Empat hari setelah aku meninggalkan draft skripsiku sama si Sembung, aku kembali ke kampus. Gaya aja kemaren mau langsung jumpai si Sembung, pretlah udah empat hari baru keinget.Aku berjalan menuju ruang pembimbingku si Joko Sembung. Kulihat pintunya terbuka sedikit, itu menandakan kalau si Sembung ada. Aku menekan kenop pintu dan menyembulkan kepalaku sedikit kedalam. Kosong. Tidak ada siapa-siapa diruangan itu.
"Ehem." Aku menoleh ke sumber suara. Sial kepalaku malah menabrak dada yang sudah kuduga yaitu si Joko Sembung.
"Maaf pak, saya ga sengaja." Aku membungkuk-bungkukkan badanku. Salut deh sama pembimbingku ini, biarpun udah tua tapi kayanya dia rajin olahraga. Dadanya keras cuy. Senderable lah pokoke. Sadar Aira, nih bapak-bapak loh.
"Pak saya ma-" Kalimatku terputus saat kulihat siapa sosok didepanku ini. "Ya Allah panger- aawwh" Saking seneng dan terkejutnya aku, sampai-sampai kepalaku belakangku mencium pintu.
"Ketampanan saya berhasil buat kepala kamu mencium pintu." Sumpah ni orang narsis banget.
"Ck, pede banget." Cibirku pelan.
"Ga sakit kan? Lagian cuma kepentok pelan, ga buat geger otak lah." Dia siapanya Feni Rose sih? Nyinyir amat mulutnya.
"Engga Bang. Saya strong kok."
Bohong banget dah. Padahal kepalaku udah cenat-cenut nih. Sebentar lagi juga ilang kok sakitnya, abis obatnya ada didepan mata gini. Si abang pangeran cuma ber oh."Mau jumpa Sembung ya bang? Eh pak Joko maksudnya." Mulutku bablas lagi. Si abang pangeran cuma menyunggingkan senyum tipis. Tuhkan, disenyumin dikit aja kepalaku udah ngga sakit lagi. Emang manjur bener dah nih obat.
"Pak Jokonya lagi gada di ruangannya bang." Dia menghentikan tangannya yang hendak membuka pintu.
"Kamu mau bimbingan sama pak joko?"
"Iya bang."
"Kamu Aruna?" Aku membelalakkan mata, kaget aja. Kok si Abang ini bisa tau namaku.
"Iya bang."
"Masuklah." Si abang pangeran membuka pintu dan masuk ke ruangan si Sembung. Kulihat dia duduk di balik meja pak Joko. Buset dah, berani amat dia duduk disana.
"Bang, ga takut dimarahin sama pak Joko apa?"
"Marah kenapa?" Dia memajukan duduknya dan melipat tangannya diatas.
"Jangan sembarangan duduk disitu loh bang. Ntar ketahuan, abang di pecat lagi. Baru aja masuk kerja masa udah di pecat sih bang."
"Oh." Ucapnya singkat padat ga jelas.
Si Abang Pangeran membuka laci dibawah mejanya. Ia mengambil setumpuk kertas. Buset, itu draft skripsiku.
"Nih." Si Abang menggeser draft skripsi itu ke depanku. Aku cek setiap halamannya. Dan waw waw waw, lukisannya makin banyak. Apa salah dan dosaku ya Allah. Perasaan aku udah bener-bener ngerjainnya. "Sialan." Umpatku.
"Kamu bilang apa tadi? Sialan?"
"Gada bang, cuma kesel aja. Aku tu udah serius ngerjain revisian ini sampe begadang ga tidur, malah di coret-coret seenak jidat kaya gini. Ga menghargain mahasiswa banget sih. Dosen jahannam emang." Ga begadang deng, biar si Abang kasian aja samaku gitu. Siapa tau dielus kepalaku terus dia bilang 'sabar ya, sini abang peluk.'
Bhahk. Menghayal."Saya yang periksa draft skripsi kamu." Jedeeeeeeerrr, bagai ada petir disiang yang cerah ini. Tadi dia bilang apa? Wah kurang ajar kau abang. Kau tak berhak mencoret-coret skripsiku.
"Apa?"
"Saya yang periksa skripsi kamu. Referensi yang kamu cantumkan semuanya melenceng dari judul skripsi kamu. Dan itu ga layak disebut skripsi. Mending tu draft kamu sumbangin buat penjual gorengan." Katanya tenang sambil memainkan ponselnya. Ntah apa yang dilihatnya di ponselnya itu. Ngga taulah aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABYASA (Completed)
RomansaDosen Pembimbing (n) Suatu makhluk setengah manusia dan setengah malaikat pencabut nyawa, penyebab utama skripsi tak kunjung selesai dan pemicu depresi. Yah, seperti yang Aira rasakan sekarang, ia sedang pusing dengan skripsinya sendiri. Tak kunjung...