b a g i a n 4

7.3K 736 41
                                    

Aurel mengernyit melihat Flavia yang baru saja datang, mengambil tasnya di meja lalu berlari keluar dari kelas itu. Di pintu, Aurel menahan Flavia, hingga Flavia menatap Aurel dengan nafas yang terengah.

"Mau kemana? Buru-buru banget. Gue temenin."

"Nggak usah Rel, gue mau ke gudang belakang."

Mendengar kata gudang belakang, Aurel langsung menggeleng, mengurungkan niatnya untuk menamani Flavia. Ia tidak mau berurusan dengan Beling dan kawan-kawannya. Di tatap oleh Beling saja, sudah berhasil membuat Aurel keringat dingin, apalagi harus berbincang. Perlu diakui, Flavia salah satu perempuan yang sangat berani. Bahkan Flavia tidak takut sama sekali pergi ke gudang belakang sendirian.

Flavia berlari kecil menuju gudang belakang, di sana sudah ada Beling dan beberapa temannya yang sedang berkumpul. Tak melihat sosok Vicky di sana, Flavia beralih ke ruang musik, mendorong pintu besar di depannya begitu saja. Flavia tersenyum lega saat mendapati Vicky sedang duduk di salah satu kursi sembari memangku gitar.

"Kak Vicky, gue mau masuk musik boleh nggak?"

Vicky tertawa kecil sembari menatap Flavia. "Nggak diterima basket, beralih ke musik nih?"

Flavia duduk di kursi yang berada di depan Vicky, menaruh tasnya di atas piano. "Ya gimana lagi, katanya nggak boleh kalo nggak masuk ekskul sama sekali."

Flavia memencet tuts piano secara acak. "Cuma alat musik yang aku bisa."

"Lo bisa apa?"

"Biola!"

Vicky mengernyit tidak percaya. "Serius? Cewek kayak lo pinter biola?"

"Serius!"

Flavia bangkit dari duduknya, mengambil tas biola yang sudah menjadi sasarannya sejak masuk ke dalam ruang musik ini. Ia menyentuh biola itu dengan mata yang berbinar. Setelah sekian lama, ia bisa menyentuh alat musik ini lagi.

Flavia menaruh biola itu di bahu kirinya, setelah mengambil nafas dalam-dalam, Flavia mulai mengesekkan tongkatnya pada biola.

"Oke, stop," Vicky memotong lantunan nada yang keluar dari biola itu, "lo ikut latihan pertama. 20 menit lagi."

"Makasih Kak!"

Vicky mengangguk lalu kembali sibuk dengan gitarnya, sementara Flavia keluar dari ruang musik, dan mendapati Zion dengan baju basketnya. Pipi Flavia memerah melihat Zion memakai baju itu, otot bisep Zion lebih keliatan ketika ia memakai baju basket.

Zion memperbaiki tas yang menyampir di bahunya, masuk ke dalam ruang musik, melewati tubuh Flavia begitu saja.

Vicky tertawa keras melihat wajah Zion yang terlihat meminta penjelasan. Memang saat Zion baru saja keluar dari ruang ganti, Zion melihat Flavia masuk ke dalam ruang musik ini. Itu alasan Zion datang menghampiri Vicky.

"Dia mau masuk musik. Biola."

Zion melirik punggung Flavia yang sedang membelakanginya. Zion keluar dari ruangan itu ketika suara tawa Vicky memenuhi ruangan, malas karna Vicky terus-terusan mengejeknya. Namun langkah kaki Zion berhenti ketika Flavia meneriakkan namanya.

Saat Zion berbalik, Flavia sudah berada di hadapannya sembari tersenyum lebar.

"Kak Zion, anterin aku pulang dong, kan Kakak sering lewat depan rumah aku."

Zion mengalihkan pandangannya sebentar lalu kembali menatap Flavia. Sial, ia ketauan.

Sementara Flavia tertawa kecil. "Ayolah, kata Kak Vicky pulangnya jam 7-an, angkot mana ada yang lewat jam segitu?"

-ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang