02.

29.7K 888 21
                                    

Alarm ponselku berbunyi. Kusapu layar ponselku keatas. Berisik banget kau alarm. Kulirik jam yang ada dibagian atas layar. Astaga, jam 08:00. Buru-buru kurapikan kasur dan bonekaku yang sudah tercampak kemana-mana. Setelah itu aku mandi dan bersiap-siap untuk ke kampus jumpai pangeran tampanque si Joko Sembung.

Aku panasin motor matic putih kesayanganku sambil duduk diatasnya. Kuambil ponsel yang ada didalam ranselku. Sudah kuduga pasti temen-temen sablengku ribut di grub.

Mai
Aira, mana kau?

Kay
Jangan bilang kau masih tidur
😤

Mai
Cepat kesini

Kay
Fix, masih tdur nih org

Me
Iya bentar, aku ngeprint dulu cuy. Sabar jangan kalian tinggalin aku.

Mai
Ngeprint dikampus aja tempat bang ade

Me
Mahal keles

Kay
Duit kau kan banyak. Cepetan Ra. Dahlah pulang aja aku sama mai.

Me
Banyak mbahmu.
Oke2, aku kesana nih

Via
Aku otw nih

Kulajukan motorku langsung kekampus. Yang tadi niatan mau mampir ke tempat print terdekat dan murah aku urungkan. Sebab para temen sablengku sudah merepet macam janda. Sebenernya malas aku ngeprint di kampus, bukan apa-apa, mahal cuuyyy. Sebagai anak kos yang jauh dari jangkauan orang tua dan hanya dikirim uang 2 minggu sekali, aku kudu hemat.

Setelah sampai dikampus aku menghampiri Kay dan Mai. Si Via udah di ruang dosen katanya lagi bimbingan.

"Lama kali kau ini." Kay merepet janda.

"Ntah, dah dari tadi kami nunggu. Dah sana jumpai bebeb kau." Ini janda kedua, si Mai.

"Aku ngeprint dulu lah, baru jumpai si joko sembung."

"Cepatlah."

"Jangan lama-lama ya, aku dah lapar ni." Mai mengusap-usap perutnya.

"Iya janda." Jawabku. Aku berjalan menuju tempat print. Tumben sunyi. Biasanya print tempat Bang Ade ini selalu ramai. Biarpun agak mahal tapi karena dekat ya akhirnya mahasiswa banyak yang print disini khususnya mahasiswa di fakultasku.

Aku duduk di depan komputer sambil menunggu kertas-kertas bimbingan skripsiku keluar dari mesin print. Sendirian aku disini, tadi waktu aku datang Bang Ade pergi sebentar, katanya mau ke toilet. Jadilah aku disuruh sekalian jagain tempat ini sampai bang Ade balik.

"Mbak, fotocopy dong."

"Mbak."

"Kak."

"Halo."

"Mbak baju merah."

Baju merah? Aku?
Aku menoleh ke sumber suara.
"Ya Allah pangeran." Aku lupa kalau bang Ade lagi ngga ada. Pantes aja ni orang manggil-manggil.

"Apa?" Tanyanya bingung.

"Oh, eh enggak bang." Aku menepuk-nepuk bibirku. Aku senyum-senyum salah tingkah. Ya Allah dia siapa ya? Ganteng banget. Rapi lagi. Aduhai kau abang.

ABYASA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang