20.

17.7K 641 10
                                    

Mas Aby membuka pintu, ia kembali ke rumah sakit sambil menenteng totebag putihku yang sudah kuduga berisi pakaian gantiku. Sial, pasti Mas Aby sudah melihat isi dalam lemariku.

"Airaaa..." Ternyata Mama Ningrum alias mertuaku datang bersama Mas Aby. Mama Ningrun berhambur memelukku yang duduk di tempat tidur bersandarkan bantal. Kay dan Mai menyingkir duduk ke sofa memberi ruang buat Mama Ningrum. Sementara Via sudah pulang duluan.

"Mama khawatir banget waktu Iyas ngabarin kalau kamu di bawa ke rumah sakit. Malah pas Mama kesini kamu ga sadar-sadar pula."

"Udah baikan kok Ma, cuma bekas tusukannya masih sakit banget kalo dibuat gerak."

"Kamu jangan banyak gerak ya." Mama Ningrum mengelus-elus rambutku sayang.

"Mama sama Papa ga jadi datang, soalnya waktu diperjalanan ga sengaja mobil papa nabrak pengendara motor." Ucap Mas Aby sambil membuka beberapa bekal yang dibawa Mama Ningrum.

"Jadi papa sama mama gimana?" Aku khawatir, takut papa sama mama kenapa-napa.

"Mama sama Papa ga papa, cuma mobilnya agak penyok sedikit. Pengendara motornya masih dirumah sakit, pasangan suami isteri. Isterinya masih dirawat karena sempat pingsan sementara suaminya ada beberapa luka jahitan. Kamu ga usah khawatir, mama sama papa ga papa kok ga terluka sedikitpun. Barusan mereka nelpon Mas, sekarang mereka masih sibuk ngurusin administrasi di rumah sakit." Kata Mas Aby panjang lebar. "Kamu makan dulu ya. Mama udah masakin bubur buat kamu."

"Nanti tolong telponin Mama sama Papa ya, aku mau ngomong."

Mas Aby mengangguk setuju.

"Ra, kami pamit pulang ya." Mai dan Kay berdiri disisi ranjangku.

"Iya, tiati. Makasih ya. Besok kesini lagi ya, biar aku ada temennya." Mai dan Kay pun mengangguk mengiyakan ucapanku. Setelah itu mereka pamit sama Mama Ningrum dan Mas Aby.

Mas Aby dengan telaten menyuapi aku, awalnya aku menolak karena aku bisa makan sendiri. Tapi Mas Aby memaksa. Sementara Mama Ningrum sibuk menyusun pakaian ganti dan beberapa buah serta makanan ke dalam lemari kecil yang ada didekat sofa.

"Aira, maaf ya Mama ga bisa nginep. Padahal Mama pengen ikut jagain kamu disini. Tapi Sakha ga bisa di tinggal, besok mesti diantar sekolah. Sakha juga ga mau dibawa ke rumah sakit, masih trauma dia."

"Iya ga papa Ma, ada Mas Aby kok yang jagain Aira."

Setelah berbincang-bincang dengan Mama Ningrum, beliau pamit pulang. Sekarang dikamar rawat ini hanya ada aku dan Mas Aby.

"Mas laptop aku masih bisa hidup ga ya? Soalnya tadi sempat kebanting. Kirain udah lenyap dibawa perampok itu. Malah semua file skripsi aku di laptop semua lagi."

"Ga pernah kamu backup filenya?"

"Cuma backup file yang sebelum semhas aja. Yang acc tadi belum ada."

"Bentar mas cek dulu." Mas Aby membuka ranselku dan mengeluarkan laptopku. Ia menekan tombol power. Semoga ga mati, semoga ga rusak, semoga gada error, doaku dalam hati.

"Tombol keyboardnya ada yang lepas tiga, tapi bagian layarnya gada yang rusak kok. Datanya aman nih. Ada flashdisk?"

"Ada Mas, cari aja di bagian depan ransel."

"Oh ada. Mas bantu backupin ke fd aja ya. Nanti Mas backup lagi ke email Mas. Kamu tidur gih, istirahat. Ini sudah jam 10 malam."

"Belum ngantuk Mas."

"Mas kalau mau tidur, ya udah tidur aja. Besok ke kampus kan?"

"Iya, soalnya besok ada ujian sarjana di Abdurrab (nama universitas) Mas jadi dosen pengujinya. Tapi siang udah balik kok. Ga papa kan?"

ABYASA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang