Putra benar-benar mampu mengusik pikiran Sandara. Selama ini Dara mencoba terus menyangkal perlakuan Putra. Hingga akhirnya orang-orang disekitarnya ikut memprovokasinya agar membuka diri.
"Lo sendiri sih Ndrull, terlalu pemilih. Ketus sama cowok juga, cowok jadi takut deketin Lo" kata Edo
Sebenarnya bagi Dara, Putra wajar diperlakukan dingin. Sebagai wanita patut bukan bila ia tidak langsung takluk. Mereka baru saja kenal. Bukankah cinta juga butuh dibuktikan?.
Setelah berkutat dengan usaha menghubungi Putra yang tidak berujung temu. Dara berinisiatif untuk bertanya pada Mei dan bermaksud menemui Putra. Bukan untuk membuka diri dan membalas perasaan Putra, Dara sadar jika pria itu masih menjalin hubungan. Dara hanya ingin meminta maaf secara sopan dan bermaksud meminta Putra pergi serta berhenti mengganggunya.
SANDARA POV
"Hallo. Mbak Mei kalau boleh tau.. Putra masih ada di puncak?" tanyaku ragu
"Iya Bu. Pak Putra saat ini masih ada di puncak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Mei
"Saya boleh minta alamat Putra selama di puncak tidak ya?"
"Kenapa buk?" tanya Mei
"Ini saya Sandara kok dipanggil buk, Saya mau antar barang" kataku pada Mei
"Maaf buk, semua client Pak Putra saya panggil demikian. Baik nanti saya kirim"
Hingga disinilah aku, villa keluarga Adiwira, aku mengetuk pintu perlahan. Berharap was-was jika Putra keluar dengan sikap percaya dirinya yang over.
Sambil membawa tas kertas kecil berisi kotak makan dengan masakan buatanku aku menunggu pintu yang ku ketuk terbuka.
"Ya cari siapa?" Tanya gadis yang tiba-tiba membuka pintu vila ini.
Aku kaget bukan kepalang, dia gadis yang ada difoto meja kerja Putra. Aku mengamati dengan seksama pakaian yang ia kenakan. Rok santai yang melekat ketat jauh di atas lutut dan kerah spageti yang mengekspos punggung mulus putihnya, langsung membuatku terdiam.
Belum sempat ku menjawab dan berhenti dengan kekagumanku. Suara bariton menginterupsi kami.
"Siapa sayang?" tanya seseorang dari dalam yang ku yakini Putra
Okey semua sudah jelas batinku
Tak lama kemudian munculah ia di pintu seraya mengapit pinggang gadis di depanku. Kita berdua sama-sama terkejut, keterkejutanku semakin bertambah saat kulihat Putra tengah bertelanjang dada. Buru-buru dilepaskan tangannya yang bertengger di pinggang Tsuraya setelah mengetahui jika orang itu aku.
"Saya hanya bermaksud mengirim kotak makan ini, semoga Anda suka. Sekaligus permintaan maaf saya sampaikan atas ketidaksopanan saya selama ini, saya permisi" kataku penuh penekanan.
Aku mencoba menata perasaanku yang carut marut. Entah seperti apa bentuknya saat ini, yang jelas ada campuran antara marah, kecewa dan menyesal. Menyesal karena menuruti Edo untuk perlahan membuka hati.
Putra menerima kotak makan yang kubawa dengan sedikit kebingungan. Matanya menyiratkan kalimat "aku bisa jelaskan"
Aku melangkahkan kakiku menuju mobil lalu segera meninggalkan villa itu. Tidak peduli apakah Putra mengejarku atau tidak, yang pasti mataku mual melihat perlakuan Putra yang pengecut ini.
Kenapa harus kecewa sih Dar, mereka memang pacaran, lagi pula mereka hidup dari budaya luar negeri. Sangat wajar jika begitu. Kamu bukan siapa-siapa Putra, Dara! Ingat!
***
"Mei, sore ini saya ada jadwal gak?" tanya Putra pada sekretarisnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Break Our Gap (REVISI)
RandomAlbert Putra Adiwira pemilik label design HIDE Corp dan terkenal sebagai seorang workaholic. Jatuh cinta kepada Sandara Permata Wilaga, seorang penyiar radio. Sebagai seorang pebisnis yang hidup dalam keluarga menengah ke atas tentu mempunyai dunia...