34

2.1K 82 1
                                    

Azka berdiri di dek kapal, matanya terus memperhatikan Nawalia yang sedang berada di anjungan. Ada sesuatu yang berbeda setiap kali ia melihat wanita itu—sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Awalnya, ia hanya merasa kagum akan profesionalisme dan ketegasan Nawalia, tetapi sekarang, ia menyadari bahwa perasaan itu mungkin lebih dari sekadar kekaguman biasa.

"Apakah aku jatuh cinta padanya?" pikir Azka dalam hati.

Namun, Azka tahu bahwa Nawalia adalah wanita yang sulit didekati. Sikap dinginnya membuat Azka ragu untuk mendekat. Tapi kali ini, ia memutuskan untuk mencoba berbicara dengan Nawalia, meskipun hanya sapaan sederhana.

Di anjungan, Nawalia berdiri sendirian sambil memegang ponselnya. Ia membuka dan membaca pesan singkat mereka.

Matanya berkaca-kaca saat membaca pesan pesan itu, seperti biasa. Ia tidak pernah menghapusnya, bahkan di setiap waktu ia merasa rindu, ia selalu membuka pesan tersebut. Rangga adalah bagian dari hidupnya yang tak tergantikan, dan pesan itu adalah satu-satunya kenangan yang selalu menemaninya.

Namun, di tengah lamunannya, tiba-tiba seseorang tanpa sengaja menyenggol tubuhnya.

"Maaf, Letda—" suara Azka terdengar, namun sebelum ia selesai berbicara, ponsel yang dipegang Nawalia terlepas dari tangannya dan jatuh ke laut.

Nawalia terkejut. Ia menatap ponselnya yang sudah tenggelam ke laut, lalu menoleh pada Azka dengan tatapan tajam.

"Kamu sadar apa yang barusan kamu lakukan?!" suara Nawalia meninggi, nadanya terdengar kesal.

Azka terlihat sangat bersalah.

"Saya benar-benar tidak sengaja, Saya minta maaf. Saya... saya tidak tahu ponsel itu penting untuk Anda."

Nawalia menghela napas panjang, berusaha menahan amarahnya. Ia tidak ingin membuat keributan, tetapi kehilangan ponsel itu—terutama pesan Rangga—adalah sesuatu yang menyakitkan baginya. Tanpa berkata apa-apa lagi, Nawalia berjalan menjauh, meninggalkan Azka yang masih berdiri kaku di tempat.

Azka tidak bisa berhenti memikirkan kejadian itu. Ia tahu bahwa ponsel itu pasti memiliki arti khusus bagi Nawalia, dan kesalahannya membuat Nawalia semakin menjauh darinya.

"Apa yang harus aku lakukan untuk menebus ini?" pikir Azka.

Rekannya yang melihat kejadian tersebut mendekatinya.

"Kenapa kamu kelihatan bingung begitu, Azka?"

"Saya tanpa sengaja menjatuhkan handphone Letda Nawalia ke laut," jawab Azka dengan nada menyesal.

Rekannya mengangguk paham.

"Kalau begitu, carilah cara untuk menggantinya. Tapi kamu tahu sendiri, dia bukan orang yang mudah didekati."

Azka tahu rekannya benar. Tapi perasaan bersalah, ditambah perasaan yang semakin berkembang dalam dirinya, membuat Azka bertekad untuk mencoba mendapatkan maaf Nawalia—dan mungkin, mengurangi jarak yang selama ini terasa begitu jauh antara mereka.

Di kamarnya, Nawalia duduk dengan perasaan campur aduk. Ia merasa marah, sedih, dan kecewa. Pesan terakhir Rangga adalah satu-satunya hal yang selalu memberinya kekuatan, dan sekarang pesan itu hilang selamanya.

Fly To EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang