Happy reading Dipinilipirs-kuh
Hayu siders
tampakkan wujud kalian, aku mau liat kalian ;-)
🔸
.Davina termenung di taman rumah sakit, dia duduk di kursi roda dan matanya masih memandang tangannya yang tertusuk jarum dan ditutupi oleh kassa yang diberi plester luka.
"Davina, ada hal yang mengganjal hati kamu?" Zea memegang pundak Davina dan mengelusnya pelan.
"Banyak, Kak." Davina masih menatap kosong infus yang melekat di tangannya.
"Apa contohnya?" Zea kembali bertanya.
"Apakah aku gak pantas bahagia, Kak? Orang-orang yang berada di dekatku pasti akan mengeluarkan kalimat yang sangat menenangkan saat itu, dan orang itu akan pergi sesuka hati mereka, tanpa memikirkan perasaan aku, Kak." Davina mulai meneteskan air matanya, kemudian mengamati luka gores yang ada di lengannya.
"Sejak kapan kamu melakukan hal itu, Vina?"
"Sejak kejadian itu." Davina memandang bunga indah yang ada di depannya.
"Kapan? Dan apa yang terjadi?" selidik Zea hati-hati tidak ingin melukai hati gadis yang sangat rapuh itu.
"Bertahun-tahun lalu, saat aku juga keluargaku pindah ke Bandung. Hari itu adalah hari yang sangat suram bagiku. Dia meninggal tepat di depan mataku. Aku selalu saja dituduh sebagai pembunuh sejak itu. Mereka enggak tau kejadian yang sebenarnya, Kak. Aku hancur, aku rapuh, dan aku gak ada siapa-siapa lagi sejak kejadian itu." Zea sangat penasaran hal apa yang menimpa gadis yang ada di depannya itu.
"Lantas siapa dia yang kamu maksud?" selidik Zea sangat hati-hati, tidak ingin menyakiti gadis yang sangat rapuh itu.
"Dia adalah orang yang sangat aku sayangi-- adikku." Setetes kristal bening meluncur bebas di pipi mulus milik Davina tanpa izin.
"Kejadian apa yang bisa membuat dia pergi?" Zea memegang dan mengusap pelan luka yang ada di lengan Davina. Dia begitu kasihan pada gadis itu. Mendengar cerita Davina, Zea lanhsung mengerti masalah apa yang menyebabkan gadis itu sampai dia menjadi pemurung dan juga lebih menutup diri dari dunia luar.
"Saat itu aku dan dia pergi berjalan-jalan di desa itu. Kami sangat bahagian, tertawa bergembira. Aku sangat bahagia sampai tidak menyadari kalau aku sudah berada di tengah jalan aspal kecil di desa itu, tidak mementingkan apakah akan ada kendaraan yang lewat atau tidak. Jalanan itu terlihat sangat sepi, aku dengan santainya berjalan di tengah-tengah tanpa takut. Namun, ...."
"Kakak! Awas!" teriaknya saat melihat ada mobil pribadi yang melintasi jalan iti dengan sangat cepat.
"Awh." Davina terpental akibat dorongan dari adiknya, dan langsung terkejut karena melihat adiknya yang tidak berdaya di atas jalan kecil itu, dan kejadian naas disaksikan langsung oleh Davina yang saat itu masih menginjak bangku Sekolah menengah pertama.
'Brak' suara itu membuat sekujur tubuh Davina seakan-akan mati. Dia tidak tega melihat adiknya seperti itu. Bersamaan dengan suara teriakan dirinya yang histeris melihat itu.
"Aldo!" jerit Davina bersamaan dengan suara tabrakan yang sangat mengenaskan itu. Air mata Davina meluruh seketika melihat kondisi adiknya sangat lemah tidak berdaya dan sudah berlumuran darah.
Davina tidak menyangka bahwa hari itu menjadi hari penuh luka dan duka bagi dirinya dan keluarga. Tanpa menghiraukan kakinya yang terluka, Davina bangkit dan berlari memeluk adiknya itu. Dia memangku kepala yang sudah berlumuran darah itu dan menyingkirkan rambut Aldo yang menutupi luka di kening cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVINA [Udah Terbit]
Teen Fiction'Cerita ini belum direvisi' Punya 'sequel' dengan judul: Devira. Ini bukan kisah manis di masa SMA. Ini juga bukan kisah cinta yang sangat susah untuk dilupa. Tapi, ini adalah kisah perjuangan seorang gadis rapuh bernama Davina. Hidupnya dipenuhi de...