B A B 3 0

2.7K 288 66
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

Menyelusuri Sebuah Jejak

•••

"Masalah tidak akan bisa selesai jika hanya berdiam diri saja. Jadi, mari mulai aksi daripada menuai sensasi."

-Cemburunya Bidadari-

•••

Dengan tergopoh-gopoh, Shilla menyusul langkah kaki Gwena. Dia rasa semuanya harus jelas detik ini juga, karena rasa ingin tahunya semakin memuncak pada level tertinggi.

Terlebih, menurut sudut pandangnya, suatu masalah harus segera diselesaikan secepatnya sebelum berbuntut panjang dan berakhir dengan salah paham. Jika memang yang ada di dalam foto itu adalah anak Gwena, seperti yang ada di dalam pikiran Shilla. Setidaknya Shilla ingin sedikit membantu, menjadi sandaran Gwena dikala gadis yang dua tahun berada di bawahnya itu membutuhkan sebuah dukungan.

"Gwen, tunggu!"

Gwena memberhentikan langkahnya, tepat saat mereka sudah berada di depan indekost.

Dari jarak yang cukup dekat, Shilla bisa melihat wajah Gwena yang memerah, matanya berkaca, dan rautnya yang sayu. Sesekali, gadis berlesung pipi itu menggigit bibirnya.

"Kenapa lari?"

Gwena masih diam, tidak menjawab tanya dari Shilla. Keadaan sekitar yang juga hening, tambah mendukung suasana yang tiba-tiba menjadi terasa sangat kaku diantara dua orang gadis itu.

"Gwen, kalo kamu mau ceritain semuanya, kamu bisa cerita ke aku. Insyaallah aku akan amanah dengan tidak menceritakannya lagi dengan orang lain."

Kepalan tangan Gwena semakin mengencang, buku-buku jarinya sudah mulai memutih. Bahkan, keringat dingin sudah mulai merembas membasahi khimarnya.

"Gwen, kalo ada masalah itu ceritakan untuk kita cari solusi bersama, bukannya malah lari." Tutur Shilla dengan lembut, meski masih dibalas dengan sebuah geming oleh Gwena.

"Aku gak tahan, Teh." Cicit Gwena.

"Gak apa-apa, kalo kamu mau nangis, nangis aja. Manusiawi kok kalo seseorang menangis, apalagi kita ini perempuan."

"Aku beneran gak tahan," ujar Gwena lagi, yang disusul oleh air mata yang mulai merebak.

Shilla yang melihat itu merasa tidak tega, dan dengan niat hati ingin merengkuh tubuh Gwena, tapi urung saat Gwena malah menepis tangannya.

"Gwen...," lirih Shilla merasa tidak percaya dengan penolakan ini.

"Teh Shilla ini gimana, kan aku bilang udah gak tahan, kok malah mau dipeluk." Protes Gwena.

"Loh, kamu kan lagi sed--"

"Bukan! Aku tuh udah gak tahan pengen pup!" Pekik Gwena sembari berlari menuju kamar mandi, meninggalkan Shilla yang ternganga di tempatnya berdiri.

Jadi, adegan menye-menye barusan itu sebenarnya salah? Karena Gwena bukan menangis karena sebuah kesedihan, melainkan karena panggilan alam yang sejak tadi gadis itu tahan.

Astagfirullah hal adzim.

Shilla sebanyak mungkin merapal istighfar, merasa konyol dan malu dengan kejadian yang baru saja terjadi.

Dasar, aneh-aneh saja.

•••

Setelah menuntaskan hajatnya, Gwena bernapas lega. Akhirnya rutinitas paginya sudah selsai juga.

Cemburunya BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang