Jangan lupa pencet tombol bintang di pojok kiri bawah❤️
***"Kaina?" panggil seorang wanita dari belakang.
Kaina merutuki kebodohannya, padahal ia sudah berjalan mengendap-endap seperti seorang pencuri. Namun, wanita itu selalumudah mengetahui Kaina melewati ruang guru.
"Eh, ada Ibu ... ada apa ya Bu?" Kaina menatap wanita di depannya penuh harap.
Plis hari ini gue gak mau nugas dulu. harapnya dalam hati.
Wanita itu tersenyum, seraya memegang pipi Kaina. Beliau telah menganggap anak-anak cerdas dan teladan seperti Kaina adalah anaknya sendiri.
"Ibu mau kasih kamu uang, kemarin pas acara seminar antar sekolah belum sempat kasih bagian buat kamu." ujar Wanita itu seraya tersenyum.
Kaina merasa tidak enak hati sekarang, karena sudah memikirkan yang tidak-tidak dengan wanita itu.
"O-oh itu Bu ... saya gak tahu hehe,"
"Iya teman-teman kamu sudah dapat jatah langsung dari Donatur. Untuk kamu, Ibu yang pegang sendiri seperti biasa ayo ikut Ibu!"
Kaina mengikuti Bu Wiserni dari belakang, ia menghela nafas lega. Untungnya gadis itu sendirian, jika ada Helen ia akan meminta jajan oleh Kaina.
Bukannya tidak ingin memberikan, namun terkadang ia tidak enak oleh Bu Wiserni nanti akan memberikan uang pribadinya kepada Helen juga.
Katanya. "Gak papa kan Helen anak baik, suka bantu Kaina buat proposal yang ibu suruh juga kan?"
Hanya, anak itu orangnya sangat jujur dan sedikit tidak tahu malu. Apalagi Helen termasuk jajaran anak orang kaya juga, bukannya berlebihan tapi Helen selalu rendah diri dan menyangkal hal tersebut.
Kaina beruntung memiliki satu sahabat yang baik seperti Helen, walau kadang menyebalkan.
"Ini ya uang kamu," Bu Wiserni memberikan amplop putih untuk Kaina.
Kaina menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih, Bu!"
"Sama-sama Nak, kalau gitu simpan uangnya dan segera kembali ke kelas ya. Ibu mau ngajar di kelas dua belas MIPA dua dulu." Bu Wiserni berdiri seraya meninggalkan Kaina yang berpikir.
"Dua belas MIPA dua, bukannya itu kelas Aidan?" gumam Kaina dalam hati seraya keluar dari ruang guru.
Kaina melirik ke atap. "Apa gue harus ikutin saran Helen ya?"
Kaina menggelengkan kepala. "Ah gak tau deh gue pusing!"
Gadis itu berjalan menuju kelasnya, sampai tidak sadar bahwa ia sedang diperhatikan oleh seseorang.
"Udah caper sama guru, gatel sama anak baru juga lagi!" gerutunya seraya meremas rok yang ia kenakan.
- oOo -
Kaina menatap heran dua sejoli di depannya, lalu menatap sampingnya seperti menghitung jumlah mereka.
Hanya ada empat orang, Kaina merasa ada yang kurang di antara mereka berempat.
"Lo kenapa sih Kai?" seru Helen dengan wajah kesal dengan tangan menunjuk Kaina menggunakan sendok.
Kaina menggelengkan kepalanya, sementara Bara tersenyum singkat seakan tahu apa yang Kaina cari.
"Dia emang gak jelas, udah diemin aja." seru Jeno yang berada di samping Kaina membuat gadis itu menginjak sepatu kets Jeno dengan ganas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaidan [HIATUS]
Teen FictionJUDUL SEBELUMNYA "KAINA" Kamu ibarat penenang namun menyakitkan, sama saja seperti air dan minyak tidak bisa bersatu. Yang aku tahu, riak air yang dibawa oleh ombak ke pesisir pantai hanya singgah sementara lalu kembali ke lautan. "Kai, seandainya...