b a g i a n 2

10.7K 865 90
                                    

"Seriusan Vi? Lo diselametin sama Kak Zion?"

"Iya, kan gue udah bilang tadi. Emang kenapa sih?"

"Astaga Flavia! Lo sama sekali nggak kenal sama Kak Zion?"

Flavia mendengus. "Jangan teriak-teriak gitu dong Rel."

Aurel menarik lengan Flavia keluar dari kelas. Aurel itu teman pertamanya di SMA, dari gugus dan akhirnya mereka satu kelas dan bahkan sebangku. Mereka selalu berdua, walapun mereka tak saling mengenal sebelumnya, percayalah. Aurel dan Flavia sendiri satu SMP tapi mereka sama sekali tidak pernah berpapasan. Padahal Flavia bukan orang yang suka diam di kelas.

Aurel menunjuk sosok Zion yang sedang duduk di bawah pohon dekat lapangan basket. "Lo liat!"

"Iya liat, kenapa?"

"Ih!" Aurel jadi kesal sendiri, "itu Kak Zion kumpul sama anak kelas 12!"

Flavia mengangguk. "Ya, trus?"

"Lo liat aja gaya anak kelas 12 itu kayak gimana."

Kali ini Flavia memperhatikan baik-baik apa yang Aurel tunjuk. Benar juga, anak kelas 12 itu terlihat bukan siswa baik-baik, terlihat dari cara mereka berpakaian yang sangat jauh dari kata tertib. Apalagi saat mengingat wajah Beling, di sana terlihat banyak bekas luka yang bisa jadi akibat dari perkelahian. Ah ya, Flavia baru ingat saat Zion menyelamatkannya, Zion terlihat sangat dihargai di sana, walaupun laki-laki itu satu kelas di bawah teman-temannya.

Beling melihat ke arahnya, membuat Flavia buru-buru mengalihkan pandangannya. Tak lama setelah itu, Flavia kembali menatap ke arah mereka, tapi sosok Zion sudah hilang dari sana.

Di sisi lain, Beling sedang mengamati Flavia yang sedang berbincang dengan temannya, lalu menjauh dari sana, berlari kecil menuju tangga lalu ke kantin. Beling tertawa kecil.

"Gue udah bilang, dia tertarik sama Zion."

Vicky ikut tertawa, ia bangkit dari duduknya, mengikuti Beling berjalan menuju kantin. Di pintu kantin, seisi kantin menatap ke arah mereka lalu kembali fokus pada makanannya saat Beling mulai menatap mereka satu-satu. Pandangannya jatuh pada Flavia yang sedang mengantri di depan penjual siomay dengan mata yang tertuju pada Zion di meja sudut kantin. Flavia mendekati Zion yang sedang sibuk dengan ponselnya, membawa dua piring siomay di tangannya. Namun saat melihat teman-teman Zion mulai duduk memenuhi meja, langkah Flavia berhenti.

Perempuan itu meneguk salivanya dengan susah payah, kedatangan teman-teman Zion membuat Zion juga menatap ke arahnya. Flavia tersentak ketika ada tangan yang menepuk bahunya.

"Kenapa berenti? Bukannya lo mau duduk sama Zion?"

Zion menaikkan alisnya satu. Dari ekor mata Flavia, ia bisa melihat bahwa seisi kantin menatap mereka. Flavia mengulum bibirnya.

"N-nggak jadi K-kak."

"Kok nggak jadi sih?"

Beling mendorong pelan tubuh Flavia hingga duduk di hadapan Zion. Flavia berkali-kali menelan salivanya dengan susah payah ketika matanya dan mata Zion bertemu. Beling duduk di samping Flavia, saat hendak merangkul perempuan itu, tangannya ditepis oleh Zion.

"Punya gue," kata Zion dingin.

Zion melirik sekilas Flavia yang sedang menunduk. Ia menatap Beling yang juga sedang menatapnya, Zion mengerakkan sedikit kepalanya ke kanan, membuat Beling bangkit dari duduknya, menyuruh teman-temannya meninggalkan meja itu. Kepergian Beling dan teman-temannya dari kantin, membuat Flavia menjadi bertambah bingung. Padahal niatnya sudah bulat ingin berterima kasih pada Zion melalui siomay.

-ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang