Dvn|01

59.5K 3.3K 328
                                    

Happy reading 😘
*
*
*

Plakkk....

Suara tamparan menggema di seluruh penjuru ruang keluarga di kediaman Brahmantyo. Lebih tepatnya rumah keluarga Davina-- ralat rumah yang sangat benci dengan Davina yang ia anggap seperti neraka.

"DASAR ANAK PEMBAWA SIAL!! " Ucap Ivona sambil terus menjambak rambut Davina dengan sangat kuat sampai membuat Davina merasa sedikit pusing.

Davina hanya bisa diam tapi bukan berarti dia tidak mau menjawab. Davina diam karena kalau dia bersuara sama saja dia sedang membangunkan macan yang sedang tidur, ya bisa-bisa ia tewas mengenaskan malam ini juga.

Davina terus berusaha untuk melepaskan cengraman kuat pada rambutnya. Tapi semakin ia berusaha melepaskan tangan Ivona semakin kencang pula jambakannya.

"KENAPA TIDAK MENJAWAB HUH? " Kali ini adalah suara sang Papa a. K. a Reinaldo sambil mengangkat dagu Davina. Kemudian....

PLAKK..

Tamparan kembali mendarat di pipi mulus nan putih milik davina. Dan sekarang satu tetes kristal bening mulai turun. Ivona pun melepaskan jambakannya karena sudah merasa puas, maybe.

"Tampar Pa, tampar. Kalo dengan nyakitin aku bisa buat kalian bahagia lakuin. " Ucap Davina sambil menepuk pipinya dengan tangannya sendiri.

"OH SEKARANG KAMU UDAH BERANI YAH. "

Plakk...

Sekali lagi tamparan mendarat di pipi Davina. Sekarang tubuh Davina terasa lemas, seperti tidak ada tulang yang bisa menopang tubuhnya lagi. Davina kembali terduduk setelah didorong kuat oleh kembarannya, tidak ada yang mau menolongnya, kakaknya? Sedari tadi ia hanya berdiri menyaksikan apa yang terjadi tanpa mengeluarkan suara sedikitpun dan memasang tampang datar.

"Gausah sok sandiwara deh lo. " Ucap Devina sambil mendorong kuat bahu kembarannya itu hingga Davina terjatuh di lantai.

"Air mata yang lo keluarin palingan air mata buaya, biar bisa bikin kita semua luluh sama lo, kan. Iya kan. HEH, JAWAB DONG? " ucap Devina sekali lagi.

"Gak.... " Bela Davina.

"Halah lo gak usah ngeles lagi deh. Dasar pembawa sial. " Ucap Devina seraya menekankan kata pembawa sial.

"Lo tuh gak cocok jadi bagian dari keluarga Brahmantyo, karena lo itu cuma bisa nyusahin orang tua dan lo cuma jadi pembawa sial di keluarga ini. " Sambung Devina sambil menunjuk-nunjuk Davina yang sudah lemas tak berdaya.

Davina diam tak menjawab perkataan dari kembarannya itu. Ia hanya diam menahan sakit yang menjalar di hatinya. Apakah sebenci itukah mereka pada dirinya?

Semua anggota keluarganya pergi dari ruangan yang bagaikan neraka itu tak terkecuali Davina yang masih terduduk di lantai dengan bagian sudut bibir mengeluarkan darah, mata sembab karena menangis, dan kepalanya yang pusing.

TINGG...

Suara notifikasi dari ponsel Davina membuyarkan lamunannya tentang hal yang sepotong memori yang begitu menyakitkan.

Pandangan Davina sudah mengabur karena sudah banyak air mata yang ada di kelopak matanya.

Sial! Kenapa gue nangis sih. Ucapnya dalam hati.

Dengan kasar Davina mengusap air matanya dan langung mengambil ponselnya untuk mengecek notifikasi yang masuk.

Ciwi-Ciwi milenial👑❤(5)

DAVINA [Udah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang