Sky-6

559 73 9
                                    

Selamat Membaca, Honey ❤️
Vote dan Comment jangan lupa!

_____________

Sky-6 : He Calls Me, Sky.

Jika kalian bertanya apa yang aku lakukan selepas kejadian semalam, jawabannya adalah mengurung diri dalam kamar.

Dengan tatapan kosong dan tangan yang tak berhenti mengasah pisau kecil kesayanganku. Katakanlah aku tengah merasa menjadi sosok yang melankolis.

Tapi ketika fajar mulai menyingsing, aku tahu aku harus menyingkirkan sisi melankolisku atau Kapten Payne dan Lettu Hill mengkhawatirkanku.

Atau bagian buruknya, Kapten Smith dan rekan sehidup sematinya, Kapten Jensen akan menggodaku seharian dengan kurang ajar.

Setelah mandi pada pagi-pagi sekali, aku akhirnya memakai seragam lengkapku.

Mengikat rambut panjangku tinggi kemudian memakai skincare routine. Bahkan ditengah perang seperti ini, aku jelas harus tetap menjaga kulitku agar setelah semuanya selesai nanti, aku akan tetap cantik. Walau semua orang yang kutemui mengatakan aku tetap cantik apapun kondisinya, aku tahu sebagian dari mereka hanya menjilatku.

Ck. Dipikir aku mudah tertipu?

Dan setelah mengunci pintu kamar, aku lekas turun ke bawah untuk sarapan. Besok adalah bagianku memasak sarapan, makan siang, juga makan malam bersama reguku.

Pagi ini terasa membosankan seperti hari-hari lainnya dalam hidupku. Semuanya terasa begitu monoton. Ketika mengawasi suatu kota seperti saat ini, aku lebih suka menyebutnya sebagai hari libur dibandingkan bertugas. Karena bertugas yang sesungguhnya adalah ketika berperang atau menyelamatkan warga dari ancaman teroris dan bencana alam. Atau apapun.

Bukannya seperti ini.

"Sarapannya ganti menu?" tanyaku ketika menerima nampan untukku. Kapten Jensen menyeringai dan mengedipkan matanya membuatku memutar mata, jengah sekaligus geli.

"Tentu. Anda tidak ingin dianggap kalah oleh Batalyon 207 karena kemampuan masak yang payah, bukan?" Dan aku tertawa dibuatnya.

Semenjak kami bergabung bersama Batalyon 207, seperti ada persaingan tak terucap dalam berbagai hal dan sejujurnya itu menggelikan. Memasak adalah salah satunya dan hal remeh lainnya adalah ketika latihan bela diri. Memamerkan keunggulan masing-masing dan tentu kadang bisa membuatku lupa akan masalah.

Aku bergabung bersama Kompi 1 yang mana anak buahku dan makan dengan khidmat. Ketika aku menyelesaikan sarapanku dan pergi menuju ruang tamu, aku menemukan Mayor Styles berdiri dekat meja dengan beberapa kardus berukuran sedang di atas meja. Ia melirikku dengan senyum tipis ketika aku menutup pintu.

"Oh, aku baru saja memintamu untuk datang," katanya dengan senyum tipis. Dan aku tidak akan menampik jika senyumnya begitu indah. Netra sehijau zamrud yang menenggelamkan banyak orang tersebut berkilau dibawah sinar matahari yang masuk lewat jendela.

Aku mengambil tempat untuk duduk di sofa dan berdehem, "Ada apa?"

"Paket untukmu. Dan beberapa prajurit lainnya."

Oh. Itu bukan untukku, melainkan taruhan kala Lettu Hill dan Kapten Horan berduel, ngomong-ngomong.

"Kepada Lettu Hill dari Batalyon 109 dan Kapten Horan dari Batalyon 207, diharapkan datang ke ruang tamu. Waktu yang kalian miliki adalah satu menit dari sekarang." Aku menekan tombol kecil pada alat yang terpasang di telinga kiriku dan berbicara.

Setelahnya, melepaskan tombol tersebut dan alatnya kembali mati. Itu adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi yang digunakan dalam militer kami. Dibanding ¬walky-talkie tentu saja alat ini lebih mudah dipakai meski cara kerjanya sama.

Sky [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang