Jangan lupa pencet tombol bintang di pojok kiri bawah❤️
***
"Psssstttt ... pssssttt ...." seseorang mendesis membisikan sesuatu dari seorang gadis yang sedang tersenyum.
Kaina tidak sadar, bahwa di belakangnya ada Galang yang sedang bersembunyi di balik dinding.
"Loh kak Galang ngapain di situ?" Kaina berjalan ke arah Galang.
Galang memberi kode agar Kaina tetap diam di tempat, tapi Kaina malah terus berjalan.
"Hah kenapa Kak?"
"Kaina kamu pergi aja jangan di sini," Galang berbisik kepada Kaina yang berdiri di depannya.
Kaina mengernyit dahi bingung. "Kenapa?"
"Lagi ngumpet dari Bu Wiserni, sana kamu balik!"
Kaina mengangguk mengacungkan jari jempol lalu pergi dari taman.
Galang menghela nafas lega, lalu duduk di tempat tadi Kaina duduki dan mengambil sebatang rokok.
"Huh! Untung aja Kaina udah pergi ...." gumamnya sembari menghisap rokoknya.
(A/N: Abaikan tattoonya ya!)
Di balik pintu Kaina terkejut, dengan mulut yang ditutup menggunakan tangan kanannya melihat Galang.
Ja-jadi kak Galang perokok aktif? lirih Kaina tidak menyangka lalu meninggalkan tempat itu.
- oOo -
"Hai Aidan!" sapa seseorang dari belakang saat Aidan sedang mengunyah baksonya.
Aidan tidak menoleh, tetap melanjuti acara makannya.
"Hai Aidan!" sapa orang itu lagi membuat Aidan langsung memutar kepalanya ke kiri.
Seorang gadis sedang tersenyum genit ke arahnya, alis yang dilukis serta bibirnya yang cetar membahana dengan liptint merah menambah kesan merona bibir itu.
Siapa sih dia?
Aidan kembali melanjutkan makannya tanpa memperdulikan orang itu yang sedang menatapnya memuja.
Risih banget gue! jerit Aidan dalam hati.
"Aidan kenalin nama gue Bela," gadis itu mengulurkan tangannya.
Aidan mendengkus lalu membanting sendoknya dengan kesal.
"Lo buta ya? Gue lagi makan!" bentak Aidan membuat wajah Bela berubah jadi terkejut.
"So-sorry Dan kalau gue ganggu kalau gitu gue pergi,"
Setelah gadis itu pergi, Aidan kembali melanjutkan acara makannya yang tertunda. Hingga Bara datang dengan wajah berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaidan [HIATUS]
Teen FictionJUDUL SEBELUMNYA "KAINA" Kamu ibarat penenang namun menyakitkan, sama saja seperti air dan minyak tidak bisa bersatu. Yang aku tahu, riak air yang dibawa oleh ombak ke pesisir pantai hanya singgah sementara lalu kembali ke lautan. "Kai, seandainya...