"Hubunganku dan keluarga gak bisa dibilang baik-baik aja”
“Hemm?” Dara mengalihkan pandangannya
“Aku terbiasa hidup dalam kesendirian. Papi yang keras, saklek, otoriter. Mami yang hobinya sama seperti kebanyakan istri pemilik perusahaan... Shoping, jalan-jalan, kumpul-kumpul arisan ga jelas. Masuk MIT di jurusan yang sama sekali gak aku pengen. Mendirikan perusahaan yang pada akhirnya harus jadi nomor sekian karena harus handle bisnis keluarga. Mungkin ini juga dulu yang dirasakan Papi...”
Aku menjeda ceritaku memperhatikan Dara yang sibuk melarikan tangannya mengusap lenganku, dan tau ga rasanya?? Beeuhhh.. nyaman.
“Kakek dulu mungkin juga begitu, makanya Papi juga lakuin hal yang sama. Aku dituntut masuk sekolah negeri bagus, dibandingin dengan masa mudanya, bahkan semua pencapaianku harus atas keinginan Papi. Lihat Jessei yang lebih kasihan, diumurnya sekarang yang baru 22 mau dijodohin sama anak rekan bisnis Papi”
Aku sudah tidak kuat melanjutkan ceritaku. Aku tidak ingin membebani Dara perkara hidupku, namun aku juga tak kuat menanggungnya sendiri, bawaannya tiap bertemu Dara, aku hanya ingin terus bercerita padanya, membagi keluhku.
Entah mengapa menemukan Sandara dalam hidup, membuatku yang tertutup dan penuh misteri menjadi ingin terbuka kepadanya. Aku memalingkan tatapanku saat Dara menatapku penuh kasihan, aku tak butuh kasihannya aku butuh kasihnya.
Ku ambil tangannya, ku bawa ke dadaku. Kami diam dalam keheningan yang sengaja kami ciptakan, hanya ada detak jantungku yang memburu dan Dara yang berpikir seribu cara untuk membuatku bertahan dalam hidup. Tugas Dara kini pasti berat karena mengenalku.
“Jessie sering ngeluh, minta aku nolong, dan goblok banget, aku ga bisa nolong Jessie, gak bisa nyelamatin nasib adik sendiri” Kataku selang beberapa saat, air mata yang mati-matian ku tahan akhirnya leleh.
Dara menarik tanganku untuk bangun dan bersandar di pundaknya. Ku genggam erat jemarinya sambil melanjutkan ceritaku.
“Masih bisa-bisanya aku mertahanin Hide dari pada Jessie.. Tapi bagaimanapun aku tak bisa apa-apa tanpa Hide. Aku tahu akibatnya kalau aku sampai ikut campur urusan ini.. Aku capek jadi anak mereka, Ndrull. Capek banget” Dara menganggukkan kepalanya tanda ia paham maksudku.
“Makanya aku ga mau jadi seperti Papi, aku gak bakal ngekang anakku kelak sebegitunya. Aku ga mau Ndrull.. aku ga mau sejahat itu”
Ku gelengkan kepalaku yang sudah tak bisa menahan laju air mataku. Aku terisak di pelukan Dara. Aku menjadi selemah ini dihadapannya.
“Kamu beruntung punya orang tua yang ngedukung kamu. yang nyerahin laju hidupmu di tangan kamu sendiri. Aku ga dapet itu, bahkan untuk berdiskusi pun aku gak pernah. Aku pengen kayak kamu”
“Kita punya kisah sedih masing-masing Put. Jangan menganggap yang kamu hadapi itu yang paling buruk” Dara mengusap lembut telingaku menenangkanku.
Tubuhku bergetar hebat. Mendesak ke arah Dara seperti mencari perlindungan dan kehangatan. Betapa aku menginginkan perempuan ini untuk terus menjadi orangku, orang yang mendukung dan mendorongku.
“Aku tahu kamu kuat, jadi yang hebat. Menangislah sebentar.. selepasnya bangkit lagi Put”
“Aku serius dengan kita Dar"
KAMU SEDANG MEMBACA
Break Our Gap (REVISI)
De TodoAlbert Putra Adiwira pemilik label design HIDE Corp dan terkenal sebagai seorang workaholic. Jatuh cinta kepada Sandara Permata Wilaga, seorang penyiar radio. Sebagai seorang pebisnis yang hidup dalam keluarga menengah ke atas tentu mempunyai dunia...