B A B 1 1

3.1K 293 31
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

Sebelum mulai, aku mau kasih pesan dulu. Mulai chapter ini dan seterusnya, bakalan sering muncul kebersamaan Fikri sama teman-temannya. Seperti yang kita tahu, pertemanan sekarang itu gaya berinteraksinya kaya apa. Jadi, jika nanti terdapat kata-kata kasar atau yang sebagainya, tolong jangan dianggap serius dan jangan ditiru. Di sini hanya untuk hiburan saja, tanpa ada niat untuk menyinggung.

Terimakasih atas pengertiannya.

Selamat membaca ;)

•••

Wanita Idaman Itu?

•••

“Tidak perlu cantik rupa untuk menarik hati. Karena sebuah ikatan rasa hanya akan hadir saat hati saling terpaut hanya kepada-Nya.”

-Cemburunya Bidadari-

•••

Siang setelah kembali dari masjid usai menunaikan shalat dzuhur berjamaah, Fikri langsung bertolak ke OK distro seperti rutinitas biasanya ketika akhir pekan, dan sedang tidak ada tugas penting.

Di perjalanan tiba-tiba hujan turun, Fikri yang sejak awal tidak membawa jas hujan untuk berjaga-jaga akhirnya harus merelakan dirinya untuk basah. Untungnya, jarak OK distro saat hujan mulai turun tak lagi jauh. Sehingga tubuh Fikri hanya basah sebagian di bagian depan, itu pun dia mengenakan jaket sehingga kaos bagian dalamnya tidak ikut basah.

Setelah memarkirkan motornya di pelataran OK distro, Fikri langsung berlari menghindari hujan. Sesaat setelah sampai di depan pintu masuk, dia membuka helmnya dan mengusap wajahnya yang kuyup sebelum kemudian masuk ke dalam toko.

Di dalam, Fadil, Regi, dan Asep telah menunggu. Ah, salah. Bukan menunggu, tetapi tengah duduk santai sambil mengobrol ringan. Karena pada kenyataannya, Fikri datang atau tidak pun tidak masalah bagi mereka. Toh, hari ini tidak ada sesuatu hal penting yang mesti dirundingkan.

“Assalamualaikum.”

Ketiga kawannya langsung menjawab salam yang Fikri ucapkan.

“Hujan gini kirain lo gak dateng,” ujar Regi.

“Kena hujan di lampu merah depan. Tau kalo mau hujan, gue gak bakalan dateng,” jawab Fikri sembari melepas jaketnya.

Setelah itu semua sibuk dengan urusan masing-masing. Asep dengan gamenya, Fadil dengan laptopnya, dan Regi dengan gawainya sembari senyam-senyum tidak jelas. Sudah dipastikan, sahabat Fikri yang mengenakan kaus pendek berwarna biru navy itu tengah chatingan dengan salah satu gebetannya.

Kenapa salah satu?

Wes ... meski muka pas-pasan gitu, tapi gebetan dia banyak, loh. Kalau kata Fikri, Regi itu cewenya di setiap tikungan ada. Jadi, tidak aneh lagi kalau kebanyakan wanita yang pernah menjadi korbannya, menyebut Regi lelaki playboy.

Sebagai sahabat, Fikri sudah mencoba untuk menasihati dia. Namun apa jawabnya? Regi malah berucap, “Mumpung belom sah. Nanti kalo udah sah, gue bakalan jadi suami yang super setia. Percaya deh sama gue.”

Dan sayangnya, penilaian wanita kepada seorang pria itu bukan hanya perlakuannya setelah menikah. Tapi, perlakuannya saat masih melajang. Apakah terus taat pada perintah-Nya, atau malah tenggelam dalam larangan-Nya.

Cemburunya BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang