Seminggu setelah acara lamaran dadakan itu, aku memutuskan untuk ke kampus. Mau bimbingan sama calon suami eaakkk. Temen-temenku belum ada yang tau kalau aku sudah tunangan dan akan menikah dengan dosen yang mereka puji-puji di grup whatsApp.
Kini aku sudah ada diatas motorku menuju kampus. Aku tidak bisa menahan senyumku soal kejadian seminggu yang lalu ketika bang Iyas mengantarku balik ke kos.
"Hati-hati ya."
Aku salim tangan tante Ningrum. "Iya tante."
"Mulai sekarang panggil Tante 'Mama' ya. Kan bentar lagi kamu nikah sama Iyas."
"Oke Tan, eh Ma." Mama Ningrum mengelus rambutku.
"Ma, Iyas anter Aruna dulu ya." Bang Iyas salim sama Mama Ningrum.
"Iya hati-hati ya Yas."
Sesuai janjinya, aku dianter ke kos sama bang Iyas. Sebenernya udah pengen balik dari tadi, tapi ngga dibolehin sama Mama Ningrum. Padahalkan aku bisa naik ojek online. Aku sih oke-oke aja mau sampe kapan di rumah tante Ningrum asal kalau tidak ada Sakha. Dari mulai pulang sekolah tuh anak jutekin aku dan ngeselin banget kaya orang ngga senang gitu mukanya. Kalau bukan karena anak Mama Ningrum aja kau Sakha, udah aku giling pake cabe, buar jadi Sakha Geprek.
"Kita cari makan dulu ya." Setelah diem-dieman aja dari tadi akhirnya dia ngomong juga. Sekarang kami lagi ada dimobil.
"Bang, langsung ke kos aja lah. Aku takut ada yang liat."
"Ga bakal ada yang liat Aruna."
"Terus pake topeng gitu? Bang, kita ga pernah tau bakal ketemu sama siapa ntar. Aku ga mau ya ketahuan sama temenku." Kataku.
Bang Iyas diem aja. Tak lama kemudian ia menepikan mobilnya didepan penjual kebab.
"Kamu tunggu disini ya." Bang Iyas keluar menuju penjual kebab itu. Kirain tadi ngajak makan di cafe, Mcd, atqu Kfc taunya cuma diajak makan kebab. Mana kenyang hayati. Beberapa menit kemudian bang Iyas masuk kemobil membawa dua buah kebab dan dua botol air mineral. Habis duitnya kali ya, buat ngelamar anak orang. Oh belum gajian kayanya.
"Ini kebab langganan saya Aruna." Katanya sambil menggigit kebab. Siapa yang nanya coba?
"Oh." Aku manggut-manggut.
"Enak kan?"
"Enyak." Aku mengunyah kebabnya. Emang enak sih, tapi kalau cuma satu ya kagak kenyang. Boleh nambah ngga sih? Eh btw kami makannya di dalam mobil masih didepan penjual kebab.
"Bang kalau boleh tau kenapa sih bang Iyas mau disuruh tunangan sama aku? Secara kan kita belum pernah ketemu sebelumnya. Emang abang ga takut apa kalau misalnya aku jelek dan ga sesuai harapan abang. Terus Abang emangnya ga punya pacar?"
"Aruna," Bang Iyas mengubah posisinya menghadap aku. "Cantik dan jelek juga ciptaan Allah. Aku ga masalah mau menikah dengan siapa, asal mama bahagia. Aku ga sanggup liat mama tiap malam nangis di kamar sambil liat foto papa. Keliatannya aja mama wanita kuat, tapi aku tau gimana rapuhnya mama. Sebenernya aku juga ga setuju dengan perjodohan konyol ini. Lagian mana ada zaman sekarang yang masih percaya gitu-gituan. Tapi demi mama aku bakal lakuin apa yang dia mau, termasuk perjodohan ini. Aku ga maksa kamu buat suka sama aku. Aku hanya mau kita menikah dihadapan orang tuamu, dihadapan mama dan dihadapan Allah. Mungkin kita sekarang gada perasaan antara satu sama lain, tapi esok kita ga bakal tau. Jikalau emang berjodoh, kita akan bersama sampai maut memisahkan, jika tidak-"
Hoaaaamm, aku menguap. Denger ceritanya bang Iyas buat aku jadi ngantuk.
"Kita pulang ya, keliatannya kamu sudah ngantuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
ABYASA (Completed)
RomanceDosen Pembimbing (n) Suatu makhluk setengah manusia dan setengah malaikat pencabut nyawa, penyebab utama skripsi tak kunjung selesai dan pemicu depresi. Yah, seperti yang Aira rasakan sekarang, ia sedang pusing dengan skripsinya sendiri. Tak kunjung...