B A B 2 3

2.5K 259 24
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

Jatuh dan Cinta

•••

"Kita hanya beraromakan rasa, yang belum menemui temu. Kita hanyalah sebuah angan detak, yang belum pasti menjadi satu. Karena kita masih memendam rasa, meski decap doa selalu ku seru."

-Cemburunya Bidadari-

•••

Getaran asmara itu masih bisa semakin bergejolak menggelora, meski intensitas pertemuan yang terbilang jarang. Rindu yang mengawal kalbu, kerap kali mendesak untuk mengakhiri jarak. Namun apa daya jika rasa darinya masih terasa semu?

Meski sudah merasakan sinyal dari Fikri, Shilla masih belum bisa terduduk tenang. Pikirannya masih mengelana, mencari jawaban atas segala tanya. Apakah sudah pasti, jika Fikri pun akan membalas rasanya, atau hanya sebuah getaran biasa yang tak bergejolak?

Lama mengenal Fikri, membuat Shilla terkadang gemas. Fikri yang terkadang acuh, namun kerap juga tak acuh telah mampu memorak-porandakan kewarasannya.

Sebenarnya, akan dibawa kemana kejelasan yang abu ini?

Oh, mungkin dia hanya terlalu baper dengan penuturan Rumi yang berkata bahwa anak lelakinya mulai tertarik dengan Shilla. Otaknya terlalu cepat menarik kesimpulan bahwa lelaki itupun memiliki rasa yang sama. Dan nyatanya, kini hatinya sendiri tertawan oleh rasa sakit karena sembilu.

Cara Fikri memperlakukannya, syarat sekali akan lelaki itu yang sangat memuliakannya sebagai seorang perempuan. Menjaganya seolah dia adalah gelas kaca yang mudah pecah. Memperlakukannya dengan lembut, seolah dia adalah kertas tipis yang rapuh.

Namun, saat dia menyelami sendiri manik mata hitam lelaki itu, Shilla merasa hampa. Tidak dia temukan binar yang sama seperti yang dia miliki untuk Fikri.

Shilla hanya bisa tersenyum tipis yang menahan gigi gingsulnya. Mungkin dia hanya perlu lebih lama lagi untuk bersabar, dan lebih menggiatkan lagi doanya.

"Kalo gitu, aku permisi dulu," ucapnya undur diri dari OK distro.

"Buru-buru amat, Shill," balas Regi.

"Masih ada urusan lagi, Reg. Lain kali aku main lagi ke sini," dustanya dengan beribu rapalan doa dalam hati, memohon maaf kepada Sang Pencipta atas kebohongannya. "Gwen," panggilnya.

Gwena yang masih menenggelamkan diri di balik layar laptop, perlahan mulai menyembulkan kepalanya sedikit demi sedikit, dan hanya memperlihatkan sebatas matanya.

"Iya, Teh?"

Semenjak tahu mereka sama-sama orang sunda, Gwena berinisiatif memanggil Shilla dengan sebutan 'Teh' yang merupakan panggilan orang sunda kepada kakak perempuan, karena usia Shilla yang lebih tua dari Gwena.

"Aku duluan, semangat kerjanya."

"Hehe ... iya, Teh. Semangat juga skripsinya."

Shilla tersenyum simpul. "Aku pamit, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab kompak seisi ruangan.

Plak!

"AW! Lo apa-apaan sih, Sep?" pekik Fikri saat merasakan sensasi perih dan panas pada paha sebelah kanannya.

"Lo yang apa-apaan. Gak gentle banget jadi cowok, ada cewe mau pulang itu anterin, kek. Atau cuma sekedar basa-basi bisa, kan?" cerocos Asep.

Cemburunya BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang