P R O L O G

12.5K 690 43
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

Prolog

•••

"Shalat ku masih sulit khusyuk, lisanku masih hobi mencela, mataku masih tak henti berzina, dan hatiku tak hentinya mendengki. Apa dengan segala keingkaran itu, aku masih bisa menjadi bidadari yang dirindu surga? Sedang aku tahu, surga bukanlah tempat untuk seorang pendosa," tanya gadis berkerudung hitam di depan seorang pemuda.

Suasana mendadak hening. Tak ada lagi sorak sorai katak pengiring malam. Hujan yang baru usai beberapa menit lalu, masih meninggalkan gerimis. Aroma tanah yang berbaur dengan hujan menyeruak dalam indera penciuman. Membuat malam semakin terasa kelabu bagi sepasang manusia itu.

Pemuda itu hanya bisa terdiam kaku. Tidak membenarkan ataupun menyanggahnya.

Namun perlahan, dia mulai mendongakkan kepalanya. Menatap sendu sang gadis yang menangis pilu.

Dia bisa turut merasakannya karena dulu diapun pernah di posisi yang sama. Kehampaan hati yang disebabkan lemahnya iman.

Dia menghela napas sejenak, sebelum mencoba untuk berbicara, "Kamu benar, surga bukanlah tempat untuk seorang pendosa. Tapi surga adalah tempat untuk mereka yang bertaubat."

"Dan bagaimana jika taubatku tidak diterima karena begitu kotornya aku?"

Pemuda itu tersenyum tipis sebelum kemudian menjawab, "Jangan pernah takut jika taubatmu tidak diterima. Karena Allah itu Maha penerima taubat. Allah selalu mengampuni hamba-Nya yang bertaubat dengan sungguh-sungguh, sebelum napas sampai di kerongkongan. Maka bertaubat lah! Luruskan kembali niatmu hidup di dunia ini. Aku yakin, kelak kamu bisa menjadi wanita yang dirindu surga karena kecantikan akhlakmu."

Sang gadis masih terdiam. Namun kali ini, tangisnya telah reda, bersamaan dengan gerimis yang telah usai.

Mata bulatnya yang kuyup oleh air mata, menatap pemuda yang tak jauh darinya dengan penuh harap. Bibir tipisnya yang turut memerah karena tangis, bergetar. Dalam hati, dia mulai menguatkan tekad untuk mengemukakan keinginannya. Dan dengan mantap, dia bertanya, "Apa kamu mau, menuntunku agar bisa menjadi bidadari yang dirindu surga?"

Hening. Tak ada balasan apapun. Bahkan untuk bernapas saja rasanya pemuda itu sulit.

Tangan gadis itu saling menggenggam erat. Dia kembali menundukkan kepala. Dalam hati dia merutuki kebodohannya, batinnya terus menerka-nerka, "Apa masih ada renjana yang tersimpan untukku?"

•••

Assalamualaikum temanss ....

Selamat datang di ceritaku yang berada dalam naungan BMB Family.

Sudah siap berkelana dengan kisah Fikri?

Bagi yang belum kenal, mau panggil Fina, boleh. Mau panggil Teh Fina, boleh. Mau panggil Dek Fina, juga boleh. Mau panggil sayang, itu yang gak boleh. HAHAHAHA ....

So, jangan lupa diwajibkan vote dan disunnahkan komen.

Sampai bertemu di bab satu👋

Ketjup jauh💕

11 Juli 2019

Cemburunya BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang