21.

24.4K 684 20
                                    

Ini hari ketiga aku dirawat di rumah sakit. Keadaanku sudah lebih baik tidak selemas kemarin, tinggal menunggu luka tusukan itu mengering. Kemungkinan besok sudah bisa pulang. Mai, Kay dan Via selalu datang menjenguk disaat aku ditinggal kerja sama Mas Aby. Bahkan Mama Ningrum tak pernah absen untuk menjenguk tidak lupa membawa makanan untukku, karena aku tidak suka makanan di rumah sakit. Aku sudah menceritakan kepada tiga sobatku tentang hubunganku dengan Mas Aby. Lebih tepatnya aku dipaksa oleh mereka suruh cerita sih.  Kampretnya, setelah menceritakan semuanya mereka malah asik menggodaku bahkan menanyakan pertanyaan absurd tentang 'itu'. Ya kalian taulah 'itu' yang kumaksud. Bahkan mereka tidak percaya kalau aku dan Mas Aby tidur di kamar yang berbeda.

"Ra, mau apel?" Tanya Via.

"Boleh." Jawabku.

"Ya udah aku kupasin ya."

"Iya."

Tiba-tiba pintu kamar di ketuk dari luar. Mai pun berdiri menuju pintu dan membukanya.

Seorang laki-laki dan seorang perempuan masuk dengan membawa bingkisan.

"Aira Aira, masuk rumah sakit kok ga ngabarin sih. Sumpah kalo ga karena tadi Ibu nelpon, aku ga tau kalo kau dirawat." Alvian langsung ngomel-ngomel. Sementara perempuan yang datang bersamanya langsung duduk dikursi yang berada disisi tempat tidur. Perempuan itu Nabila pacarnya Alvian. Aku tidak terlalu akrab dengannya walau sudah beberapa kali bertemu.

"Udah ga ingat samamu Al."

"Parah lu." Ucap Alvian.

"Kok bisa ditusuk gitu sih Kak?" Tanya Nabila penasaran. Oh iya, Nabila itu satu tingkat dibawahku dan Alvian jadi wajar kalau dia panggil aku kakak. Dia juniornya Alvian di kampus.

Aku pun menceritakan kronologi kejadiannya. Nabila tampak meringis dan begidik ngeri mendengar ceritaku.

"Eh lakikmu mana? Kok ga nampak batang hidungnya?"

"Kerja Al." Jawabku.

"Ya Allah Ra, malangnya nasibmu lagi sakit malah ditinggal kerja. Yang sabar ya." Kurang ajar Alvian ia malah malah terbahak sambil mengejekku. Sontak Ia langsung dapat tatapan tajam dari Nabila.

"Kampret kau Al." Cibirku.

Nabila hanya menggeleng-gekengkan kepala melihat tingkah sableng Alvian.

Mereka Cuma sebentar di rumah sakit tak bisa lama-lama, karena Alvian harus mengantar Nabila ke kampus. Tak berapa lama Mas Aby datang membawa dua bungkusan.

"Kalian sudah makan?" Tanya Mas Aby ke tiga sobatku.

"Hehe belum Pak." Jawab Kay. Begitu juga dengan Mai dan Via.

"Untunglah, nih tadi saya belikan nasi padang." Mas Aby meletakkan sebuah bungkusan kehadapan mereka.

"Makasih Pak." Ucap mereka bersamaan.

Mas Aby jalan ke tempat tidur, lalu mengecup keningku sekilas. Pandangannya beralih ke sebuah bingkisan yang ada diatas di meja.

"Ada yang datang?"

"Iya Alvian sama pacarnya." Mas Aby mengangguk-anggukkan kepala. "Mas ga makan?"

"Iya nih mau makan. Kamu?"

"Udah kok, sebelum Alvian datang udah makan."

"Obatnya sudah diminum?"

"Udah." Mas Aby mengusap rambutku pelan.

Kemudian Mas Aby ikut nimbrung dibawah dan makan bersama tiga sobatku. Sesekali aku mengejek mereka karena makan dengan malu-malu dihadapan Mas Aby. Padahal biasanya bar-bar banget.

ABYASA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang