"Airaaaaa... Ya Allah Kay Aira berdarah." Mai lari tergopoh-gopoh. Aira masih bisa melihat Kay dan Mai lari dari kejauhan.
"Gimana Mai?" Kay udah gemetaran.
"Minta pertolongan Kay, cepaaattt." Perintah Mai. Kay langsung lari menuju kantin. Sementara Mai sudah menangis panik.
Mata Aira sudah berkunang-kunang, sakit yang sangat luar biasa dapat ia rasakan di perutnya.
"Pak tolong, temen saya berdarah Pak." Kay langsung menarik Aby menuju parkiran, Kay tidak peduli Aby sedang apa, bersama siapa. Karena begitu masuk kantin, hanya Aby yang dilihatnya. Kay sudah menangis sambil menarik Aby dan tidak sempat merespon pertanyaan-pertanyaan Aby. Ia cuma memikirkan Aira supaya cepat dapat pertolongan. Karena kehebohan yang dibuat Kay, berhasil membuat beberapa mahasiswa yang ada di kantin jadi penasaran dan ikut berlarian kearah parkiran. Sementara mahasiswa yang baru datang bahkan mau pulang jadi berkerumun di tempat Mai dan Aira.
Kay membelah kerumunan.
Aby shock luar biasa, saat tau istrinya lemah tak berdaya. "Arunaaa.. ya Allah kamu kenapa?" Kini Aira sudah ada dalam rengkuhan Aby. Aby tampak begitu khawatir. Aira mengenal suara ini, tapi pandangannya semakin kabur dan tak lama ia sudah tak sadarkan diri.
Dengan sigap, Aby memapah Aira menuju mobilnya. Tidak peduli bajunya sudah kotor terkena darah. Aira didudukkan di kursi depan. Tanpa persetujuan Aby, Kay dan Mai pun mengikuti Aby masuk ke dalam mobilnya dan duduk dikursi penumpang.
Aby menyetir dengan satu tangannya, sementara tangan kirinya setia menggenggam tangan kanan Aira seolah memberi kekuatan.
"Kamu harus kuat sayang, sabar. Kita ke rumah sakit ya." Bahkan sesekali Aby mengecupi tangan kanan Aira. Aby tak habis pikir, bagaimana ini bisa terjadi? Aruna yang dilihatnya tadi sehat-sehat saja, ceria bahkan masih menyebalkan, kini sudah tak sadarkan diri.
Kay dan Mai saling melempar pandang. keduanya bingung dengan adegan didepan mereka.
Begitu sampai dirumah sakit, Aby langsung memapah lagi Aira masuk dan dibawa ke UGD.
"Bapak silahkan tunggu diluar ya."
Aby pun keluar dari UGD, tangannya yang penuh darah bergetar hebat. Ia tidak tenang, terus mondar mandir di sepanjang lorong.
"Duduk dulu Pak." Kata Mai yang masih terisak begitu juga dengan Kay.
Aby duduk disamping mereka. Ia tampak frustasi, beberapa kali meremas rambutnya yang tadinya rapi kini sudah jadi berantakan.
"Minum dulu." Seorang wanita datang membawa sebotol air mineral dan duduk disamping Aby. Perempuan tersebut mengelus punggung Aby, agar Aby tenang. "Semua pasti baik-baik saja." Kata perempuan itu.
"Itu cewe yang di kantin tadi kan?" Bisik Mai ke Kay, takut didengar oleh Aby.
Kay hanya mengangguk sambil sesegukan.
Seorang suster keluar dari ruang UGD. "Kerabat dekat atau keluarga pasien ada? Ada yang perlu di beri tau mengenai kondisi pasien."
Aby langsung berdiri. "Saya suaminya Sus. Gimana keadaan isteri saya?"
Sekali lagi Mai dan Kay dibuat kaget sama seorang Abyasa.
"Pasien kekurangan banyak darah Pak, kami membutuhkan darah bergolongan A."
Aby menoleh kedua sahabat isterinya, Kay dan Mai sama-sama menggeleng.
"Ambil darah saya aja Sus, golongan darah saya A."
"Kalau gitu Mbak ikut saya."
"Terimakasih Fiqah." Fiqah menepuk pundak Aby pelan dan menganggukkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABYASA (Completed)
RomanceDosen Pembimbing (n) Suatu makhluk setengah manusia dan setengah malaikat pencabut nyawa, penyebab utama skripsi tak kunjung selesai dan pemicu depresi. Yah, seperti yang Aira rasakan sekarang, ia sedang pusing dengan skripsinya sendiri. Tak kunjung...