b a g i a n 14

4.7K 527 84
                                    

Zion memasuki gudang belakang dengan dua tas kertas besar. Saat bel pulang sekolah berbunyi, Zion langsung melajukan motornya menjauh dari sekolah dan 1 jam kemudian ia baru kembali. Laki-laki itu memutuskan untuk bolos latihan basket walaupun minggu depan ada pertandingan, hal ini lebih penting daripada segalanya.

"Lo nggak latihan Yon?"

Dengan nafas yang terengah, Zion melempar bungkusan yang di dalamnya berisi balon berwarna pink dan biru pada Beling.

"Balon? Buat apaan? Emang siapa yang ulang tahun?"

El tertawa, membuka bungkus yang melindungi balon tersebut. "Siapa lagi kalau bukan Ratunya si Boss?" El dengan senang hati langsung meniup balon itu. Karna sudah lama ini ia belum merasakan bagaimana rasanya merayakan ulang tahun seseorang lagi.

"Flavia ulang tahun? Hari ini?"

Untung saja Zion adalah kesayangannya Beling, jika bukan. Beling dan teman-temannya tidak sudi melakukan ini, meniup balon sementara Zion sibuk mengisi balon dengan gas agar melayang di langit-langit ruangan. Dari pintu gudang, perempuan yang memakai bando berwarna emas mengintip, menelan salivanya dengan susah payah.

Beling  menghela nafasnya kasar lalu menatap keluar gudang. "Ngapain lo di situ aja? Sini masuk!"

Suara teriakan Beling berhasil membuat semua orang yang berada di sana menatap apa yang Beling juga tatap. Dengan ragu, Aurel memasuki gudang belakang, menyapu pandangannya ke seluruh gudang. Ternyata, jauh dari yang ia bayangkan.

Aurel duduk di sofa depan Beling. Zion memberikannya pita, untuk menahan balon gas agar bisa digapai. Walaupun detak jantungnya berdebar sangat keras, Aurel tetap melakukan perintah Zion demi ulang tahun sahabat baiknya, jika bukan, Aurel tak mau datang ke tempat ini.

Di sisi lain, Flavia sedang berada di ruang musik dengan Vicky. Vicky sendiri pun sebenarnya khawatir jika nanti kejutannya tidak sesuai yang Zion harapkan, ia bisa kena imbasnya. Zion bilang, ia harus bisa mencegah Flavia ke gudang belakang hingga jam 8 malam, kalau bisa bawa Flavia pulang ke rumah terlebih dahulu agar perempuan itu lebih nyaman daripada harus memakai seragam sekolahnya.

Vicky ragu, apalagi Flavia orang yang sangat amat keras kepala dan tidak bisa diam.

"Kuenya gimana Kak?" Aurel membuka suara setelah sekian lama terdiam.

Setelah mengikat balon, Zion mengusap keringat yang mengalir di pelipisnya. "Gue ambil dulu," Zion memakai jaketnya, "gue balik, semua udah selesai."

Kalimat Zion sebelum meninggalkan gudang membuat teman-temannya berhamburan mengambil hiasan yang lainnya. Termasuk juga Beling, laki-laki itu meniup balon dengan panik, membuat Aurel tertawa kecil melihat raut wajahnya.

"Tawa lo!" sindir Beling dan melanjutkan aktivitasnya. Sedetik kemudian, Beling baru sadar dengan apa yang ia lakukan. Bagaimana bisa Zion menyuruhnya melakukan hal ini?

Aurel langsung terdiam, tapi senyum geli masih tercetak di bibirnya. Aurel mendonggak, melihat apakah tali yang ia pasang cukup untuk digapai. "Yah, kependekan."

Aurel melompat, berusaha mengambil tali itu, tapi tidak sampai, hingga tubuhnya oleng dan terjatuh di lantai gudang. Beling tertawa keras, membuat Aurel berdecak kesal, setelah puas tertawa barulah Beling menghampiri Aurel dan berjinjit menggapai tali itu.

Beling memberikan tali itu pada Aurel. "Makanya, minta tolong, jangan sok bisa semuanya," ujar Beling membuat Aurel berdecak.

Zion turun dari motor, dengan sekotak besar kue ulang tahun di tangan kanannya, tangan kirinya ia gunakan untuk memutar kunci mobilnya. Ralat, kunci mobil Laura. Dengan jantung yang berdegup kencang, Zion melewati ruang musik, namun di ujung koridor, pintu ruang musik terbuka, dan orang yang membukanya meneriaki namanya.

-ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang