Should I Die?

2.8K 427 64
                                    


Setel lagu sedih yang kalian punya ya, biar ngefeel ceritanya.

Warning! Chapt ini lebih panjang dari biasanya.

Hope you enjoy!



~♥~Pαndorα~♥~





Dengan langkah gontai, Jennie terus berjalan melewati lautan mayat yang tergeletak di ruang terbuka kastil. Matanya masih sangat sembab, sesekali bibirnya mengeluarkan isakan kecil akibat dadanya terasa sesak.

Pedang itu masih dibawanya, dirinya sudah Terlihat seperti orang mabuk, wajahnya juga memerah akibat amarah dan menahan dinginnya malam.

Mungkin ia perlu mencari dimana Ayahnya berada, ia harus menghentikan otak serangan ini terjadi, yaitu Ayahnya.

Ia rela bersujud di kaki Ayahnya jika hal itu bisa membuatnya mengakhiri perang ini, walaupun dirinya tidak bisa merubah keadaan.

Jennie berjalan ke tengah rerumputan, dirinya dapat melihat dengan jelas Raja Kevin yang melawan banyaknya musuh mulai kewalahan.

Jennie meringis, sudah pasti mereka mengutamakan untuk membunuh pemimpin, "Aku... menyesal untuk datang kesini." Jennie tersenyum pahit, mungkin jika dirinya tidak datang ke dunia ini, semua ini tidak akan terjadi.

Jennie menatap tajam ke arah kerumunan musuh yang mencoba melawan Raja Kevin, kakinya dengan tergesa melangkah menuju kearahnya.

Jennie menjerit sebelum akhirnya mengayunkan pedangnya kearah musuh yang tak lain adalah pengikutnya itu, dengan gerakan cepat Jennie mampu menebas para musuh dan membuat mereka tumbang satu persatu.

Raja Kevin membelalak melihatnya, "Pandora? Kenapa kau bisa berada di sini?!" Raja Kevin terus mengadukan perangnya dengan musuh, matanya kembali fokus ke hadapan.

"Aku tidak bisa tinggal diam, para bedebah ini sudah menyerang kastil dan melebarkan bendera perang." Jennie sekuat tenaga menahan pedang melawan pria dihadapannya, jelas kekuatan mereka tak sebanding.

"Tapi ini berbahaya Pandora, lebih baik kau kembali dan berlindung!"

Jennie menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa dirinya berlindung sementara Ayahnya sendiri mencoba menghancurkan keluarganya? Ya, mereka semua adalah keluarganya, Jennie bahkan bisa merasakan kasih sayang di sini dibandingkan saat dirinya berada di Gáta.

"Brengsek! Kalian pengecut ya? Hanya berani melawan keroyokan." Jennie mengumpat kesal, matanya tiba-tiba mengkilat, menampilkan warna biru yang mencolok.

Satu persatu para musuh tumbang, hingga tersisa Jennie dan Raja Kevin yang masih terengah akibat energi mereka terkuras habis.

"Pandora, sebaiknya kau segera berlindung."

Jennie menoleh ke arah Ayah mertuanya, bibirnya menyunggingkan sebuah senyum manis disertai gelengan kecil. Dengan segera Jennie berlalu meninggalkan Raja Kevin, ia harus menemui Ayahnya dan menghentikan perang ini.

Mata Jennie melebar saat tubuhnya tiba-tiba tersungkur, kakinya tersandung salah satu dari ribuan mayat yang tergeletak di rerumputan luas itu.

Jennie meringis menatap lututnya yang tergores, gaun tidurnya juga sudah tidak berbentuk sekarang. Namun dirinya sadar, luka ini tidak ada apa-apanya dengan luka mereka semua yang meregang nyawa demi membela kesetiaannya.

Pandora ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang