Sky-28

453 58 11
                                    

Gimme ur vomments, honey🖤
Enjoy the chapter!

*******

Sky-28 : The Tea

[Dua bulan kemudian]

Harry menapakkan kakinya pada tempat yang selalu sepi dan tenang. Butiran salju yang turun ke tanah tidak menyurutkan tekadnya untuk berada di sana. Berlutut di depan sebuah pusara yang menjadi tempat peristirahatan terakhir orang yang dicintainya. Hatinya selalu hancur saat melihat nama yang terukir indah pada batu nisan. Ia membawa bunga krisan, bunga yang belakangan ia ketahui merupakan bunga favorit Sky.

“Ini sudah dua bulan, Sky. Negara semakin membaik begitupun hubungan dengan Utara meskipun sulit pada awalnya.” Harry mengusap nisan tersebut dengan hati-hati dan lembut. Sebuah senyum terukir pada bibirnya. Sebuah senyum masam yang ia tunjukkan ketika sedang kesal.

“Seharusnya kau di sini bersamaku dan yang lainnya. Merayakan kemenangan kit atas peperangan kemarin. Dan hei, siapa sangka ternyata rencanamu bisa dengan mudah melumpuhkan musuh?”

Kepalanya tertunduk dalam. Kilasan-kilasan saat keduanya sempat menghabiskan waktu bersama membuatnya pening. Harry tidak menyukai kenyataan bahwa Sky tidak melawan saat tertembak. Ia juga tidak merasa puas setelah menembak mati secara beruntun dua orang yang membuat Sky gugur. Seandainya saja seseorang mampu membawa Sky kembali hidup, Harry rela memberikan apapun.

“Apa kau sudah bertemu Glen, hn?” Harry terkekeh gamang. Merasakan denyutan nyeri pada dadanya saat ia kembali mengusap nisan tersebut.

“Jangan terlalu dekat. Kau tahu, aku merasa cemburu sekalipun aku tidak berhak.”

Harry kemudian berdiri. Ia tersenyum kecil, kemudian berlalu pergi. Suara dari wireless yang dipakainya memintanya untuk segera kembali ke markas pusat. Untuk membahas tentang keberangkatan duta yang dikirim Negara Selatan ke Utara untuk membahas lebih lanjut kerjasama mereka. Tentang sebuah perjanjian kedamaian dan juga masalah politik lainnya.

Memasuki markas, ia kembali menelusuri lorong-lorong untuk mencapai ruang rapat. Ia kemudian mendorong pintunya tanpa perlu mengetuk dan memasuki ruangan yang telah ramai. Mengingat hanya ia seorang yang terlambat meskipun waktu rapat belum dimulai. Tapi Harry tidak repot-repot untuk meminta maaf.

“Beginikah kelakuan dari salah seorang komandan peperangan dua bulan yang lalu itu?”

Rahangnya mengeras. Harry yang baru saja mendudukkan dirinya di kursi kemudian mendongak untuk menatap lurus seorang politikus yang cukup berpengaruh belakangan ini. Dan lagi-lagi ia ketahui belakangan, pria yang hampir berusia setengah abad tersebut berkaitan dengan Sky.

Ia adalah politikus sekaligus pebisnis yang bekerja sama dalam bidang pangan dengan militer.

“Dengan segala hormat, Tuan Holf, rapat baru akan dimulai lima menit lagi yang mana artinya saya tidak datang terlambat.”

Tuan Holf mendengus kasar. “Kata seseorang yang tidak bisa menyelamatkan rekannya-“

“Jangan bersikap lancang, Tuan Holf.” Raf yang menjadi salah satu peserta rapat angkat bicara, memotong perkataan pria tua tersebut dengan dingin. “Kami bisa saja membatalkan perjanjian kerja sama denganmu saat ini juga mengingat ini bukanlah pertama kalinya kau bersikap lancang. Ingatlah tempatmu berada.”

Tuan Holf mengatupkan rahangnya keras. Harry masih diam, bergeming dengan tubuh kaku. Dan sekali lagi, perasaan bersalah tersebut kembali hadir dalam relungnya. Ia melirik pada Raff, melempar tatapan terima kasih karena telah membantunya sementara Raff hanya menggidikkan bahunya acuh. Dan rapat dimulai ketika Letkol. Gray memasuki ruang rapat.

Sky [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang