B A B 2 9

2.5K 269 29
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

Terlahir Sebagai Pemenang

•••

"Kegagalan hanyalah akhir dari sebuah ketidak yakinan. Sedangkan kemenangan adalah awal dari sebuah tekad untuk terus bisa."

-Cemburunya Bidadari-

•••

Selepas subuh, Gwena dan Shilla memutuskan untuk jogging di taman kota. Minggu pagi yang cerah dengan segala aktifitas biasa di hari libur. Meski sedikit kecewa karena Shilla yang ternyata tidak kenal dengan foto ayahnya, Gwena masih tetap berusaha bersabar. Mungkin memang belum takdirnya bertemu kembali dengan sang ayah. Gwena hanya butuh sedikit lagi waktu yang akan mengungkap, seperti apa skenario hidupnya ke depan.

Karena dia yakin, jika akan ada satu masa dia diberi kejutan oleh Yang Maha Kuasa sebagai buah dari kesabarannya selama ini. Biarlah sekarang dia pupuk dulu dirinya, bersusah payah menyirami setiap hari, tidak kenal lelah dan menyerah. Karena suatu saat nanti, dia juga yang akan menuai hasil dari apa yang selama ini dia perjuangkan.

Shilla melirik sekilas Gwena yang ada di samping kirinya. Sedari malam wajah yang selalu ceria itu tampak lebih murung. Diapun merasa bersalah, karena seharusnya tidak memberikan harapan palsu pada Gwena. Dan seketika ingatannya kembali terfokus pada rencana awalnya menginap di kost Gwena.

Perlakuan Rumi.

Itu yang saat ini ada di pikiran Shilla.

Dengan penuh kehati-hatian, Shilla memulai aksinya.

"Gwen..."

"Iya?"

"Kamu lagi ada masalah?"

Gwena mengalihkan tatapan matanya, tangannya bergerak abstrak. Membuat Shilla semakin menajamkan telinganya bersiap mendengarkan jawaban.

"Enggak."

Hembusan napas lelah Shilla keluarkan.

"Duduk dulu, deh." Ajaknya kepada Gwena, dan langsung duduk di atas hamparan rumput hijau.

"Terkadang, ada sebagian orang yang berpikir kalo dia bisa memendam masalahnya sendiri. Menyelesaikannya sendiri. Padahal dia juga tahu, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Mereka tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain."

"Aku tidak mau orang lain ikut susah dengan masalah ku, Teh. Karena aku tahu, setiap orang juga punya masalahnya sendiri. Gak usah diperibet lagi sama masalahku."

Shilla tersenyum hangat, rupanya yang tersinari mentari pagi tampak sangat cantik. Sosok wanita dewasa dengan pembawaan yang selalu lembut dan tenang. Kembali, Gwena merasa minder.

"Setiap orang memang memiliki masalahnya sendiri. Tapi porsinya berbeda. Ada yang berat, dan ada juga yang ringan. Kalo kamu takut menyusahkan, cerita sama aku. Aku siap menampung semua keluhanmu." Jeda lima detik. "Gwen, kamu memang bisa menganggap dirimu kuat. Tapi hati dan pikiranmu tidak. Raga kamu merespon lain, ada kalanya dia lelah dan butuh tempat untuk bersandar."

Gwena masih diam, sifat keras kepalanya sedang muncul. Membuat Shilla harus ekstra bersabar.

"Cerita, aku siap mendengarkan."

Terdengar hembusan napas lelah dari bibir Gwena. Gadis yang kini menggunakan trening hitam bergaris putih pada jahitan pinggirnya itu menenggak air mineral dalam botol dengan rakus.

Cemburunya BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang