Dvn|07

26.5K 1.8K 35
                                    

Happy Reading
Jangan lupa vote dan komen
***

Davina terbangun dari tidur karena mendengar suara gedoran pintu kamarnya. Dia yakin bahwa itu adalah mama, serta kembarannya yang meminta ia mencuci baju.

"Heh, anak gak tau diri bangun kamu! Kerjaan belum beres udah pake acara tidur segala," ucap mama ketika pintu sudah terbuka.

"Aku capek ma," balas Davina.

"Oh, sekarang lo udah berani ngelawan yah," ucap Devina yang sudah mendekati Davina yang masih berdiri di dekat nakas tempat tidurnya.

"Bukannya aku gak mau kak, tapi aku lagi capek," ucap Davina lagi. Sekarang Devina berdiri tepat di depan Davina dan menjambak rambut kemarannya yang tidak bersalah itu. Davina rasanya sangat ingin menumpahkan seluruh air matanya saat itu juga. Namun, jika ia melakukan hal itu, ia akan ditertawai oleh kembarannya dan mamanya itu.

"Sakit Dev, sakit," keluh Davina ketika kembarannya menjambak rambutnya sangat kencang.

"Oh, sekarang lo udah berani sama gue? Dasar lo gak tau malu!" balas Devina yang masih belum melepaskan tarikan pada rambut adiknya itu.

"Devina lepas Dev, sakit." Kini setitik air mata Davina turun dengan sendirinya.

"Oh jadi kamu mau ngebantah omongan saya!" Amarah Ivona sudah mulai menguap. Ia mendekat kearah Davina dan menarik rambut Davina dengan sangat kuat. Ivona menggiring Davina menuju kamar mandi dan mencelupkan kepala Davina ke dalam bath-up yang berisi air penuh.

Davina berpegangan pada benda-benda sekitar ia merasa sudah kehabisan nafas dan apakah ini adalah saat ia meninggalkan semua orang yang sangat ia sayangi, pikirnya.

Ia ingin sekali berteriak, menangis dan membentak semua orang yang menyakiti hatinya itu, namun apalah daya ia tidak bisa mengungkapkan semua yang ia rasakan oada orang yang ada di dunia ini. Ia merasa tidak ada gunanya hidup berlama-lama di sini, kalau hanya dicaci maki dan disiksa.

Ivona sudah melepaskan Davina dan pergi meninggalkan tempat itu. Wajah Davina sudah sangat pucat dengan rambut yang awut-awutan, Devina melihat kembarannya itu sambil tersenyum sinis dan membisikkan sesuatu tepat di telinga Davina.

"Good night, pembawa sial," ucap Devina dan pergi meninggalkan Davina tak lupa mendorong bahu kembarannya itu dengan sangat kencang. Hal itu membuat Davina jatuh dan kepalanya terhantuk ujung bath-up dan sedikit mengeluarkan darah segar.

Davina terduduk lemas sambil menumpahkan seluruh air matanya. Ia hanya bisa diam saat Ivona seperti tadi, bukannya tak mau membalas. Namun, ia hanya pasrah, kalau memang itu kebahagian orang tuanya serta kakaknya maka silahkan lakukan semua itu padanya.

***

Istirahat kedua dihabiskan oleh Davina dan teman-temannya di kantin sekolah yang tidak terlalu ramai. Mereka mengambil posisi di pojok kantin sambil bersena gurau bersama. Saat Raffa yang melemparkan candaan garing dan receh, Davina hanya tersenyum tipis dan kembali menatap lurus ke depan.

"Vin, lo kenapa dah dari tadi diem mulu," ucap Zellyn yang memperhatikan Davina nampak tak bersemangat hari ini.

Naya sudah bisa menebak, bahwa Davina sedang ada masalah di rumah nerakanya itu. Iya, Naya sudah lama bersahabat dengan Davina dan berbeda denga yang lain. Naya sudah mengetahui bahwa Davina terjerat masalah keluarga yang sangat rumit dan hanya bisa di selesaikan oleh yang maha kuasa.

DAVINA [Udah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang