Why

2.6K 418 25
                                    


Jennie terdiam memandang pohon maple yang berguguran, ia pikir di sini tidak ada pohon maple.

   Namun dirinya terkejut begitu mendapati kaki yang bergelantungan bebas dari atas pohon. Dengan ragu dirinya memberanikan diri mendekat ke arah pohon itu.

   Di tatapnya seorang pria sedang memejamkan matanya sembari menyangga kepalanya dengan tangan di batang pohon.

   Pangeran Damian. Apa dia sedang tertidur? Kenapa terasa seperti deja vu?

   Jennie tersenyum menatap wajah damai Pangeran Damian ketika sedang tertidur, ia kemudian berjongkok sembari mendongak ke atas, menolak melepaskan pandangannya dari pria itu.

   "Apa yang kau lakukan?" Jennie hampir saja terjungkal saat Pangeran Damian tiba-tiba berbicara, padahal matanya masih tertutup.

   "Tidak... tidak ada." Jennie menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian beranjak saat dirinya merasa malu akibat ketahuan memandangi pria bermata sipit itu.

   "Aku merasa risih, jangan mencoba mendekatiku."

   Deg!

   Apa yang barusan ia bilang? Risih? Jennie semakin merasa ada yang tidak beres dengan Pangeran Damian, kenapa kini dirinya membencinya?

   "Kenapa kau membenciku?"

   Jennie menoleh kebelakang setelah beberapa menit tidak ada jawaban dari Pangeran Damian. Pria itu masih disana, tidak beranjak.

   Matanya masih tertutup, mungkin tertidur? Atau menolak berbicara dengannya?

   Dengan gusar Jennie memilih pergi meninggalkan Pangeran Damian. Langkahnya gontai, bingung dengan perubahan Pangeran Damian yang tiba-tiba. Apa dirinya melakukan kesalahan?

   Tidak lama berjalan, Jennie berpapasan dengan Pangeran Christoper yang kini tersenyum menatapnya.

   Jennie hanya tersenyum kecut menanggapinya.

   "Kau...kenapa?"

   Jennie sedikit mendongak, menatap wajah pria tinggi yang berjarak satu meter di hadapannya.

   Jennie menggeleng, ia juga tidak tahu kenapa dirinya seperti ini. Apa mungkin Jennie mulai menyukai Pangeran Damian?

   "Kalau begitu, kau ikut aku." Pangeran Christoper tanpa aba-aba langsung menarik lengan Jennie untuk menjauh dari sana, membuat Jennie terbelalak dan mau tidak mau tubuhnya harus terseret oleh tenaga Pangeran Christoper yang sangat kuat.

   Sementara pria yang masih berdiam diri di atas pohon hanya menatapnya dari jauh, merasa terluka karena memilih menarik dirinya untuk menjauh.

   "Andai kau tahu... Pandora."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jennie berteriak girang menatap banyaknya kelinci yang berhamburan di sebuah taman. Dirinya merasa gemas begitu melihat kelinci-kelinci lucu itu melompat kesana kemari.

   Dengan cepat Jennie menangkap salah satu kelinci dan memeluknya, mengelus bulu-bulu halusnya dengan senyum menghiasi wajahnya.

   "Kau mendapatkannya dari mana?"

   Jennie ikut duduk di samping Pangeran Christoper yang masih tersenyum melihat tingkah Jennie yang sangat lucu.

   "Aku menangkapnya. Tadinya akan kujadikan umpan buruanku, tapi aku ingat denganmu jadinya ku simpan di sini."

   "Wah benarkah?"

   Pangeran Christoper mengangguk kemudian ikut mengelus kelinci yang Jennie peluk sejak tadi.

Pandora ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang