Chapter 22

60 3 0
                                    

Arianna mundar mandir didepan Dylan yang merasa bingung dengan tingkah gadis dihadapnnya itu, "kamu kenapa sih Aria? lagi kebelet ya? dari tadi mundar mandir mulu" kata Lelaki itu mengangkat sebelah alis keningnya merenung gadis diidepannya itu.

Arianna mengigit hujung ibu jarinya dengan raut wajah yang runsing memikirkan jawapannya untuk lamaran Andika kemarin, lantas duduk disamping Dylan membuat lelaki itu tersontak kaget dengan tindakkannya yang tiba-tiba duduk disebelahnya dan mengeserkan tubuhnya sedikit. "kamu apaan sih Aria geser-geser?" kata lelaki itu sebal menoleh gadis disampingnya itu.

Arianna menoleh ke arah Dylan dengan raut wajah yang sukar di pahami lelaki itu, "aku lagi bingung ne Dylan" ketus Arianna memayunkan bibirnya, "bingung kenapa?" tanya Dylan penasaran. 

"jika kamu ketemu sama cewek yang ga cantik malahan dia juga aneh, apa kamu akan terima?" tanya gadis itu ingin mencari kepastian dari sahabat baiknya itu. 

"ya tergantung berapa lama aku sudah kenalan sama dia? dan didunia ini kita tidak boleh bilang seseorang itu ga cantik atau jelek kerana itu sama aja kamu menghina ciptaan Allah" kata Dylan, meskipun keluarganya serba kemampuan tetapi dia tidak pernah memandang rendah atau menilai seseorang itu hanya dari penampilan mahupun harta seseorang itu. 

"tapi orang ini nyebalin banget dan sering bikin kesal" kata Arianna menyilang tangannya mendengus kesal membayangkan wajah Andika ketika ini. "hahaha..aku rasa, aku tahu kamu lagi membicarakan tentang siapa?" kata Dylan mengedik kedua alis keningnya tersenyum nakal didepan gadis itu.

"apaan sih Dylan? sotoy banget sih kamu!" kata Arianna kesal memukul lengan Dylan bertubi-tubi, "kalau aku jadi kamu Aria, aku terima aja Dika sebagai pacar aku ga rugi ko jadi cewek dia hehehe" ucap Dylan mengoda Arianna yang sudah memayunkan bibirny memaling tubuhnya ke depan.

"terima aja kali, Dika itu emang cowoknya dingin dan sedikit kasar sih, tapi sebenarnya dia tuh seru ko kalau kamu kenal dia" kata Dylan senang mendengar kabar sahabat barunya itu melamar gadis diidepannya itu untuk menjadi kekasihnya.

Arianna diam memikirkan ucapan Dylan sebentar tadi, mungkin ada benarnya kata lelaki itu dia perlu memberi peluang kepada Andika jika dia benaran tulus ingin memiliki hati gadis itu yang sudah lama terbiar kosong sejak dilukai oleh insan yang bernama Enzo, kekasih yang sudah menduakan dirinya ketika dia masih menetap di Italy.

Setelah pulang ke rumah Arianna langsung mendail nomor Andika, pada awalnya dia masih ragu-ragu dengan keputusan untuk menerima Andika dan memilih untuk mendering satu kali.

Ditempat lain, Andika yang baru saja selesai latihan basket bersama teman-temannya mendengar bunyi deringan ponselnya dan tertera "My Amazing Girl" di layarnya, tapi mengapa hanya sekali gadis itu mendailnya. Andika merasa hampa saat mengetahui gadis itu menolak dirinya sebagai kekasihnya, Andika menatap layar ponselnya menunggu deringan yang seterusnya tetapi hampa hampir 1 jam dia menunggu masih tidak ada.

Andika memutuskan untuk langsung pulang ke rumahnya, baru saja dia ingin membonceng motornya ponselnya berdering lagi tapi kali ini sebanyak 3 kali membuatnya tersenyum senang kerana gadis itu sudi menerima dirinya. Hatinya melonjak riang dan membatalkan hasratnya untuk terus pulang tapi dia malah menuju ke tempat lain.

Arianna masih duduk di gubuk yang kelihatan sangat indah tetapi sederhana dengan corak kayu yang unik terukir disetiap tiangnya. Arianna mengenggam erat iPhonenya setelah mendering sebanyak 3 kali nomor Andika menunggu reaksi dari lelaki itu tetapi tiada jawapan langsung membuat gadis itu bangkit ingin melangkah masuk ke dalam rumahnya.

Baru saja dia turun dari gubuk itu ingin melangkah pergi seseorang sudah berdiri dibelakangnya lalu menghulurkan sekuntum bunga plastik di depan gadis itu membuatnya tersontak. Secara perlahan Andika melangkah berdiri didepan gadis itu dengan mengukir senyuman dibibirnya "Dika?" kata gadis itu tidak percaya lelaki itu berdiri didepannya.

Andika membuat isyarat dengan matanya agar gadis itu menerima bunga ditangannya, gadis itu bingung mengarusk kepalanya yang tidak gatal merenung bunga dan wajah Andika silih berganti tidak mengerti maksud dari pemberiannya itu. Adakah cinta Andika juga seperti bunga palsu ini, dia cuma ingin memilikinya sementara atau dia benaran serius ingin memiliki dirinya.

"bunga ini memang plastik tapi itu tidak bermakna perasaan aku buat kamu tuh palsu, bunga ini tidak akan pernah layu dan sentiasa mekar, jangan menilai bunga ini dari luarannya tapi dari dalamannya sama seperti perasaan aku ke kamu yang tidak akan pernah pudar, " kata Andika merenung tepat ke mata gadis itu menyakinkannya bahawa dia tulus mencintai gadis didepannya itu.

Arianna tersentuh saat mendengar ungkapan lelaki itu dan mengambil bunga pemberian lelaki yang masih setia berdiri didepannya itu. Andika tidak menyangka Arianna akan menerima bunga itu langsung memeluk tubuh gadis itu "makasih kamu sudi menerima aku" ucap Andika dipelukan gadis itu.

Arianna melepaskan pelukkannya secara perlahan ingin menatap wajah pria itu, terpancar di mata lelaki itu seakan belum percaya gadis itu menerimanya dan itu semua bukan kerana syarat yang diberikannya kepada gadis itu tetapi kerana ketulusan hatinya ingin memiliki hati gadis itu seutuhnya.

Andika meminta izin untuk pamit pulang walaupun hatinya berat untuk melepaskan gadis itu walau untuk sesaat ketika ini tetapi langit semakin redup, Andika menarik dagu gadis itu maju kepadanya lalu mengecup kening gadis itu lembut. Terasa hangat saat pria itu mengecup kening Arianna kini dia menyedari ketulusan lelaki itu untuk memiliki dirinya.

Imperfect vs Perfect coupleWhere stories live. Discover now