Night in Private Rooftop

259 22 3
                                    

"Kai jarang seperti ini"

Jungkook berjalan dan sesekali membelai bulu halusnya Kai, "Maksudnya?"

"Dia tidak pernah dekat dengan manusia selain pada orang yang dekat dengannya. Dia jarang sekali mau menghampiri seseorang dan nyaman di gendongan seseorang"

"Dia persis sepertimu" kata Jungkook

"Maksudnya?" Kini giliranku untuk berkata demikian.

"Kamu juga tidak pernah dekat dengan manusia selain pada orang yang dekat denganmu"

"A- aku tidak pandai bersosialisasi sepertimu"

"Tenang saja. Aku juga demikian"

"Di mata Kai, mungkin kamu terlihat seperti seorang malaikat"

"Tadi waktu aku kesini, aku sempat ragu dan khawatir jika Kai akan terus menggonggong kepadaku tapi-...... WAH JINJJA YEPPEUNDA" Jungkook menjeda kalimatnya setelah aku membuka pintu kusam itu. Ya, pemandangan US sangatlah indah jika dilihat dari sini.

"Aku sekarang tak heran mengapa kamu menyukai tempat ini" Jungkook menaruh bawah Kai, dan langsung berlari untuk melihat pemandangan dari dekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku sekarang tak heran mengapa kamu menyukai tempat ini" Jungkook menaruh bawah Kai, dan langsung berlari untuk melihat pemandangan dari dekat.

"Wae? Jungkook-ah.. Wae? Kau menangis? Jungkook ah?"

Jungkook mengusap air matanya. Aku tahu dia menangis. Tapi dia sengaja menutupinya dariku, "Tidak. Aku hanya terkejut melihat ini"

"Jangan menangis kau jelek"

"Ish siapa yang menangis"

"Duduklah diayunan ini" aku menunjuk kesebuah ayunan rumahan yang cukup untuk sekitar 3 orang. Dan lagi lagi, kai menghampiri Jungkook layak dia adalah majikannya.

"Oh jadi kalian sudah akrab ya.."

"Kita akrab kan Kai?" Tanyanya ke Kai

"Nikmatilah suara alam ini. Suara mobil yang terdengar kabur. Kicauan burung malam hari. Suara keheninan malam dan lain lain. Lama lama kau akan termenung dan memikirkan kesalahan besarmu"

"Mengapa memikirkan kesalahan besar?"

"Banyak orang yang berpikiran jika tidak ada gunanya memikirkan kesalahan lama kita karena itu akan mengungkitr ungkit emosional kita.Tapi hal itu berbanding terbalik dengan pemikiranku. Jika aku tidak intropeksi diri atas kesalahanku dahulu, suatu saat peluangku untuk melakukan kesalahan besar itu akan kembali lagi"

"Jennie-ya... Kesalahan besarku selama ini adalah melewatkan kesempatan emasku untuk memilikimu"

"Apa?"

"Boleh aku jujur denganmu? Aku mencintaimu sejak awal kita bertemu"

"Mwo?!"

"Tapi harapanku musnah ketika Jongin- Aigo apa yang kubicarakan"

"Apa yang kau bicarakan? Jongin?"

"Seharusnya aku menyatakan perasaanku dihari sebelum kau kenal dengan Jongin. Aku telah melewatkan kesempatan emas itu dengan sia sia. Ah lupakan saja. Aku tidak berharap kamu menerimaku atau tidak. Tapi kumohon jangan tinggalkan aku"

"Apa yang kamu bicarakan kook?" Aku bingung dengan apa yang dikatakan Jungkook

"Jika saja aku tidak pergi ke toilet waktu itu, kamu tidak akan berkencan dengan brengsek itu"

"Jungkook-ah mianhe.."

"Sudahlah pikirkan yang senang senang saja. Kamu tidak pernah membuat kesalahan padaku"

"Kenapa kamu tdk mengatakannya sejak awal?! Sebenarnya aku menyukaimu tapi Aku terlanjur jatuh hati padanya"

"Mianhe.. Sudahlah takdir adalah takdir"

"Jungkook-ah mianhe"

"Tidak ada yang salah Mandeuki.. Aku hanya ingin kamu bahagia Jen walau tidak bersamaku"

Apa yang harus kukatakan sekarang.. Sebenarnya, akhir akhir ini aku tertarik pada Jungkook. Aku mungkin bisa dibilang jatuh cinta padanya. tapi, seperti yang dia katakan takdir adalah takdir. Tidak apa jika takdir memisahkan kita dalam hal percintaan. Tapi tuhan, kumohon aku hanya ingin bersama Jungkook. i feel comfort with him. Aigoo.. Sudahlah kau seharusnya bahagia sekarang, bkan sedih seperti ini.

MAlam yang sungguh tidak kuduga ini membuatku hangat. Sangat hangat. Kuma-ya, Welcome to this mini family. Hanya dengan melihat Kai dan Jungkook bermain bersama cukup membuatku puas. Senyumannya yang membuatku terkadang lupa dunia itu membuat hidupku ini makin sempurna. Aku tidak mengharapkan lebih kepada Jungkook. aku hanya ingin bersamanya dalam jangka waktu lama.

"Jennie-ya?" Kata kata itu sukses membuat seluruh lamunanku buyar.

"Ya?"

"Aku masih punya hadiah satu lagi"

"Hadiah?"

"Kau tahu ini sweet seventeen kan? Banyak hadiah yang harus kau terima"

"Jungkook-ah ini semua sudah banyak"

"YA! Kamu masih menerima 4 hadiah dan kau bilang ini banyak?"

"Aku tidak butuh hadiah, yang kubutuhkan hanyalah kebahagiaan"

"Jennie-ya... Kumohon terima ini. Aku jamin kamu akan bahagia setelah kamu membukanya"

Aku melihat mukanya sejenak. Dengan ekspresi memohon sepeti ini, dia terlihat bukan seperti Jungkook yang cuek diamata banyak orang

"Waeyo? Mengapa kamu melihatku seperti itu? Aku tampan kan?" Ia merasa salah tingkah

"Hehehe iya.sangat tampan. Gomawoyo. Jinjja Gomawo"

"Tampan aku atau Jongin?"

Seketika tawaku hancur. Mendengar namanya saja cukup membuatku merinding. Tiba tiba hal yang tak terduga pu terjadi kembali. Dia memelukku.

"Aniya.. Mianhee... Aku tahu kamu pasti masih sakit dan masih tidak bisa move on darinya. Aku tahu kamu pasti masih menyukainya kan? aku tidak bermaksud untuk-"

"Tidak apa apa kook"

"Buka kotak nya"

"Hana dul set- WHAT THE?"

"Hana dul set- WHAT THE?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[1] Cinderella complex {END} | Jenkook 💛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang