Seminggu semenjak kepindahanku ke rumahnya Mas Aby. Kami menjalani hari-hari seperti biasa. Mas Aby ngajar di kampus sementara aku leha-leha di rumah, tapi tetep masak, beberes rumah + jangan lupa skripshit. Mas Aby ngajar bukan cuma di kampusku saja, sebelum jadi dosen di kampusku, ia sudah jadi dosen di dua kampus lain. Mangkanya tiap hari dia jarang di rumah. Liburnya cuma sabtu-minggu. Apalagi semenjak ambil cuti seminggu, jadwalnya semakin padat, biasanya jam 3 sore sudah balik, jarang sampai sore banget kecuali kalau ada kelas tambahan, tetapi karena cuti kemarin, diadakan pergantian kelas dan pulangnya bahkan hampir magrib. Semangat Masque.
"Kamu masak apa?" Mas Aby menghampiri meja makan.
"Aku bangunnya kesiangan Mas, jadi cuma masak nasi goreng." Aku menyodorkan nasi goreng itu ke depan Mas Aby.
"Sepertinya enak." Semoga aja batinku.
"Yasudah, di rasain dulu."
Mas Aby menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.
"Enak kok. Kamu ngga sarapan?"
"Duluan aja Mas. Aku mau mandi, mau siap-siap."
"Mau kemana?"
"Ke kampuslah mau bimbingan, udah lama ga bimbingan, takut dospemnya ngamuk."
"Wah serem banget dospemnya berarti." Katanya manggut-manggut sambil mengunyah nasi goreng.
"Ember. Oh iya Mas, aku ikut Mas ya nanti, tapi anterin ke kos aja, mau ambil motor. Biar nanti aku ke kampus pakai motor."
"Iya, kamu siap-siap sana. Jangan lama-lama ya Aruna, ntar Mas telat loh."
"Siiipp." Aku buru-buru mandi dan bersiap-siap.
20 menit kemudian, aku keluar dari kamar dan menjinjing totebagku. Kulihat Mas Aby sedang memakai kaus kaki. Aku ambil sepatu putihku di rak kemudian duduk disamping Mas Aby. Aku tidak sempat sarapan, karena Mas Aby ada kelas pagi hari ini.
"Nanti pulangnya sampe jam berapa Mas?" Aku memasang kaus kakiku satu lagi.
"Sore sepertinya."
"Ooohh..."
Selesai memakai sepatu kamipun meluncur ke jalan menuju kampus, eh ke kos dulu deng.
Jarak dari rumah Mas Aby menuju kos kurang lebih 15 menit kalau tidak macet. Sementara dari kosku menuju kampus tidak sampai 5 menit, karena deket banget. Tapi karena ini pagi sekali, jadi jalanan macet banget.
Setelah sampai di kos, Mas Aby langsung menuju kampus, dan aku meminta izin sama Bang Ben mau ambil motor. Ya kali ngga bilang, yang ada malah Bang Ben yang gelimpungan kecarian motorku.
"Aira ngontrak sama siapa?" Bang Ben taunya aku pindah dari kosannya karena mau ngontrak rumah.
"Sama abang sepupu bang." Abang sepupu dari Hongkong.
"Jauh dari sini?"
"Di sudirman Bang, lumayanlah kalo macet. Ya udah bang, Aira ke kampus dulu ya bang, makasih bang udah jagain motor Aira."
"Iya Ra, sama-sama. Hati-hati ya. Sering-sering main kemari loh." Katanya.
"Siiipp bang, aman itu."
Aku melajukan motor meninggalkan kosanku tercinta. Rasanya baru kemarin aku tinggal disini. Agak berat sih meninggalkan kosan ini, soalnya abang kosnya baik banget. Biarpun kadang telat bayar uang kos, dia ngga pernah marah. Setidaknya tau diri saja, bahkan jika belum ada uang untuk melunasi, bisa di cicil dulu.
Sesampainya di kampus, aku langsung menuju ke ruangannya Mas Aby. Tapi ruangannya masih di tutup. Ya iyalah, wong orangnya masih ada kelas. Aku putuskan menunggunya saja di kursi tunggu depan ruangannya. Masih agak sepi, karena masih pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABYASA (Completed)
RomanceDosen Pembimbing (n) Suatu makhluk setengah manusia dan setengah malaikat pencabut nyawa, penyebab utama skripsi tak kunjung selesai dan pemicu depresi. Yah, seperti yang Aira rasakan sekarang, ia sedang pusing dengan skripsinya sendiri. Tak kunjung...