Albert Putra
Ndrull
Say..
SayangMe
Hem?Albert Putra
Aku pulang kerja ke rumah yaMe
SerahAlbert Putra
Sadis banget
Tapi sayang kok :v
Lov u.SANDARA POV
Kata orang, cewek adalah makhluk perasa dan baperan, sedikit-sedikit dirasakan. Dibilang sayang dikit terbawa perasaan, diperhatiin jadi berharap perhatian terus. Tapi ingatlah wahai kaum laki-laki, ingatlah bahwa kalian juga ternyata lebih parah jika tahu ada celah untuk terus mendapat perhatian dari perempuan.Ini adalah hari ke-3 Putra pulang setelah sekitar 4 malam dirawat, artinya sebentar lagi aku akan berangkat ke Belanda, kembali ke rutinitas kuliah.
-Citra Permata Kemang-
Azan magrib berkumandang, aku sedang sibuk membantu Bue mempersiapkan makan malam. Sejak pulang menemani Putra di rumah sakit, pikiranku tak pernah tenang. Selalu berisi ketidakmungkinan yang seolah-olah menjadi tameng dan penghalang hubunganku dan Putra.Semalam lebih menemani Putra tidak lantas membuat semuanya jelas. Memang sangat mustahil jika aku dan Putra akan menjalin hubungan yang serius. Putra juga sama sekali tidak menyinggung 'kita' ke dapan.
Aku tidak bisa membiarkan perasaanku terus tumbuh, dan Putra terus memperlakukanku semaunya.
"Malam Om" terdengar suara Putra dari ruang tamu
"Malam. Sudah sehat?.. Ya jelaslah, ada yang ngrawat ya. Gak kamu apa-apain kan perawatmu itu?" bapak memang memasang sikap posesifnya jika menyangkut segala hal tentang keluarganya.
"Enggak Om"
"Saya salat dulu, biasanya kami berjamaah. Kamu tunggu di sini saja"
Seperti kebiasaan dalam keluarga, sebisa mungkin jika bapak di rumah, kami akan melaksanakan salat magrib berjamaah, dengan Putra yang masih menunggu di ruang televisi. Aku tak pernah bertanya tentang keyakinan Putra, tapi dari fisik dan pergaulan Putra aku sudah bisa menyimpulkan jika kami jelas berbeda. Dugaan bapak benar, jika memang Putra sama dengan kami, ia akan menyusul. Hingga salam berakhir, Putra masih duduk memainkan ponselnya di ruang televisi.
"Jadi nak Putra ini punya perusahaan?" Bue bertanya saat kami menyantap makan malam
Putra menganggukkan kepalanya sambil tersenyum."Iya bisnis yang saya rintis dari 0.."
"Kalau boleh.. saya bermaksud memohon izin membawa Dara jalan-jalan, Om, Tante."
"Em ya.. tanya anaknya" kata bapak
Selepas makan aku mengantarkan Putra ke halaman, ia berpamitan pulang dengan alasan belum mandi karena langsung mampir sepulang kerja. Putra benar-benar datang hanya untuk menikmati makan malam bersama kami. Tidak masalah memang, tapi sungguh pikiranku dipenuhi tanda tanya.
"Hati-hati" kataku melihatnya naik ke mobil
"Em iyaa.. aku sampe rumah mau selesain tugas, biar besok gak ngantor dan bisa nemenin kamu." pesan Putra padaku
"Kalau memang sibuk gak usah ajak aku pergi kali. Aku di rumah juga ada kegiatan." Kataku
"Kita belum pernah pergi berdua"
Aku hanya mengangguk paham
Putra pergi setelah mengucapkan selamat malam dan mengusap pelan kerudung yang ku pakai. Aku kembali ke kamar mencoba berpikir jernih.
Hanya ajakan jalan, Sandaraaa..
FLASHBACK
"Kak Dara!""Jessie. Ehh tante." aku menyalami punggung tangan Bu Grace, maminya Jessie
"Ini kak Dara, mi. Kak Dara ini lagi deket lho sama Kak Putra. Cantik kan, Mi?"
"Iya. Kamu anaknya Pak Wilaga yang punya pusat ikan segar itu kan?"
Aku membenarkan pernyataan Bu Grace
"Saya lihat. Kamu cukup berani dan percaya diri sepertinya ya? Anak saya selalu memilih wanita yang minimal sama dengan kami, pendidikannya, karirnya, keluarga juga. Kamu suka sama anak saya karena dia keren, tampan, dan kaya pasti ya..." Bu Grace menatapku dengan tatapan tak bersahabat
"Mami apaan sih, kita duluan ya Kak Dara. Bye."
Aku hanya mengangguk tersenyum getir, rasanya seperti baru menelan pil pahit tanpa segelas air. Aku masih merasa lebih baik jika dicela bodoh, tapi tidak untuk gila harta. Aku terbiasa hidup dengan tidak terus mengorientasikan uang.
FLASHBACK OFFAku sepertinya tidak jelek-jelek amat. Pekerjaanku tidak buruk-buruk amat. Bahkan keluargaku termasuk keluarga yang menjunjung tinggi nilai moral dan kesopanan yang tinggi. Aku selalu berpikir demikian untuk membuat hatiku tenang. Tapi sepertinya urusan hubunganku dengan Putra tak berpihak baik untukku. Ditinggal nikah saat sedang berusaha diyakinkan ternyata belum sebanding dengan menyukai seorang pria yang terlahir dari keluarga kelas atas. Cinta bagi orang tak punya sepertiku memang selalu tak adil.
Albert Putra
Aku di depan
Cepetan
Panas nihSetelah beberapa drama kebimbangan akhirnya aku menerima tawaran Putra untuk 'ngedate'. Klise dan terlalu menye-menye memang. Putra menjemputku di depan rumah. Ripped jeans yang berhasil di modifikasi oleh penjahit langganan Bu Shinta, kaos joger pendek dengan outer dan pasmina menjadi outfit untuk nge-date kali ini. Aku melihat Putra yang sibuk menunduk di dalam Lexusnya yang baru terlihat ia bawa hari ini. Sungguh membuatku kehilangan fokus. Putra benar-benar paket sempurna, pantas jika ia menjadi incaran para pebisnis untuk di jadikan calon menantunya.
Jika kalian berpikir Putra adalah laki-laki kalem, taat ibadah, dan tidak ada tampang hidung belangnya, kalian salah besar. Hal tersebut yang membuatku memikirkan keras kesungguhannya, pebisnis dan dunia gelapnya. Putra lahir dari keluarga semewah itu. Track record para wanita yang dikabarkan dekat tentu sudah tidak diragukan, dia sangat berpengalaman.
"Hai" aku melambaikan tangan menyapanya yang menoleh tersenyum ke arahku.
Kakiku seperti kehilangan penyangganya, lebih dari 6 bulan meninggalkan Putra, dan ia semahir ini menarik hatiku kembali. Ia tak akan repot-repot membukakan pintu samping kemudinya, tapi kutahu sepanjang aku berjalan menuju mobilnya hingga duduk di sampingnya, Putra menatapku sambil tersenyum.
"Ga kalah gaul kan aku hari ini" Putra tersenyum melihatku di sampingnya
"Iya sih, too much perfect for me" aku terkekeh menjawabnya. Aku tahu Putra menggodaku yang memakai ripped jeans, memperlihatkan betapa tak inginnya aku terlihat tua.
"Okeeyy. Lets Gooo" aku berteriak girang, dan hanya dibalas senyuman oleh Putra
"Kemana nih?" tanyaku sambil membuka eclairs yang sempat kupesan
"Let's see. aja" aku hanya mengangguk.
Sesekali kusuapkan eclairs coklat moka yang kunikmati ke arah Putra
"Lho kok arah bandara? Mau kemana sih?" aku semakin panik. Ini arah bandara, dan ia sama sekali tidak memberitahuku ke mana kita akan menikmati our short date. Oh God, aku di culik?.
Selamat datang di dunia penuh kejutan, Sandara
Hanya dengan menjentikkan jari, dan kebahagianmu sudah di tanggung=====
Selamat membaca. Aku benar-benar ingin menghidupkan imajinasiku tentang CEO kelas atas yang hidupnya rono rene ra mikir sepira duite.
Makasih udah baca chapter sebelum-sebelumnya. Aku mencintai siapapun yg berkenan membaca, meski tidak di vote. Really mean to me🙈
KAMU SEDANG MEMBACA
Break Our Gap (REVISI)
De TodoAlbert Putra Adiwira pemilik label design HIDE Corp dan terkenal sebagai seorang workaholic. Jatuh cinta kepada Sandara Permata Wilaga, seorang penyiar radio. Sebagai seorang pebisnis yang hidup dalam keluarga menengah ke atas tentu mempunyai dunia...