B A B 1 2

2.7K 299 27
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

Note: Ini chapternya pendek. Bacanya pelan-pelan aja biar gak cepet abis. Hehehe...

•••

Tampol Online

•••

"Tanyakan dulu kesungguhan dalam hatimu. Apakah dia benar seseorang yang terbaik untukmu, atau hanya sekedar seseorang yang kamu inginkan dalam sesaat. Karena persoalan jodoh tidak selucu dan sebodoh itu."

-Cemburunya Bidadari-

•••

"Kayaknya Shilla udah masuk deh, sama kriteria, lo."

"Mungkin. Makannya gue mau nyoba buat kenal lebih jauh," jawab Fikri dengan santai. Pikirannya kembali menerawang, menanyakan kesungguhan yang terdapat di dalam hatinya.

Fikri juga sepemikiran dengan Fadil. Sepertinya Shilla sudah masuk ke dalam kriterianya. Tapi hal itu masih terasa kurang, karena dia belum mengenal Shilla lebih jauh. Bisa saja kan, kalau kebaikan yang tampak itu semua hanya topeng? Zaman sekarang sulit membedakan yang asli dan palsu. Semua terlalu apik memainkan dramanya, sampai tidak memiliki celah.

Bukannya berlaku suuzan atau apa, Fikri hanya tidak mau kembali memilih keputusan yang salah dalam melabuhkan hati. Sulit untuk dia jatuh cinta, dan sulit pula untuk dia belajar ikhlas melupakan. Dan semua proses itu yang membuatnya malas. Malas jika harus bersusah payah menata kembali hati yang semula terisi namun kini kembali kosong,  malas terlalu kembali berharap lagi kepada manusia yang sudah pasti akan berakhir kecewa, dan malas jika terus berada di dalam kungkungan setan, karena itu bisa membuatnya selangkah lebih dekat dengan neraka. Naudzubillah min dzalik. Cukup sekali saja dia dulu melalaikan hatinya yang terlalu mengutamakan kecintaan kepada makhluk-Nya, dibanding kepada Sang Pencipta. Tidak mau lagi-lagi.

Menurutnya, lebih banyak hal menakjubkan lain ketimbang mengurusi persoalan cinta yang tiada habisnya. Cinta itu suatu fitrah yang memabukkan, sekaligus mematikan. Dan akar dari cinta itu adalah hati. Karena itu, hati-hatilah dengan hati. Luka sedikit saja bisa membuat seseorang kehilangan kewarasannya. Lebay sekali, bukan?

"Laper, nih." Celetuk Asep yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dari keempat founder OK distro, dia yang paling beser. "Ke kafe sebelah, yok!"

"Males. Di luar masih hujan."

"Elah, lebay amat lo, Dil. Tinggal loncat ke samping doang juga. Apa lo takut kena air dikit berubah jadi mermaid?"

"Asem, lo. Mulutnya nyablak banget. DO aja, deh." Usul Fadil.

"Mana bisa. Mereka gak melayani DO."

"Kaya emak-emak lo kalo lagi laper." Cibir Regi.

"Terserah gue. Lagian, makan itu penting demi kesejahteraan cacing-cacing di perut biar gak suka curi nutrisi!"

"Omongan lo, Sep. Makin hari makin ngawur aja. Ngeri gue."

Fikri yang bosan mendengar perdebatan itu, langsung mengambil langkah untuk menghubungi nomor baru dalam kontak teleponnya. Entah mengapa, seketika hal itu melintas dalam pikirannya. Nomor baru yang tidak pernah dia simpan sendiri.

Awalnya, dia pikir nomor itu akan tidak ada gunanya. Namun ternyata, di saat tak terduga seperti ini, nomor itu berguna juga. Dengan santai, dia mengetikkan sebuah pesan.

Gwen Cantik

Assalamu'alaikum

Tidak menunggu waktu lama, pesannya dibalas, karena seseorang yang berada di seberang sana pun menunjukan sebuah aktivasi.

Waalaikumsalam. Maaf, ini dengan siapa?

Fikri gak pake akang.

Tolong anterin makanan ke OK distro, bisa?

Kok, bisa punya nomer saya.  Dapat dari mana?

Fikri membelalakkan matanya saat membaca pesan yang dikirim Gwena. Gadis ini pelupa atau emang lemot? Seketika Fikri ingin mengumpat, tapi masih ingat dosa. Jadilah dia hanya merapal istighfar sebanyak-banyaknya di dalam hati. Tidak menyangka akan bertemu dengan gadis spesies Gwena. Gadis yang sangat ajaib.

Gue dapet dari lo, waktu gue anterin pulang. Katanya sebagai ucapan terimakasih.

Oh, iya kah? Situ lagi gak modus, kan?

Fikri menggretakkan giginya. Kenapa Gwena ini kepedean sekali? Dalam kekesalan, jemarinya masih lincah membalas.

Terserah lo deh.
Gimana, bisa gak nganterin ke sini?

Setelah bercentang dua, warnanya tidak berubah menjadi biru. Dan ketika dilihat, ternyata Gwena sudah tidak online. Kekesalan Fikri semakin memuncak sembari bertanya-tanya dalam hati, "Kok, ya ada gadis kaya gitu?"

Dilihat, tiga sahabatnya sudah berhenti berdebat. Semuanya kompak membungkam mulut. Fadil lebih memilih untuk tidur, Regi yang masih asik dengan chattingannya, dan Asep yang duduk memeluk bantal sofa sembari mencebikkan bibirnya, fix kayaknya si Asep sudah kelaparan tingkat monas.

Merasa sedikit kasihan, Fikri berniat untuk bertanya kepada Asep ingin memesan makanan apa. Namun, baru saja bibirnya akan bertanya, dentingan ponselnya mengintrupsi.

Oh, rupanya pesan dari gadis ajaib itu.

Maaf, Kang. Saya sekarang lagi off, bagian shift malam. Kalo Akang tetep mau dilayanin sama saya, lapermya dipending dulu aja sampe bagian jam kerja saya. Saya gapapa, ko ;)

"Lo nya iya gak papa. Lah gue, masa disuruh nahan laper. Udah kaya gitu masih bilang gak papa? Pemikiran macam apa itu? Gue tampol online, baru tau rasa."

Meski sudah ditahan, umpatan itu tetap keluar dari bibir Fikri, ketika membaca sederet pesan yang Gwena kirim. Kesabarannya sudah habis, dan diperunnyam oleh Asep yang kini tambah mencebikkan bibirnya dengan tampang memelas. Rabbi .... Kenapa hidupnya dikelilingi oleh orang-orang absurd semua?

"Cabut cari makan, Sep!" Ajaknya sembari menggeret kerah kaus polos yang dikenakan Asep.

Matahari terbit di kedua mata Asep. Bibirnya tersenyum merekah, bak mawar merah yang tersinari mentari. "Akhirnya, lo peka juga brother."

•••

Oemji, maaf kalo part ini absurd juga. Soalnya ini menyempatkan nulis diwaktu yang sempit. Tadinya mau gak update dulu, tapi rasanya gak tega ah menelantarkan pembaca. Jadiii ... I am comeback😆

Jangan lupa pencet bintang dan komen!

Kita ngereceh dulu sebelum masuk ke konflik😎

Ketjup jauh💕

03-08-2019

Cemburunya BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang