Vote dan komentar kalian jangan lupa!❤️😊
***Tok Tok
"Assalamu'alaikum Bu..."
Kaina mengetuk pintu ruangan terkutuk itu dengan malas, tak lama wanita paruh baya dengan kacamata hitam kotak yang bertengger di hidungnya tersenyum lalu menyuruh gadis itu masuk.
"Tadi saya ada dengar dari Helen Ibu manggil saya, ada apa ya Bu?" tanya Kaina sopan.
Kaina meremas rok yang ia kenakan menggunakan sela-sela jarinya.
Pembina OSIS sekaligus guru mata pelajaran Sejarah di sekolahnya tersenyum. Bangkit dan mengambil satu tumpuk kertas putih yang sudah tercantum label nama sekolahnya. Kaina menatap kertas itu dengan seksama, dengan nafas yang tercekat.
Lagi? lirihnya dalam hati.
"Kaina, Ibu minta tolong antarkan surat endaran ini ke dua belas MIPA dua." Bu Wiserni menatap wajahnya dengan lembut.
Namun, terlihat menyebalkan di mata semua siswa di sekolah ini. Termasuk Kaina.
Kaina hanya mengangguk patuh, lalu menatap tumpukan kertas itu dan membawanya setelah izin pamit keluar.
Saat di luar Kaina menghela nafas lelah. "Ayo semangat Ches you can do it!"
Tak lama ada tepukan tepat di sebelahnya, membuat gadis itu menoleh dan menatap Galang dengan pandangan bertanya.
"Lo mau ke mana?" tanya Galang dengan menatap ke arah tumpukan kertas di tangan mungil Kaina.
Kaina mengerjapkan matanya, ketika Galang tiba-tiba merebut bawaan di tangannya dengan cepat. Kaina menatap kesal Galang yang juga menatapnya dengan tatapan datar.
"Gue aja yang bawa, emang tuh Nenek-Nenek nyusahin aja!"
Galang berjalan dahulu meninggalkan Kaina yang mematung. Namun dengan sadar gadis itu berlari kecil, menyamakan langkahnya dengan Galang.
"Emangnya Kak Galang tau di mana kertas itu harus di bagi?" tanya Kaina dengan wajah menggemaskan.
Hingga Galang yang menatap Kaina dengan ekor matanya dengan kagum melihat wajah timur itu. Galang menunjukkan kertas dengan bacaan XII - MIPA 2.
"Lo lupa ya Kai? Ini tuh kelas gue." jawab Galang dengan nada menekan.
Kaina langsung menganggukan kepala.
Sesampainya di kelas Galang, seluruh anak-anak hening dengan kedatangan cowok itu. Terlebih di belakangnya, Kaina mengekor dengan wajah menunduk ketika semua tatapan anak-anak di kelas itu ke arahnya.
"Woi, ini ada edaran tentang pengumuman simulasi pertama. Jadi lo pada harus kasih ini ke orang tua kalian, biar mereka tau anak-anaknya bakal pulang cepat kalau lagi simulasi!"
"Apalagi kalau yang sampai telpon ke sekolah, bilang anaknya belum pulang ke rumah. Awas aja lo padaan!" ancam Galang dengan nada serius.
Matanya, menatap satu persatu teman-teman kelasnya yang terdiam saat sang presiden kelas mereka berbicara.
Namun, tidak untuk barisan para cowok di belakang sana. Kaina menatap mereka dengan kesal. Tiga orang cowok yang sedang bermain game dengan ricuh. Dengan sigap Kaina datang ke arah mereka dengan wajahnya yang datar.
"Maaf kak mohon perhatiannya sebentar, ini ada pengumuman penting buat angkatan kalian."
Kaina menatap kesal mereka yang sedang sibuk menunduk memegang ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaidan [HIATUS]
Teen FictionJUDUL SEBELUMNYA "KAINA" Kamu ibarat penenang namun menyakitkan, sama saja seperti air dan minyak tidak bisa bersatu. Yang aku tahu, riak air yang dibawa oleh ombak ke pesisir pantai hanya singgah sementara lalu kembali ke lautan. "Kai, seandainya...