar ucapan kamu itu? apa kamu memilih aku bukan kerana rupa atau harta yang aku miliki?" tanya gadis itu mengangkat sebelah alis keningnya merenung lelaki itu.
Andika malah tertawa mendengar ucapan gadis itu, "apa perlu semua itu? apa memilih paras rupa atau harta itu begitu penting untuk mendapatkan cinta?" kata Andika tersenyum melirik gadis itu yang sudah merona merah dengan ucapannya.
"jika aku harus memilih rupa atau harta untuk mendapatkan cinta pasti aku sudah memilih gadis lain berbanding kamu" kata Andika, gadis itu merasa tersindir dengan ucapan lelaki itu hatinya seolah terguris olehnya.
"terus mengapa kamu memilih aku? jika ada cewek lain yang lebih cantik dan kaya berbanding aku" kata Elly kesal mencoba melepaskan tangannya dari gengaman lelaki itu yang semakin erat mengengamnya dan senyuman manis masih terukir dibibir lelaki itu membuatnya bertambah kesal.
"Arianna Danielle S.Ichigo..nama itu indah, sangat indah seperti sinaran cahaya yang terpancar dimata pemiliknya sehingga bisa membuat detak jantung ku terhenti seketika setiap kali menatapnya, senyumannya sering membuat aku jadi salah tingkah apabila bersama dengannya" kata Andika tersenyum meluahkan segala isi hati kepada gadis yang kembali merenungnya dengan tatapan yang sangat bererti.
"Tapi Dika..di kampus.." belum sempat gadis itu melanjutkan kata-katanya Andika terlebih dahulu meletakkan jari telunjuknya dibibir gadis itu membuatnya terkesima, "aku terima semua tentang kamu ga kira kamu sebagai Elly atau Arianna yang pasti aku tulus ingin memiliki hati kamu" kata Andika merenung kedalam mata gadis itu.
"aku tidak butuh jawapan dari kamu sekarang, aku akan menunggu jawapan kamu jika kamu sudah bersedia" kata Andika tidak ingin memaksa gadis itu untuk menerimannya sekarang. "aku ga tahu harus ngomong apa sekarang" kata Elly bingung harus mengatakan apa tentang lamaran pria itu untuk menjadi kekasihnya.
"jika kamu menelepon aku dan HP aku berdering 3 kali bererti kamu menerima tapi jika hanya berdering sekali bererti kamu menolak, tapi aku menerima semua keputusan kamu dengan baik kerana itu hak kamu dan aku ga bisa maksa kamu untuk mencintai aku sekarang" kata Andika tersenyum meskipun berat baginya jika gadis itu menolaknya tapi dia harus yakin pada takdir.
YOU ARE READING
Imperfect vs Perfect couple
FanfictionAndika seorang lelaki yang berhati keras selalu bersikap dingin terhadap gadis-gadis yang coba mendekati dirinya, kerna masa lalu yang amat perit telah dilaluinya sehingga dia bersikap sedemikian. Dia mempunyai satu rahsia besar yang hanya diketahui...