Putra POV
Menikmati hari bersama Dara adalah cita-citaku sejak dulu, tak pernah terbayangkan jika hari ini akan benar-benar terwujud.
Gadis yang sejak pertama membuatku terbius dari suaranya. Hingga keceriaan yang menular, keceriaan yang tak pernah aku miliki.
Dara mampu membuatku seolah tak butuh siapapun, disakiti olehnya pun aku masih baik-baik saja.Kami sedang menyantap sarapan dari hotel yang kami tempati. Senyumku mengembang, betapa Tuhan Maha Baik memberiku nikmat seindah ini. Nikmat melihat senyum antusiasnya saat membuka crroissant berisi krim vanila yang lumer. Ku sesap kopi hitam dicangkirku sesekali berdecak kagum kepada ciptaan Tuhan satu ini.
“Nanti lunch di Anjappar yaa”
“Eh kayaknya kulineran malam di China town asyik deh”
“Tapi kayaknya aku bakalan shoping ke ION Orchard deh habis itu”
Belum juga ku jawab pertanyaannya ia sudah nyerocos menyodorkan idenya. Otak jurnalis memang beda. Aku menyukai caranya meminta apapun padaku, asal tidak memintaku meninggalkannya, aku tentu bisa menurutinya.
Sebenarnya aku sudah mengatur makan malam, tapi sedikit was-was jika Dara tak akan mau. Dara tak menyukai candle light dinner, cewek setengah macho ini memang sedikit sulit untuk hal berbau romantis.
“Sayang sih kita besok pagi harus balik Indo lagi” katanya sedih
“Tenang.. kan bisa kapan-kapan lagi” aku mencoba menghibur, selain itu aku juga meyakinkan diri jika ke depan nanti aku akan selalu bersama Dara kemana saja.
###
Sore hari pasangan yang sedang dimabuk asmara ini asyik menyusuri River Safari. Sesekali tangan Putra merangkul pundak Dara yang sedang menikmati lezatnya gelatto mint kesukaannya sambil melihat satwa.
Siang tadi Putra membawa Dara untuk makan di Punjab Grill menikmati mewahnya bersantap siang ala rangkaian trip bisnis, lalu menuruti Dara meliarkan jiwa kekanakannya di The Bubble Tea Factory.
“Put” panggil Dara saat mereka sedang berjalan
“Hem”
“Putttt” Dara kesal
“Apasiih sayaang” Putra terkekeh melihat pipi Dara yang merona kesal.
“Baru aja dipanggil sayang.. pipi udah kayak dilumuri tomat sekilo” Putra menggoda Dara
“Ihhh nyebeliiin”
“Okee deh maap.. Kenapa Mbak Ndrull??... Apa?”
“Kamu yakin?”
“Yakin apanya??”
“Kamu yakin sama kita?” Tangan Putra yang berada di pundak Dara terasa menegang lalu terlepas.
“Maksud kamu apa? Kamu ga yakin?” Putra menegaskan dengan suaranya yang ia kontrol agar tak terlihat marah.
“Ya bukann gituuu.. masalahnyaa..” Dara berusaha menjelaskan
“Kamu masih ga percaya sama aku?? Aku bukan Narend.... aku enggak akan setega itu Dar.. jangan karena kamu diperlakukan buruk oleh satu laki-laki, kamu menganggap semua laki-laki sama.”
“Engg.. enggak gituu” Dara kaget melihat Putra yang tak paham dengan maksudnya dan mulai marah.
“Aku pikir kamu yakin nyerahin hati kamu.. aku nunggu kamu lama buat jadiin ini seyakin-yakinnya. Yang gak yakin kamu Dar. So, jangan bawa-bawa aku”
Putra berlalu mendahului Dara dengan langkah cepat penuh emosi, rahangnya mengetat, sementara Dara masih sibuk mencerna dan menerka maksud Putra tadi.
“Put dengerin aku duluu...” kata Dara setengah berteriak. Namun Putra sudah jauh dari pandangannya. Ia melihat punggung Putra yang terlihat sangat rapuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Break Our Gap (REVISI)
DiversosAlbert Putra Adiwira pemilik label design HIDE Corp dan terkenal sebagai seorang workaholic. Jatuh cinta kepada Sandara Permata Wilaga, seorang penyiar radio. Sebagai seorang pebisnis yang hidup dalam keluarga menengah ke atas tentu mempunyai dunia...