'Are there people who live as bad as me? Please don't make me the most unlucky person in the world!'
"Pendapatku... selalu dianggap remeh dan tidak diperdulikan..."
-KJN-
#1 parkchayeong
#2 ena
#2 p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jennie menangis di kamar. Sebelumnya ia mengunci pintu kamarnya, ia benar benar kesal tapi dia juga tidak bisa memberontak.
'Drrt...drrt...'
Handphone nya berbunyi.
"Lisa?" Gumamnya.
"Hal-
"HEI! KAU BILANG SEKARANG KAU DI KOREA? YANG BENAR SAJA. Aku bisa gila jika begini." Ucap orang diseberang sana. Seketika Jennie menjauhkan hp nya dari telinganya.
Bisa bisa gendang telinganya pecah sekarang.
Lisa sudah tau Jennie di Korea karena sebelumnya Jennie mengirim pesan di tengah malam.
"Sekarang ada yang lebih parah lagi, Lisa."
"Memang apa?" Tanya di sebrang sana.
"Aku...aku, aku em.. itu, anu-
"Cepat bodoh, Aku penasaran."
"Aku tidak mengerti cara mengatakannya tapi aku dijodohkan" Ucap Jennie sambil sedikit memejamkan matanya.
"Aku benar benar gila sekarang, Aku salah dengar sepertinya."
"Ti-tidak, kau tidak salah dengar. Aku benar benar dijodohkan." Ucap Jennie dengan menurunkan nada bicaranya.
"Dengan siapa? Bagaimana jika sebenarnya dia jahat? Dia bermuka dua? Dia psycho? Dia arghh! Aku kesal!"
"Don't worry Lisa, aku baik baik saja. Sepertinya ini takdirku ha...ha" Ucap Jennie sambil tertawa miris.
"Jennie, jangan pura pura mengatakan bahwa kau baik baik saja. Datanglah padaku kapanpun kau membutuhkanku, aku selalu ada untukmu, maaf aku tidak bisa berada disampingmu saat ini." Balas Lisa sambil menunjukkan raut wajah khawatirnya, walaupun Jennie tidak dapat melihatnya.
"Thanks Lisa, kau membuatku lebih baik." Ucap Jennie sambil menyeka beberapa air matanya, dia harus terlihat kuat didepan Lisa.
"Sama sama... Kututup ya Jennie, Bye."
"Bye, Lisa."
"Pasti aku akan membutuhkan Lisa" Ini adalah ucapan terakhirnya sebelum ia tertidur.
•••
'Drrt...drrt'
"Eunggh...siapa?" Barusan Jennie langsung mengangkat telepon itu tanpa tahu dari siapa lawan bicaranya disebrang sana.
"Astaga, Sayang. Kau tertidur? Cepatlah bersiap, Ingat? Kita harus makan malam bersama 'dia' sebentar lagi." Di sebrang sana tetap saja mengoceh.
Jennie melihat siapa yang menelfonnya. Terletak kalimat 'Mom' di layar handphone nya.
'Astaga, aku mengangkat telpon yang salah' Gumam Jennie sambil mematikan panggilan itu.
