40 - END

18.6K 558 9
                                    

SANDARA POV
Perjalanan hidupku baru dimulai ketika bapak membebaskan pilihanku. Sejak kecil aku terbiasa hidup dalam pilihan bapak, mulai dari buku bacaan, mainan, pakaian, hobi naik motor, hingga kesukaan terhadap kolam ikan.

Setelah masa SMA, bapak membebaskanku untuk memilih jalan hidup. Kemana aku harus melangkah, jalan hidup seperti apa yang harus aku pilih.

Jatuhlah pilihanku untuk berbicara sepuas hati, masuk jurusan hukum, menjadi MC, kerja di Perdana FM, menerima job sampingan sebagai dubber hingga aku memutuskan untuk mengambil program master di Belanda.

Hidupku dimulai saat itu, hidup sebelum-sebelumnya adalah hidup bapak dalam versiku, versi perempuan. Aku mulai menaklukan segala tantangan sendirian, aku menyelesaikan berbagai masalah sendiri, aku menjadi aku dengan versiku sepenuhnya.

Hingga memilih teman hidup.

FLASHBACK
Aku baru saja mendarat di Bandara Soekarno Hatta. Berjalan beriringan bersama Pak Wilaga dan Bu Sinta keluar dari pintu kedatangan. Ditangan kanan dan kiriku sibuk menyeret koper besar berisi beberapa barang yang aku bawa dari apartemen.

"Pak, sinten niki sing jemput" aku bertanya pada bapak

"Ngonline wae po ya" jawab Bu Sinta
Aku mengeluarkan ponselku untuk memesan transportasi online.

"Ndruuullll" aku menoleh, dimana suara cempreng itu memanggilku
Edo dan Sasa disisi kanan melambaikan tangannya girang. Aku pun tersenyum dan mereka berlari kearahku. Sasa membawa segelas jus jeruk lenkap dengan hiasannya sementara Edo membawa balon berwarna hitam dan kuning, serta selempang hitam. Sandara Permata W, S. Kom, MA.

Aku tertawa saat Edo mengenakan selempang yang ia bawa ketubuhku. Pak Wilaga dan Bu Sinta sibuk terkekeh melihat persahabatan kami.

"Minum dulu mbak, ini salah satu wujud layanan kami" kata Sasa dibuat-buat.

Air mataku menetes, buru-buru tanganku mendekap tubuh mereka berdua erat. Berterimakasih karena mereka sudah mau repot-repot menyambutku.

"Makasihh, lu bikin gue mewekkk. Tanggung jawab" kataku merengek

"Ini sekalian, tengsin gue bawanya rempong" kata Edo kepadaku, kami tertawa terbahak-bahak

Setelah mengambil beberapa gambar, akhirnya kami menuju rumah menggunakan LexuzNX milik Sasa.

Memang terkesan lebay, Perdana FM tetap akan merekrutku kembali menjadi pegawainya. Bu Sinta sudah sibuk merencanakan syukuran kecil-kecilan makan malam bersama atas kembalinya aku ke Indonesia. Perginya Cuma setahun, tapi kata Bu Sinta tidak ada salahnya menyambung tali silaturahim kembali.
FLASHBACK OFF
.........
Citra Permata, Kemang. 16.30 WIB
Kemarin kami baru saja tiba dan Bu Sinta kekeh melaksanakan niatnya. Bapak sudah mencegah dan berniat melaksanakan acara ini dua hari kemudian. Namun, Bu Sinta tetap menginginkan hari ini. sekalian selamatan wetonku katanya.

Tadi pagi pukul 8 kami sudah sibuk memulai selamatan dan doa bersama, lalu membagikan makanan kepada tetangga dan orang di pinggir jalan.
Sore ini acara masih berlanjut bahkan mungkin hingga nanti malam. Kami akan membakar daging di samping rumah, bersama kami sekeluarga lengkap dengan teman-teman radio dan semua rekan kerjaku.

"Anjir lo gini banget habis dari Belanda, biasanya makan batagor saja lu" kata Edo melihatku yang sibuk memakan roti bakar dengan daging dan keju leleh.

"Hidup kelas atas hahah" kami tertawa keras

Akhirnya aku sampai diposisi ini lagi. Tertawa lepas membuang sepi-sepiku, membuang dukaku di Belanda. Hidup jauh dari orang-orang tersayang dan merasa kesepian. Membuang pengalaman burukku tentang Everhart.

Break Our Gap (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang