Elly mundar mandir dari di depan kelasnya mengengam ponselnya menunggu Andika menghubunginya tetapi hampa, dia pasrah mungkin saja kekasihnya itu sedang sibuk mengerjakan sesuatu atau membereskan barang-barang kerana dia sudah menyatakan besok dia akan pulang.
Dengan perasaan resah Elly membuat keputusan untuk keluar menuju taman kampus mereka. Elly duduk di bangku taman yang menjadi saksi lamaran Andika kepada dirinya beberapa minggu yang lalu, betapa rindunya dia saat ingin dengan pria itu.
Sungguh tidak disangka perkenalan yang begitu singkat telah menimbulkan bibit cinta diantara mereka berdua tanpa disedari, sungguh indah hari-hari yang mereka luangi bersama setelah mereka resmi pacaran.
Tiba-tiba ponsel Elly berdering menandakan ada SMS yang masuk, sepertinya dari nomor yang tidak dikenalinya tanpa membuang waktu Elly langsung membuka isi SMS tersebut.
"anda akan menemukan satu sampul di atas meja anda, mungkin anda penasaran? Tapi yakinlah pria itu tidak seperti yang anda kira" isi yang tertulis didalam surat itu seolah memberikan satu amaran kepada dirinya tapi dari siapa? Dan mengapa dia berkata begitu.
Tanpa membuang waktu Elly bergegas menuju kelasnya, dia menemui sepucuk sampul di atas mejanya, hatinya berdebar saat ingin membuka sampul tersebut. Mungkin saja isi sampul itu mengenai orang yang dia sayang atau sesuatu telah terjadi kepada Andika.
Elly membuka sampulnya secara perlahan-lahan tangan nya bergetar saat melihat isi sampul tersebut, airmatanya merocoh keluar tanpa amaran.
Hatinya serasa terguris menatap foto diatas tangannya itu, Della dan Ben yang baru memasuki kelas melihat Elly menangis seorang diri di depan bangkunya lalu menghampiri gadis itu "El..kamu kenapa?" tanya Della khawatir dengan sahabatnya itu. Elly mencoba menenangkan dirinya lalu keluar meninggalkan mereka berdua begitu saja.
"El..tunggu..kamu kenapa?!" teriak Della dan Ben bersamaan tapi Elly sudah buru-buru keluar dari kelasnya, tangannya masih mengengam sampul itu dengan erat menangis sepenuh hatinya.
Dia merasa semua harapannya sudah musnah "mengapa? Mengapa ini harus terjadi lagi?" kata gadis itu lirih kepada dirinya sendiri menyandarkan tubuhnya dibelakang tembok sehingga terduduk menekup wajahnya.
Perih itulah yang dirasakannya saat ini, dia melihat foto Andika bermesraaan dengan gadis yang berbeda-beda didalam sampul tersebut. Ingin saja dia menghubungi pria itu untuk mendengar penerangan dari dirinya sendiri tapi dirinya takut tidak kuat mendengar segala kebohongan yang keluar dari mulut pria itu yang hanya akan menambah luka dihatinya.
Elly segera mengambil ponselnya dari saku mendail nomor Aldo, saat ini yang diperlukannya adalah abangnya yang selama ini setia menemani dirinya setiap kali hati gadis itu terluka kerana insan yang bernama lelaki termasuk kekasih lamanya Enzo.
Aldo mengangkat dengan segera setelah mendengar deringan ponselnya dengan tertera nama adik kesayangannya itu meskipun ketika itu dia sedang dalam rapat dengan pengusaha firma lain.
Aldo meminta izin untuk keluar menjawab panggilan tersebut kerana keluarga adalah yang terpenting bagi dirinya "hello?" kata Aldo setelah keluar dari ruangan rapat.
Mata Aldo membulat saat mendengar esakkan tangis adiknya yang sudah sekian lama tidak didengarnya setelah mereka kembali menjejakkan kaki ke negara ini, Aldo panik jika sesuatu yang buruk telah terjadi kepada gadis itu lalu bertanya "Arianna? Kamu kenapa?" ucap lelaki itu khawatir.
Arianna mengatakan dia ingin pulang dengan segera dan harus dirinya yang menjemputnya bukan Dylan atau orang lain, Aldo mengangguk mengerti dengan kehendak gadis itu seolah dia berada didepannya saat ini.
Aldo kembali masuk keruangan tersebut setelah memutuskan taliannya dengan memohon maaf kepada para pengusaha lain dia harus pergi sekarang kerana urusan penting.
Aldo tiba di depan kampus adiknya kurang dari 15 menit, begitu paniknya dirinya sehingga sanggup membahaya dirinya memandu dengan kelajuan lebih dari 160km/h demi gadis itu dari perusahaannya. Aldo turun dari mobilnya menghampiri gadis itu saat melihat dia duduk ditangga dengan wajah yang ditekup memeluk kedua kakinya.
"Aria.." panggil lelaki itu berdiri didepan gadis itu, Elly mendongak saat namanya di sebut menatap sayu wajah pria didepannya seraya memeluknya erat.
Aldo merasa simpati dengan gadis itu sepertinya sesuatu telah terjadi kepada gadis kesayangannya itu sehingga membuatnya menangis seperti itu di kampus.
Ben tidak sengaja melihat Arianna menangis dalam pelukan Aldo depan kampus mereka, Ben mengepal tangannya kencang memukul tembok didepanya api cemburunya semakin membara rencananya untuk membuat gadis itu membenci Andika seakan berjaya tetapi pria lain yang datang disaat gadis itu terluka.
Mengapa bukan dirinya yang dijadikan tempat sandaran bagi gadis itu? Mengapa?.
Dirinya merasa sangat kesal, harapannya untuk mendapat gadis itu semakin pudar tetapi dia tidak akan pernah berputus asa untuk mendapatkannya.
Sepanjang perjalanan pulang, Arianna tanpa henti menangis membuat Aldo bingung bagaimana menghibur hati adik kesayangannya itu apalagi disaat ini Dylan sudah kembali pulang ke Bali.
"Aria..please stop crying" kata Aldo mendiami adiknya itu agar dia berhenti menangis, tapi tangisannya semakin kencang membuat Aldo runsing mengaruk kepalanya yang tidak gatal apalagi dia tidak konsen dalam pemanduannya.
Akhirnya Aldo mengambil keputusan untuk menghubungi Alessia agar dapat membantunya untuk menghibur Arianna setelah pulang ke rumah nanti.
YOU ARE READING
Imperfect vs Perfect couple
Fiksi PenggemarAndika seorang lelaki yang berhati keras selalu bersikap dingin terhadap gadis-gadis yang coba mendekati dirinya, kerna masa lalu yang amat perit telah dilaluinya sehingga dia bersikap sedemikian. Dia mempunyai satu rahsia besar yang hanya diketahui...