-Dua hari kemudian-
Sejak peristiwa interogasi di rumah Dara, ia dan Putra tidak bersua bahkan sekedar di ruang chatting. Dara menyibukkan diri dengan membantu bapaknya di Blazt, ia berniat menyudahi hubungannya dengan Narend.Hari ini ia akan bertemu Narend di kedai kopi dekat rumah Dara. Bahkan Dara berjalan kaki dengan sandal jepit rumahan dan celana training serta kaos oversize kesayangannya.
Dara bukan tipe orang yang akan lari dari masalah. Ia lebih suka mendengar pengakuan, permintaan maaf, dan penyelesaian dari masalah tersebut.
Hanya dengan Putra saja ia yang nampak sedikit malas memperjelas semuanya.Ia memesan green tea latte, saat melihat Narend yang menunggunya di lantai dua kedai tersebut.
"Dar aku minta maaf" Narend membuka percakapan mereka
"Yaa. udah aku maafin" Sandara terlihat menyesap green tea lattenya
"Aku dijodohin" Dara terlihat hanya mengangguk tanda ia paham
"Aku.. Aku" Narend tidak bisa menjelaskan
"Aku apa?" Dara mulai emosi sementara Narend hanya terdiam
"Kalo aku ga dateng, pasti sudah beda cerita ya. Memang dari awal kayaknya kamu ga pernah serius dengan hubungan kita. Bodoh banget sih gue, harusnya gue tahu, kaca yang hancur tidak akan pernah utuh meskipun diperbaiki oleh orang yang menghancurkannya."
"Ga begitu dar. Aku baru mau jelasin"
"Ternyata makin dewasa malah makin brengsek ya. Gue udah kayak orang paling tolol. Udahlah. Kita selesai ya ini. Thanks buat permainanya. Happy wedding sekali lagi, jadilah yang sempurna untuk Tsura, cukup gue yang lo buat gini"
Sandara meninggalkan Narend yang masih terdiam menyesali semuanya. Bagi Sandara memang tidak ada yang harus diperbaiki. Dari awal ia yang bodoh, semua sudah terjadi, mereka memang tak jodoh. Yaaa sudah, tidak ada lagi yang harus dibicarakan memang.
Dara kembali kerumahnya, berjalan kaki. Sambil memasang earphone ditelinganya.
Jessie calling
"Ya Jess..""Kakak sakit mba." Suara Jessie memelas
"Terus?" Dara sejujurnya sungguh sedang tidak ingin bertemu Putra. Ia butuh waktu sendiri. Pria itu juga membuatnya sangat pusing, dan sangat buruk untuk kesehatan jantungnya.
"Kayaknya butuh mbak deh" Sandara malah terkekeh
"Ngaco lo. Suruh istirahat. Lo rawat. Dirumah kan?"
"Di RS." Sandara sedikit tersentak
"Opname?"
"Butuh support ini mbak"
"Nyokap lo disitu gak?" Dara bertanya setelah berpikir lama
"Engga mami nemenin papi dinas, kemarin habis dari sini berangkat. Manja banget ini kakak"
"Ck.. baru tahu loo"
"Ayolahhh mbak"
"Hemm"
-VIP room, RSPAD Gatot Subroto -
"Tuh yang ditunggu dateng, aku duluan ya" Sandara kebingungan melihat Jessie yang malah beranjak pergi"Mau ganti baju aku, jaga tu bayinya mbak"
SANDARA POV
Aku baru datang di jam jenguk sore saat Jessie pamit pulang, aku duduk di kursi dekat ranjangnya. Putra terlihat lemas, wajahnya pucat dan sayu. Di tangan kirinya terpasang infus. Ku perhatikan tubuhnya yang sedikit kurus."Magh plus asam lambung, darah rendah, pusing, batuk, flu, tifus" ia berkata seolah menjawab pertanyaanku
Ku letakkan setoples kacang almond yang sudah ku oven dengan sedikit margarin. Juga strawberry, kiwi dan nanas yang sudah ku keringkan. Aku yakin dia juga butuh cemilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Break Our Gap (REVISI)
DiversosAlbert Putra Adiwira pemilik label design HIDE Corp dan terkenal sebagai seorang workaholic. Jatuh cinta kepada Sandara Permata Wilaga, seorang penyiar radio. Sebagai seorang pebisnis yang hidup dalam keluarga menengah ke atas tentu mempunyai dunia...