B A B 7

3.6K 315 13
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

Semanis Rasa

•••

"Hati-hati dalam mengambil keputusan, karena sesuatu yang tergesa tanpa melibatkan-Nya biasanya selalu datang dari setan."

-Cemburunya Bidadari-

•••

Pancaran sinar yang membias pada kisi-kisi jendela perpustakaan membuat gadis berlesung pipi itu menyipitkan matanya. Bergeser tempat duduk untuk menghindari cahaya yang menyilaukan. Netranya masih mencoba untuk fokus membaca deretan huruf yang sudah dia selami selama setengah jam ini. Sesekali, tangannya mencatat informasi penting yang dia cari pada sebuah binder berwarna jingga.

Semenjak memasuki masa-masa pertengahan kuliah membuatnya tenggelam dalam banyaknya tugas. Sampai terkadang mengabaikan perutnya yang belum diisi. Tuntutan dalam diri untuk memberikan semua yang terbaik, membuat gadis itu tak pernah patah semangat dalam menggapai mimpi.

Dan semuanya membuahkan hasil, dengan nilai yang selama ini dia peroleh. Belum pernah dalam sejarah hidupnya dia memperoleh nilai 'C' semuanya selalu mulus 'A'. Pernah sekali dia mendapatkan nilai 'B', dan dia merasa marah pada diri sendiri karena tidak bisa konsisten dalam belajar.

Manusia memang sejatinya selalu begitu, tidak pernah puas akan apa yang digapai. Padahal, ada hal yang lebih penting dari mengejar urusan dunia, yaitu mencari bekal akhirat.

Ilmu duniawi saja tidak cukup, harus lah diimbanginya dengan ilmu untuk bekal akhirat. Karena kehidupan yang abadi adalah saat nafas sudah terlepas dengan raga. Dan semua yang ada di dunia, akan ditinggalkan.

Bleb ....

Shilla menutup buku setebal duapuluh senti itu setelah selesai melakukan pencariannya untuk tugas. Dengan santai, dia membereskan binder serta bolpoinnya, menyimpan kembali buku yang semula dia pinjam ke dalam rak. Kakinya mulai melangkah ke arah penjaga perpustakaan, menyebutkan nomor tempat tasnya dititipkan, dan berucap terimakasih setelah tas selempangnya telah disampirkan di bahu sebelah kanan.

Setelah keluar dari ruang perpustakaan, Shilla melangkah menuju taman kampus. Duduk menyender pada bangku taman. Tangannya bergerak mengambil gawai yang berada dalam mode diam karena peraturan dari perpustakaan tadi.

Saat sudah menghidupkan data selulernya, mulai banyak pesan yang masuk. Beberapa diantaranya ada dari group kajian, organisasi, sampai personal chat dari beberapa temannya.

Fokus Shilla tertuju pada pesan yang dikirimkan ibunya. Seperti biasa, wanita yang sangat berharga di hidupnya itu menanyakan kabarnya. Membuat Shilla tersenyum tipis. Dalam hati dia senantiasa terus bersyukur kepada Allah karena telah memberikan orangtua yang sangat menyayangi dan perhatian padanya. Selalu berkirim kabar setiap hari, walau hanya menanyakan perihal sesuatu yang sederhana.

Meski terkadang adanya penekanan dari kedua orangtuanya, terutama ibunya dalam hal pendidikan. Tapi hal itu tidak membuat Shilla kesal. Pasalnya dia tahu, bahwa orangtua selalu tahu yang terbaik untuk anaknya. Tidak akan pernah mungkin mereka menyelewengkan jalan anaknya. Karena seburuk apapun orangtua, mereka pasti selalu mengupayakan yang terbaik untuk putera-puterinya.

Cemburunya BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang