The Reason

2.5K 406 19
                                    






                     ~♥~Pαndorα~♥~



Semilir angin berhembus menerbangkan anak rambut Pangeran Damian, menyisakan rasa tenang ketika angin itu menerpa wajahnya.

   Matanya terpejam menikmati angin sejuk di musim semi. Dari awal ia sudah memantapkan niatnya untuk tidur siang di dahan pohon chestnut yang menarik perhatiannya.

   Dalam sekejap ia melompat dan duduk pada satu dahan yang kiranya kokoh, menyenderkan tubuhnya dan mulai terpejam.

   Namun matanya kembali terbuka saat terdengar langkah kaki yang bergesekan dengan dedaunan kering.

   Netranya dapat menangkap sosok gadis cantik dengan crown bunga menghiasi kepalanya, lengkap dengan gaun panjang yang berterbangan di terpa angin.

   "Cantik." tanpa sadar bibirnya mengulas senyum tipis.

   Dirinya terus memperhatikan Jennie yang kini celingukan mencari sesuatu, matanya tidak bisa beralih dari gadis yang sudah merebut hatinya.

   Namun ia segera memundurkan tubuhnya, bersembunyi di balik dedaunan rimbun.

   Seorang pria yang sangat Pangeran Damian kenali, datang dari arah belakang Jennie. Awalnya dirinya hendak menghampiri Jennie dan melindunginya.

   Namun rencananya harus pupus saat sebuah kata terucap dari bibir Jennie, "Ayah?"

   Pangeran Damian terkesiap, Jennie baru saja memanggil musuh bubuyutan Ayahnya dengan panggilan Ayah.

   Dirinya kembali bersembunyi di balik ranting pohon dengan banyak dedaunan. Bibirnya tersenyum kecut, benar dugaannya selama ini, Jennie adalah suruhan dari kerajaan Gáta.

   Pangeran Damian dapat mendengar dengan jelas mengenai rencana yang akan mereka lakukan. Dirinya kembali tersenyum kecut saat Raja James menyuruh 'istrinya' untuk membunuh dirinya dan ketiga saudaranya.

   Namun ia terkejut saat Jennie mencoba mencegah Ayahnya. Bolehkan dirinya berharap lebih pada istrinya itu? Dapatkah ia percaya pada Pandora? Atau justru ia dan keluarganya akan hancur di tangan gadis yang ia cintai.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jennie mengernyit, tubuhnya bergerak tidak nyaman disertai peluh yang menghiasi dahinya.

   "Itu adalah peringatan dari Ayah, cepat lakukan tugasmu atau Ayah sendiri yang akan turun tangan."

   Jennie segera duduk, nafasnya terengah-engah saat mimpi itu datang padanya. Ia merasa bingung dengan tindakan yang harus dilakukannya.

   Kemudian Jennie segera berlari ke luar castil, dengan cahaya bulan purnama ia berlari sangat kencang.

   Kakinya berhenti saat dirinya tiba di sebuah kolam indah. Jennie berjongkok di hadapan kolam itu dengan menatap pantulan wajahnya dari air kolam.

   Tidak lama pantulan wajahnya berubah menjadi kucing putih dengan mahkota di kepalanya, hingga cahaya keunguan muncul di hadapannya.

   Jennie memejamkan matanya saat tubuhnya terguncang masuk ke dalam cahaya itu, tangannya mengepal kuat menahan rasa pusing akibat tubuhnya berputar hebat.

   Bruk!

   Tubuhnya terhempas ke tanah, kini dirinya kembali berada pada taman yang dipenuhi kupu-kupu. Ya, dirinya memilih pulang dan berbicara dengan Ayahnya.

   Matanya menatap pintu besar di hadapannya hingga kemudian pintu itu terbuka lebar.

   Dengan langkah pasti Jennie berjalan ke dalam castil, mengarah pada ruangan di mana biasanya Ayahnya berada.

Pandora ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang