Royal Palace of Brussels (Palais de Bruxelles)
Setelah hampir 1 jam berada di restoran untuk mengisi perut mereka. Akhirnya kedua pasangan ini mulai mengikuti arahan Dara untuk menjelajahi Belgia dan mengambil beberapa gambar untuk kenang-kenangan.
“Coba tangannya Raka di saku”
“Yak oke..”
“Pandangannya lurus ke depan.. nais Jessie kedua tangan memeluk lengan Raka. Pandangan kagum kearah Raka. Okee terus bagus.. tahan. 1..2..3”
Dara masih mengarahkan lensanya mengatur pasangan yang sedang dimadu kasih ini.
Tak henti-hentinya Faisal menatap kagum kearahnya saat matanya menyipit memfokuskan retinanya untuk membidik momen Jessie dan Raka.
“Lepas ni kita yaa” goda Faisal yang langsung dihadiahi tatapan sebal dari Dara.
“Okey sekarang jalan ke depan dikit yuk kayaknya bagus, kita kasih bonus buat foto Jessie dan kamu sendiri-sendiri, Ka” kata Dara kepada Raka
“Ahh kakakku yang cantik dan baik memang t o p be ge te” girang Jessie mencubit pipi Dara
Dara dan Raka duduk di atas rumput di pelataran Royal Palace. Sementara Faisal sedang mengambil foto Jessie sendiri dengan arahan gaya yang ia buat.
“Kaget ya kak?” kata Raka menginterupsi Dara yang sedang menutup tumbler air minum yang ia bawa setelah menenggaknya sedikit.
Dara tersenyum sekilas, arah mata mereka nampaknya tertuju pada pusat yang sama. Jessie yang tengah berpose. Dara tentu tahu jika Raka pasti sudah mengerti Jessie yang selesai bercerita tentang apa yang terjadi kepadanya.
“Aku gak tahu harus gimana lihat kalian tiba-tiba begini”
“Hemm” Raka mengangguk mengiyakan
"Aku paham"
“Disisi lain aku bahagia Jessie terlepas dari perjodohan kejam itu. Tapi setelah mendengar pengakuan ini, aku kasihan sekaligus khawatir juga sama kamu. Mencintai seorang wanita yang tidak dikenal itu bukan hal yang mudah Rak, meskipun aku tahu jika kamu tidak akan membiarkan permainan ini menyakiti Jessie. Perbaiki niatmu, jangan hanya karena kamu kasihan sama Jessie lalu kamu kesampingkan kebahagiaan kamu”
Dara menoleh Raka yang masih tertuju kepada Jessie. Wanita itu tampak memegang kacamata hitam Diornya dan tersenyum menatap lensa Nikon yang dipegang Faisal.
“Aku sayang dia, setidaknya sebagai ibu dari anakku. Aku menjadi iblis sekaligus malaikat mungkin untuknya kak. Aku hanya berharap jika Tuhan akan berusaha memaklumi perbuatanku” jawab Raka terkekeh
“Kamu bahagia?” pertanyaan keluar dari mulut Dara, yang mengakibatkan Raka terdiam.
“Urusan itu nanti kak. Yang penting perusahaan Papa baik-baik saja. Nyatanya aku juga senang ada orang yang ngurusin kebutuhan aku, dari bangun hingga terlelap lagi”
“Ibuk bagaimana pas tahu?” Dara teringat kepada wanita baik yang pernah foto dengan menggunakan jasanya, Bu Diana, Ibu Raka.
“Shock... hehe.. Dua tamparan di pipiku. Sempat 2 minggu disita mobil sama ATM, sampai opname 4 hari. Kakak pasti gak tahu kalo Ibuku suka kalo kakak yang jadi istriku” ucap Raka seraya menoleh memperhatikan Dara yang menunpukan dagunya di lutut kirinya, Gadis itu terbelalak.
“Dapet brondong kayak kamu?” Dara bertanya penuh kekagetan dan sedikit tak percaya
“Aku cuma beda 2 tahun sama Kakak... Kalau ingat.. Kakak pakai pelet apa sih, pria Malaysia aja menatap Kakak kayak ingin nerkam gitu” goda Raka
Melihat kearah depan dapat Dara temukan Faisal sedang duduk menyandarkan punggungnya sambil menatap lurus kearah Dara. Sementara Jessie baru saja pamit untuk pergi mengangkat telefon. Segera Dara putuskan tatapan mereka, seolah menyangkal pernyataan Raka tadi.
“Terserah dengan cara seperti apa kamu akan menjalani hidup, Ka. Berbahagialah, bersama. Jaga anak-anak kalian. Maafkan Putra untuk hal terburuk itu. Aku tahu jika Putra tak akan mendapatkan maaf darimu. Tapi percayalah, seorang kakak pasti akan melakukan apapun demi kebahagiaan adik sematawayangnya. Egois banget. Mungkin ini takdir kalian.”
Dara meninggalkan Raka dan beranjak duduk di samping Faisal. Menyerahkan tumbler yang ia bawa.
Jessie POV
“Ya, Kak. Apa?” aku menyambut panggilan Kak Putra. Sedikit menjauh dari tempat mereka duduk
“Lagi dimana?” tanyanya
“Aku masih di Belgia, lusa baru mau pindah Paris.”
“Kok bisa ketemu Dara.?” Sudah bisa menabak jika kakak akan k perihal ini
“Panjang. Nanti aku ceritain kalo sudah pulang. Ini masih mau jalan sama foto-foto. Raka kenal Mbak Ndrull terus minta dia fotoin kita jalan-jalan.”
“Kasih handphone kamu ke Dara!!” kata kakak dengan nada tak enak.
Salahku juga yang terlalu senang dan mengirimkan foto Mbak Ndrull serta Mas Faisal ke Kakak.“Telfon sendiri lah.. kan Mbak Ndrull juga punya hp” jawabku ketus
“Oke. fine!” aku tersadar siapa kakakku dan seperti apa dia dalam mengambil sikap.
Aku menghampiri Mbak Dara yang sedang bercengkrama dengan Faisal. Ku beritahu jika kakak ingin bicara kepadanya. Jelas ekspresinya sudah bisa terbaca olehku, tatapan tajam, mengintimidasi, dan terkejut. Kombinasi devil yang pas, aku heran jika Mbak Dara dan Kakak ternyata bisa cocok begitu. Sama-sama diam tapi garang. Orang-orang demikian tampaknya sudah bisa membaca sikap satu sama lain karena memiliki sifat yang sama.
Jessi POV END
“Hallo..” Dara menyambut Putra disebrang sana
“Begini ya kelakuan kamu kalo ga ada aku..." Dara terkejut bukan main, pasalnya baru saat ini Putra menelfonnya lagi.
"Kamu tu cewek apaan... Setajir apa dia? Gaul? udah ngapain saja? Tidur haaa? Jawabb!!”
Dara menjauhkan handphone milik Jessie menjauh daun telinganya. Putra membentak di seberang sana kepadanya. Mengatainya sesuka itu. Tanpa memberi waktunya untuk berbicara.
“Gimana mau jawab..” kata Dara pelan yang langsung diserobot oleh Putra lagi.“Dasar murahan.. bisa ga sih kamu hargain hati aku?.. gatel banget ya. Mulai sekarang tinggalin aja aku!!”
Dara memejamkan matanya, berharap rasa pedih yang hadir setelah kalimat kejam itu hanya lewat saja dan berlalu. Belum sempat ia menjelaskan apapun, bahkan bertanya kabar Putra di sebrang sana ketika telefon itu ditutup. Dara tak pernah berpikir jika Putra akan sekanak-kanakan ini.
Satu air mata lolos dari pelupuk yang masih ia pejamkan paksa. Perih sekali. Dara tidak menyangka jika Putra benar-benar menunjukkan sisi itu kepadanya. Kepala Dara seketika berat, seperti dihujani beton besar. Ia tertunduk melepaskan handphone milik Jessie dari telinganya.
“Maaf mbak. Aku cuma ingin kakakku sadar, kalo dia harus berjuang buat Mbak” ujar Jessie dari belakang tubuhnya, wajahnya sudah dibanjiri air mata. Sementara Raka memeluk pundak Jessie dari samping.
“Gini ya caranya? Aku disini jauh-jauh buat nuntut ilmu.. semurah itu ya aku... Aku ga kayak keluarga kalian yang mau meminta ini itu sudah tersedia. Aku ga butuh diambil peran dalam keluarga kalian. Kamu mikir ga rasanya aku bagaimana? sehina itu aku di mata kakak kamu.”
Dara berlalu mengambil tas yang dipegang Faisal. Sahabatnya tampak mematung, tidak ingin ikut campur terkait perkaranya.
“Com balik la” kata Dara pada Faisal
“Tenang saja, fotonya tetap aku kirimkan ke email kalian. Happy Honeymoon. Maaf cuma bisa sampai sini nemenin kalian” kata Data tegas dan segera berlalu.
KECEWA
Perasaan kesakitan luar biasa terhadap perlakuan orang terhadap kita yang tidak terduga sebelumnya. Itulah yang dirasakan Dara saat ini.
Dara tak pernah berpikir jika Putra akan memperlihatkan diri seburuk itu padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Break Our Gap (REVISI)
De TodoAlbert Putra Adiwira pemilik label design HIDE Corp dan terkenal sebagai seorang workaholic. Jatuh cinta kepada Sandara Permata Wilaga, seorang penyiar radio. Sebagai seorang pebisnis yang hidup dalam keluarga menengah ke atas tentu mempunyai dunia...