Belanda.
Keunkof dan semua hal aneh seperti dongeng yang akan aku temui. Aku siap mencontreng semua list impianku sejak dulu. Bagi orang biasa sepertiku, berada di luar negeri tentu membangkitkan jiwa ndesoku. Rasa kagum yang terlampau tinggi membawa semua lelah perjuanganku habis tak tersisa. Begitu mendarat di negara ini, niat hati bermaksud untuk segera mengabadikan banyak momen. Mengunggahnya ke Instagram bak selebritas yang jalan-jalan disponsori. Tapi teringat lagi jika masih ada satu tahun ke depan, akan ku puas-puaskan dahaga jiwaku untuk menjawab rasa penasaranku kepada negara yang telah ratusan tahun menjajah bangsaku ini.Aku akan kembali menjadi murid, yang tidak pernah puas dengan ilmu yg ku punya. Banyak hal baru yang pasti akan ku jumpai.
Setelah dijemput salah satu kenalan yang aku kenal dulu saat ikut konferensi, akhirnya aku tiba di Dom Central Apartment. Aku menumpang di kamarnya. Sebagai seorang yang masih perawan dengan Belanda, tentu aku tidak berpengalaman sama sekali. Bahkan kepikiran tinggal dimana jelas belum tahu.
Pagi pertamaku di Utrecth bukanlah sesuatu yang indah diceritakan. Terlalu aneh jika harus diawali dengan "hello gesss.. hari ini aku udah sampai di Belanda, aku nginep di villa.. ya semalamnya bisa sampai 5 juta", maaf ini cerita perantau bukan cerita artis honeymoon.
Aku harus disibukkan dengan jet lag yang mengganggu sehingga mengharuskanku untuk menyesuaikan diri. Seminggu sebelum proses belajar dimulai aku harus sibuk dengan mengurus berbagai kepentingan akademik. Juga segala printilan kesiapanku tinggal disini. Mulai dari nomor hp, ATM, dan kartu-kartu lain yang aku butuhkan.
"Kopi enak kali ya buat hari seperti ini" kataku saat melewati depan kedai kopi menuju apartemen. Lidahku akan merasakan kopi Belanda untuk pertama kali.
"Wat wil je drinken?" kata sang barista padaku. Aku tersenyum
"I want one americano" ku pilih es kopi saja.
Aku menjawabnya dengan bahasa Inggris, aku belum mahir berbahasa Belanda meskipun sebelum berangkat aku sudah belajar. Masih banyak kosa kata dan grammar yang harus ku hafalkan.
Sedang asyik jalan sambil menyesap americano, aku terkaget dengan dua orang yang berjalan di depanku. Selembaran kertas jatuh dari map berwarna kuning mengenai sneakerku.
"Sorry, your map?" kataku sambil mencoba menghentikan kedua orang tersebut.
Kemeja baby blue, dilapisi jas navy yang sengaja tidak dikancingkan dan celana kain licin pas body. Jangan lupakan sepatu kerja hitam berhias selembar tali berwarna hijau tua dan merah milik merk kenamaan, juga coat hitam panjang yang terlihat sangat berwibawa. Ya. Style yang jauh berbeda dengan yang ku kenakan.
"OO.. Dank u ze.... San"
Aku terdiam. Pria pemilik map itu menatapku kaget. Ucapan terimakasihnya tertahan.
Waktu menjadi sangat lama berputar ketika kami saling memandang. Sama-sama sulit percaya jika sejauh ini aku pergi, yang ku temui justru masa lalu.
Jika mampu aku akan mempercepat waktu, melewatkan keadaan ini, dan meminta Tuhan untuk menghilangkan ingatan temu dibenakku.Sangat mudah bagi Tuhan untuk membuat ruang temu bagi kami. Dunia ini milikNya, aku sebagai manusia bisa apa?.
"Apa kabar?" katanya memecah keheningan. Aku tidak lupa jika kami menghalangi jalan beberapa orang yang melintas.
Entah bagaimana kejadiannya, aku malah berada di depannya. Menurut saja diajak makan setelah ia mengenalkanku pada temannya. Tidak ada yang salah bukan berbaikan dengan masa lalu. Toh kami dulu mengenal baik. Bertemu setelah sekian lama tentu tidak apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Break Our Gap (REVISI)
De TodoAlbert Putra Adiwira pemilik label design HIDE Corp dan terkenal sebagai seorang workaholic. Jatuh cinta kepada Sandara Permata Wilaga, seorang penyiar radio. Sebagai seorang pebisnis yang hidup dalam keluarga menengah ke atas tentu mempunyai dunia...