Setelah kejadian sialan tadi malam, aku tidak ada keluar kamar. Bahkan ketika haus ditengah malampun aku tahankan, aku takut ketemu Mas Aby. Gimana kalau gilanya kumat lagi? Aku bergidik ngeri. Aku masuk ke kamar mandi, siap-siap mau ke kampus eh ke kos Mai dulu sih sebenarnya. Aku, Mai, Via dan Kay sepakat mau ke perpus mencari buku referensi buat skripsi, sekalian wifi an sih tujuan utamanya. Sepertinya aku harus naik ojol, berhubung motorku di kosnya Mai. Dasar Aruna geblek.
Aku mengintip ruang tv dan dapur dari pintu yang aku buka sedikit, berharap Mas Aby gada. Aku beruntung, dia tidak ada. Aku berjalan mengendap-endap seperti maling yang takut kepergok mencuri.
"Aruna, kamu mau ke kampus juga?" Sial sial sial. Ngapa sih makhluk satu ini tiba-tiba muncul. Aku hanya memandangnya dan tersenyum sekilas. Baru dua langkah Mas Aby buka suara lagi. "Bareng aja sama Mas ya. Lagian kan motor kamu masih di kos nya si Mai."
"Ga usah, aku naik gojek aja." Aku duduk di kursi teras sambil memakai sepatuku.
"Sama Mas pokoknya." Mas Aby sudah siap, dia berdiri didepanku. menunggu aku selesai memakai sepatu. Padahal udah sengaja aku lama-lamain.
Lagi males berdebat, apalagi masih pagi. Akhirnya aku nurut aja ikut masuk ke mobilnya.
"Anter ke kosnya Mai aja." Kataku ketika mobil sudah keluar dari kompleks perumahan.
Mas Aby tidak menjawab, hanya menganggukkan kepala tanda setuju.
Selama perjalanan aku hanya mengahadap keluar jendela, takut-takut curi pandang ke Mas Aby. Sumpah kenapa aku yang malu gara-gara kejadian tadi malam. Sementara Mas Aby biasa aja.
Akhirnya kami sampai di kosnya Mai.
"Makasih." Ucapku tanpa menoleh kearahnya. Aku langsung turun dan bergegas masuk menuju kamar Mai. Ini masih jam 7 pagi, perpus juga belum buka jam segini. Masih ada waktu buat aku tidur lagi, dan Mai mungkin masih ada di alam mimpi juga.
Aku mengetuk pintu kamarnya, ga berapa lama Mai membuka pintu dengan rambut yang masih acak-acakan dan mata yang masih susah dibuka.
"Ya ampun Ra, kok cepet banget sih. Perpus juga belum buka keles. Aku masih ngantuk, tidur jam 3."
"Gila kau ni, tidur jam 3?"
Mai tidak menjawab, dia langsung merebahkan badannya keatas kasurnya lagi. Melanjutkan mimpi yang tertunda sepertinya. Aku pun mengambil bantal dan merebahkan badanku juga, baru saja memejamkan mata, tiba-tiba ada panggilan masuk yang berhasil buat Mai merepet tidak jelas.
Bojo Galak calling...
"Aruna, Mas dibawah. Turun sebentar."
Tanpa menjawab iya, aku mematika panggilan itu, dan turun ke bawah. Benar saja mobilnya Mas Aby ada disana.
"Ngapain lagi si? Mau tidur juga." Aku langsung ngomel-ngomel begitu sudah sampai di bawah.
"Jadi pagi-pagi kesini, cuma mau numpang tidur?" Tanyanya.
Aku tidak menjawab. Diam lebih baik. Sumpah aku tu ngantuk banget, tadi malam ga bisa tidur.
Mas Aby tersenyum, lalu menyerahkan bungkusan yang aku ga tau itu apa.
"Nih sarapan buat kamu sama Mai. Tadi kan langsung berangkat, ga sempat sarapan di rumah."
"Apaan ni?"
"Bubur ayam."
"Ga perlu repot-repot. Aku bisa beli sendiri. Makasih."
"Ya udah Mas ke kampus ya, jangan lupa dimakan. Oke." Mas Aby mengusap rambutku pelan, dan tiba-tiba mengecup puncak kepalaku cepat. Lagi? Dia curi-curi kesempatan. Dasar kampretuuuuun. Aku berdiri kaku, sampai tidak kusadari mobil Mas Aby sudah menjauh. Semoga gada yang liat, masih pagi masih pagi. Anak kosan masih pada molor. Aku bergegas masuk kembali ke kamar Mai. Dia sudah bangun dan sibuk dengan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABYASA (Completed)
RomanceDosen Pembimbing (n) Suatu makhluk setengah manusia dan setengah malaikat pencabut nyawa, penyebab utama skripsi tak kunjung selesai dan pemicu depresi. Yah, seperti yang Aira rasakan sekarang, ia sedang pusing dengan skripsinya sendiri. Tak kunjung...