Sky-1

1.8K 156 17
                                    

[Jangan lupa vote, terutama Sider(s). Hahaha hahaha]

Sky-1 : "Hello Batalyon 107."

----------

"Di mana bala bantuannya?”

Sementara teriakan, suara ledakan, juga muntahan peluru terdengar, pria berpangkat mayor tersebut berseru. Kota yang sebentar lagi hancur akibat perebutan kedudukan semakin gaduh.

“Bala bantuan akan datang satu menit lagi, Sir! Mereka tengah menghabisi musuh yang mengepung kita di blok 01!” seru salah seorang bawahannya.

Melihat sang atasan mendecak, ia menelan ludah gugup. Melihat kemarahan sang Mayor lebih menakutkan dibandingkan melihat tubuh yang hancur lebur. “Mereka telah tiba,” katanya lagi.

Bala bantuan datang lima belas detik lebih cepat. Namun sang Mayor berkerut, ia membalikkan tubuh menghadap asistennya.

“Apa yang dipikirkan markas? Bala bantuannya hanya satu kompi?!”

Sang Kapten yang menjadi asistennya menelan kering. Ia kemudian menyempatkan melirik pada bantuan yang datang. “Tidak, Sir. Mereka satu batalyon dibawah pimpinan Mayor Heinz. Tiga kompi lainnya berada di blok 01, 03, dan 04,” ujarnya. Kepalanya sedikit keluar dari balik tembok yang menjadi persembunyian. Menghela nafas lega melihat jumlah musuh semakin berkurang.

Tiga menit menegangkan berikutnya, musuh telah lenyap. Perebutan kota di salah satu wilayah Negara Utara telah selesai. Berangsur-angsur kedua batalyon berkumpul di satu titik.

Di lapangan dengan banyak tenda, para medis mulai mengobati tentara yang terluka sementara beberapa lainnya duduk berselonjor merehatkan tubuh yang tegang. Matahari baru bersinar.

Sebelum fajar datang tadi, dua batalyon tiba-tiba saja menyerang kota yang telah berhasil direbut oleh Negara Selatan, mendapat serangan balik oleh Negara Utara—pemilik asli kota tersebut, tadinya.

Mendapat serangan tiba-tiba dan terkepung membuat Mayor Styles, sedikit terkejut walaupun sebelumya telah menduga hal ini cepat atau lambat. Namun ternyata batalyon tersebut sedikit lebih banyak sementara pasukannya ada yang terluka.

Setelah menahan serangan selama sepuluh menit, Mayor Styles mendapat kabar dari markas bahwa bala bantuan akan datang dalam waktu tiga menit. Beruntung bala bantuan datang 165 detik lebih awal. Membuatnya bisa sedikit menghela nafas.

“Bala bantuan itu, apa mereka Batalyon 403?” tanya Harry.
Tangannya menyendokkan sup dingin selagi melirik pada sang bawahan, Kapten Horan, yang tengah sarapan dengan tergesa.

Kapten Horan nyaris tersedak. Ia menelan dengan susah payah, kemudian menggeleng, “Bukan, Sir. Mereka dari batalyon 107.” Terselip nada kagum pada suaranya. Matanya memandang pada sekelompok orang yang tengah berbaris rapih.

“Aku belum pernah  mendengarnya. Apa mereka baru?” Mayor Styles mengernyit. “Markas mengirim sekelompok prajurit yang baru lulus?”

“Oh, bukan!” tukas Kapten Horan. “Apa Anda belum mendengar tentang mereka? Mereka adalah salah satu kartu as markas—selain kita tentunya.”

“Apa yang membuat mereka sama seperti kita?”

Suara seruan dari Batalyon 107 sekejap membuat keduanya menoleh. Namun Mayor Styles tak ambil pusing. Ia kembali menyuapkan sup dingin dan menghabiskan roti gandum yang keras. Beberapa anak buahnya yang tak terluka turut bergabung dalam lingkaran mereka.

Menyimak Kapten Horan yang kembali akan menjelaskan.
“Batalyon 107 baru terbentuk sekitar delapan bulan yang lalu. Tapi mereka telah berhasil merebut salah satu kota kita yang sempat diduduki musuh. Perekrutan anggotanya sendiri menarik banyak minat prajurit yang cukup berpengalaman, namun dari seribu prajurit, hanya 200 prajurit yang dapat lolos-“

Sky [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang