Twenty Four || Kelilipan

488 73 2
                                    

"Zhen ge ayo kita liat sunset lagi kaya kemarin!" Ajak Junlin sehabis merapikan isi koper yang kelebihan muatan di dalam kamar penginapan-nya.

Zhenyuan yang sedang asik bermain drone bersama Renjun- adik dari Wendy, pun mengelak. "Jangan Lin."

"Lho kenapa?" Ia bingung.

"Sunset nya tenggelem lebih cepet kalo diliat sama Linlin."

"Eh- kok bisa?" Junlin bertambah bingung.

Zhenyuan bangun menghampiri Junlin. "Iya kan dia malu, ternyata ada yang lebih indah daripada dia."

"Uhukk...uhukk!" Renjun yang sedang meminum setarbak pun tersedak mendengar pembicaraan Zhenyuan pada Junlin. Sedangkan Junlin, pipi nya sudah seperti kepiting rebus, entah ingin di kemanakan wajahnya.

"Et lupa ada Renjun."

"Oops." Renjun menutup mulutnya dengan satu tangan dan tangan lainnya menunjuk wajah Zhenyuan. "Zhen gw aduin Wendy!" Ledek Renjun.

"Ge..." Zhenyuan menahan lengan Renjun di pintu saat ingin keluar dari kamar.

"Tenang elah Zhen, good luck aja dah ya. Byee- Ahahahah ude gede juga lu ternyata."

Zhenyuan melepas lengan Renjun, membiarkan Renjun berlalu pergi. lalu menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

.

.

.

Ketika mentari mulai tenggelam,
Langit terlihat sangat indah,
Gulungan ombak yang menari-nari,
Menambah keindahan sore itu.

Zhenyuan dan Junlin sedang menikmati angin sore dari balik balkon. Melihat matahari terbenam membuat pandangan Junlin lebih terfokuskan oleh pemandangan indah di depannya itu. Sampai lupa pada pemandangan yang juga sama indahnya berada di samping nya. Ya, Zhenyuan sedaritadi hanya memperhatikan lekuk wajah Junlin yang terobsesi melihat sunset. View dari balkon nya memang langsung tertuju pada pantai. Mungkin karena ia tinggal di kota yang di penuhi oleh gedung-gedung pencakar langit. Jadi, jarang melihat sunset. Dan sangat beruntung, hari ini cuaca sedang cerah. Ditambah awan-awan yang bergerak dan ada beberapa yang terbentuk menjadi beberapa sketsa binatang, membuat pemandangan matahari terbenam lebih indah.

"Lin, tau ga sih kamu bisa goyangin kuping kamu kalau senyum?"

Pandangan Junlin terbuyarkan oleh panggilan dari Zhenyuan. Ia menautkan kedua alis nya dan dengan heran mencoba menirukan apa yang dikatakan Zhenyuan barusan.

Junlin tersenyum seperti apa yang dikatakan Zhenyuan bahwa ia bisa menggerakan telinga di saat tersenyum. Zhenyuan terkekeh melihat Junlin yang benar-benar mencoba menggoyangkan telinganya, seperti apa yang ia katakan.

"Hehe, bercanda. Cuma pengen bikin kamu senyum doang kok."

"..."

"Lin?"

Junlin mengusak sebelah matanya. "Ada apa ge?"

"Kok diem- Lah kok nangis?" Zhenyuan menggoyangkan tubuh Junlin. "Eh- maap Lin, gege kan cuma mau liat kamu senyum, ga bermak-" Ucapnya terpotong.

"Kelilipan." Junlin mengerucutkan bibir.

"Ohh yaampun! gege kira Junlin kenapa, sini-sini gege bantu tiupin." Zhenyuan menarik Junlin untuk mendekat kearahnya.

Zhenyuan mencoba membantu dengan cara meniupkan sebelah mata Junlin yang terkena masuknya debu. Dari hanya menyisakan sedikit jarak sampai tidak ada jarak diantara wajah mereka.

Ditiup nya dengan pelan dan lembut-

Ceklek...

Zhenyuan dan Junlin otomatis menengok ke arah pintu kamar.

Pintu kamar terbuka, dan pintu balkon tidak tertutup. Jadi, Guanlin- adik dari Chanyeol, yang baru saja masuk kedalam, tidak sengaja melihat adegan Zhenyuan meniup sebelah mata Junlin.

"Eh? Aduh salah kamar. Sorry ya- lanjutin aja lanjutin gw mau keluar kok." Guanlin memutar arah dan keluar dengan menutup pelan pintu dengan rapat-rapat.

Zhenyuan salah tingkah. Junlin yang polos pun tiba-tiba ikut menjadi salah tingkah juga.

"Ekhem. Gimana, masih?" Tanya Zhenyuan mencoba menetralkan kecanggungan antara mereka berdua.

"Engga." Jawab Junlin sekenanya.

"Cuci muka aja gih." Zhenyuan menyuruh Junlin untuk masuk kedalam dan ia ikut mengekori dari belakang. Tidak lupa menutup pintu balkon beserta tirainya.

To Be Continued⚘

My Stepbrother {ZHENLIN}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang