B A B 1 9

2.6K 267 28
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

Garis Takdir

•••

"Jangan karena terkurung dalam lembah kekhawatiran yang tak beralasan, membuatmu menjadi lupa arah. Yakinkan, dan tekankan. Bahwa Allah selalu mengetahui mana yang terbaik untuk hamba-Nya."

-Cemburunya Bidadari-

•••

Bunyi keributan terdengar mendominasi di dalam kamar mandi. Suara deburan air dan gayung terdengar sangat berisik. Apalagi dalam keadaan malam yang hening. Kerusuhan itu terdengar sangat jelas. Sang pelaku utamanya adalah Gwena. Gadis yang menobatkan hari ini menjadi hari patah hati untuknya. Untungnya, para penghuni kost yang lain sudah terlelap dalam mimpi. Sehingga aksi Gwena tidak menimbulkan keributan antar tetangga kost.

Gwena yang baru saja sampai, langsung membasuh dirinya. Tidak peduli bahwa hari sudah sangat larut. Inginnya, setelah mandi nanti semua aura jelek yang bersarang di hatinya akan hilang dan berganti menjadi lebih baik.

Cklek...

Gwena menyembul dari dalam kamar mandi dengan setelan baju tidur lengan panjang, dan rambutnya dibungkus handuk. Nampaknya gadis itu baru saja keramas. Berjalan ke arah pintu kamarnya, dengan tak bersemangat. Mata, bahkan hidungnya telah memerah. Terlihat sekali seperti orang yang habis menangis.

Memang selalu seperti itu cara Gwena dalam mengeluarkan tangisnya. Di dalam kamar mandi. Hanya di tempat itu dia bisa menangis bahkan meraung-raung. Meluapkan segala amarahnya yang menggunung. Dan hanya suara deburan air, yang bisa menutupi teriakan penuh kefrustasiannya.

Alasannya adalah karena dia tidak ingin tangisnya diketahui orang lain. Biarlah lukanya dia pendam sendiri, tidak perlu diumbar apalagi di update di media sosial.

Dia yang selalu mengundang tawa dengan segala tingkah laku yang jenaka, belum tentu hatinya sebahagia tawanya. Karena bisa jadi, pelangi yang melengkung di bibir dan binar mentari yang menyala di mata hanyalah kamuflase belaka, untuk menutupi derasnya hujan yang menyirami hati.

Jika kalian menduga bahwa tangisnya kali ini masih seputar kecemburuan yang tidak beralasan, maka kalian salah besar. Gwena memang merasa cemburu, Gwena memang merasa patah. Tapi, ada patah lain selain karena  cinta. Dan rasa sakit itu selalu hadir, saat suasana hatinya sedang kacau.

Masih dengan mata dan hidung memerah, Gwena meraih gawai dalam tasnya. Perlahan jemarinya mendial sebuah nomor. Dengan penuh harap semoga seseorang itu belum pulas terlelap, Gwena menunggu dengan suara sambungan telepon sebagai pengiringnya.

Hingga panggilan tak mendapatkan jawaban, Gwena masih keukeuh menelepon ulang.

Dan, berhasil. Kali ini, tepat pada sambungan ketiga panggilannya terhubung.

"Assalamualaikum, Gwen."

Suara salam dengan nada berat khas orang bangun tidur menyapa lembut rungu Gwena, membuat cairan bening kembali mengumpul di ujung matanya.

"Waalaikumsalam." Jawabnya dengan suara lirih, Gwena menggigit kecil bibir bagian bawahnya, berharap tangisnya tak kembali pecah setelah mendengar suara yang tiba-tiba dia rindukan.

"Ada apa?"

"Ibu..."

Gwena menelepon ibunya.

Cemburunya BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang