Bangkit Kembali ✔️

19.9K 1.2K 20
                                    

"Pur duluan ya, makasih nasi gulung nya" kata Dara pada Purwanti, koki andalan Bu Sinta

"Iya Mbak Ndrull, makasih juga gelangnya. Besok lagi kalo pulang dari luar negeri mbak ndrull"

"Iya Mbak"

Sandara memang minggu lalu baru pulang dari Spanyol, memborong gelang buat karyawan kesayangan Bu Sinta yang baru sempat dikasihkan hari ini. Dara selesai dengan menu makan siang kali ini.

"Rin duluan. Bilang Bu Sinta aku makan disini hari ini" Seraya berjalan kearah luar

"Ehh.. mbak tapi nanti saya dimarahin ibuk mbaakk.. mbakk" seru pelayan kesayangan Bu Shinta

Dara sudah berlari hingga ke parkiran sambil terbahak-bahak

"Maaf Rin, uangku habis buat beli gelang hahaha" gumam Dara sambil berlari.

Sreeekektek (bunyi motor matic gak bisa distarter)

"Duh siall, mana gak bisa di starter, ayolah Blacky jangan bikin malu disini."

Sambil mendumal Dara berusaha menghidupkan motornya. Baginya ini kecil, Dara mulai melakukan aksi mengengkol motor dengan terlebih dahulu menstandar dua. Setelah lama berusaha akhirnya... berhasil.

Ahh aku memang sekeren ini. Kata Dara dalam hati.

Sandara tak sadar jika apa yang dia lakukan tak luput dari pengamatan seseorang yang kebetulan akan memasuki Blazt bersama rekan bisnisnya. Pria itu menatap tepat kearahnya, mengamati apa yang dilakukan Sandara tanpa sepengetahuan siapapun, tapi tidak dengan sahabat pria tersebut, Randi. Randi tahu jika sahabatnya merasa, punya kertarikan.

"Mbak kalau boleh tahu, perempuan yang tadi keluar itu namanya siapa?" tanya Randi, rekan bisnis sekaligus sahabatnya pria tersebut.

"Emm.. itu Mbak Ndrull" jawab Rini malu-malu. Randi mengernyitkan dahi

"Lengkapnya?"

"Sandara mas. Maaf ya, Cukup ya kami tidak bisa memberikan informasi lebih, Masnya mau pesan apa?"

Randi tersenyum samar. Lalu beralih menuju meja kosong untuk menunggu pesanannya.

"Tuh Put, namanya Sandara" kata Randi dengan raut muka yang Maha Menyebalkan bagi Putra, ya pria yang tertarik melihat aksi Dara tadi adalah Putra.

"Apaan sih Ran" kata Putra sedikit kesal

"Alah lo sok-sokan jaga gengsi, gue tahu lo suka sama dia kan? Sama Tsura aja gak sampe mupeng gini, apalagi liatin diem-diem luu, gue kenal lo sudah berapa tahun bro. Ini bukan elo banget" kata Randi seraya menyenggol bahu Putra

"Dia pakai hijab, ga berani gue. Lagian gue punya Tsura" jawab Putra sedikit kecewa

"Emang kenapa? Tampang lu aja lumayan, mapan, keren kok. Siapa yang gak mau, ayolah bro, mata lu nyinarin hal beda, urusan Tsura?? Lo yakin dia masih dipihak lo? Gue tau itu bukan cinta broo, waktunya cari yang serius, Om Pandu pingin liat lo serius bro, gak main-main mulu udah 28 tahun. Sebentar lagi kepala 3, cepet nyusulin gue. Ya gaak" goda Randi

"Lu malah ceramah, cepetan bahas proyek ini. Tar malam gue ke undangan nikahan"

Dan sore itu hati Putra tak benar lagi, bayangan perbedaan dan batasan yang ia miliki kini semakin bergelantungan sejak ia melihat gadis berkerudung kuning gading motif bunga-bunga, dengan celananya yang sedikit kedodoran, serta jaket kulit hitam yang menjadikan dia berbeda di mata Putra.

Seumur hidup baru kali ini ia tertarik sedalam itu, memperhatikan gadis itu mengangkat motor untuk mendirikan dua standar motornya, lalu mulai menginjak engkol motor dan berhasil menghidupkannya. Kuat, itulah kata yang ada dibenak Putra. Tidak semua wanita bisa melakukannya.

Putra sadar mulai detik ini nama Sandara menjadi sebuah objek yang akan terus ia telusuri dan amati. Dapat dipastikan nanti malam adalah malam pertama nama itu penghalang ia memejamkan mata.

Ahh tidak harus menunggu nanti malam, pembicaraan mengenai proyek yang akan ia dan tim Randi kerjakan siang ini, sedikit percuma. 24% ia mendengarkan dan sisanya pergi bersama tanda tanya nama Sandara dan jaket kulitnya.

Benarkah kembali? Kata jatuh cinta yang pernah ia kubur hidup-hidup bersama masa lalunya, kini bangkit lagi bersama gadis kerudung bunga-bunga itu? Entah ia hanya sedang penasaran. Tampaknya jatuh cinta pada pandangan pertama terlalu klise.

***

Sandara POV

"Eyaaaannnnggg" kataku sambil berlari ke arah eyang yang sedang menyesap teh melati yang masih ia bawa dengan dompet khusus isi teh yang ia sangrai sendiri

"Duh puthuku eyang thunggu-thunggu kok lama, Mbah Kakung sampai langsung isthirahat thuh. Katha Bue mu hari ini cuma siaran siang thapi kok sampe mau sore baru pulang" kata eyang dengan logat Balinya

Huft, langsung deh ceramah manis, kalem ndrull dua minggu bersama eyang masih menanti

"Namanya juga Jakarta, Eyang. Mau pergi jarak sekilo saja bisa satu jam lebih, Eyang istirahat dulu ya, Dara nyiapin gaun dulu sama istirahat bentar, nanti malam ng-oceh lagi ini"

"Sip. Dandan yang canthik ya. Eyang kangen lihat kamu cantik, gak gini. Bue mu gak pecus dandanin anaknya ya, sana isthirahat dulu"

(Rizz Calton- 9 Malam)

PUTRA POV

"Malam ini kita, purnama, dan bintang benar-benar menjadi saksi bahagia bagi kedua mempelai, ribuan pasang mata menyaksikan tawa kebahagiaan dan haru perjalanan cinta. Berpasang-pasang tangan akan menyalurkan ucapan selamat dan doa. Karena resmi tadi pagi Raka Dendaru dan Alindya Dewi mempelai kita malam ini telah memasuki kehidupan baru yang akan mereka bangun berdua penuh kasih dan cinta. Tanpa menunggu lebih lama, kita sambut inilah kedua mempelai kita Rakkka dan Lindyaa, beri tepuk tangan yang meriah.."

"Suara ini sama dengan radio kesukaan Pak Jo, apa dia penyiar favoritku?"

Aku mulai mencari sumber suara yang terdengar tak asing di gendang telingaku, aku tak peduli tangan kiriku digandeng mesra Tsura, aku ingin melihat penyiar kesayanganku dan Pak Jo malam ini.
Retinaku menangkap gadis yang berdiri di sebelah pemain band di panggung, dress merah jambu yang ia pakai berwarna sama dengan semua tamu wanita di gedung ini sebagai dress code pernikahan Raka dan Lindya, dia Sandara. Gadis sedikit preman yang kulihat di depan Blazt siang itu. Dia Sandara yang menjadi tanda tanyaku, ternyata dia pula penyiar favorit Pak Jo, dan dia Sandara yang hari ini menjadi 80% isi otakku.

Dug Dug Dug Dug....
Tuhan, mungkinkah dia yang kau kirim, diakah nama yang kau tulis untukku?

***

Jika langit memilih mana bintang yang ia cintai
Tolong, bungaku, pilihlah aku sebagai lebahmu
Karena kau bangkitkan aroma manis jatuh cintaku
Yang lama ku kubur bersama masa lalu

-Albert Putra-

Break Our Gap (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang