Jangan lupa pencet tombol bintang di pojok kiri bawah❤️
***Deretan kue baru saja ditaruh pada etalase tembus pandang. Rasanya, Kaina sangat senang karena bisa kembali berkarya dengan bahan-bahan hingga menjadi potongan kue yang lezat.
Sudah sebulan Kaina kembali mengambil alih cafe milik abangnya. Bahkan, semakin banyak pengunjung yang datang hingga Kaina merasa kewalahan.
Mengingat Kenzo, cowok judes itu sedang sibuk-sibuknya dengan tugas menumpuk. Malah Kenzo sangat suka berada di negara kanguru sana.
Tring tring
"Selamat datang di cafe kami." sapa Andi ramah saat beberapa orang masuk ke dalam.
Kaina melirik sedikit, tersenyum saat pelanggan mengambil pesanan mereka.
Tak lama mimik wajah Kaina membeku, melihat sosok wanita berdiri di depannya.
"Ma-mami ...." lirih Kaina melihat wanita itu tersenyum kepadanya.
Seorang wanita mengenakan hijab berdeham menyadarkan mereka berdua.
"Loh? Bunda Yanti? Kenapa bunda di sini?"
"Hai Kaina sayang, saya ke sini sama Mami kamu."
Ucapan itu seakan membuat kaki Kaina melemas, menatap Yanti dengan tatapan tak percaya.
"Kai, sini gue aja yang gantiin." ujar Andi sepertinya tau suasana menegangkan di sini.
Kaina mengangguk. "Thanks Ndi."
"Urwell, sana gih ada tamu juga."
- oOo -
"Jadi, ada apa?" Kaina menatap mereka dengan datar.
Tidak ada senyuman atau sentuhan hangat, yang biasanya Kaina berikan untuk wanita berkerudung hitam itu. Bundanya Galang.
Ingatkan Kaina, bahwa rumah Galang dan rumah papinya satu komplek. Jadi mereka seakrab itu, karena memang Galang teman kecil Kenzo. (A/N: Baca part 1-2)
"Ternyata anakku udah besar ya." pujian itu berasal dari wanita di samping Yanti.
Tangan Kaina mengepal sekuat-kuatnya, gadis itu sangat benci senyuman yang dulunya hangat. Sekarang, Kaina menganggap itu hanyalah basa-basi saja.
Tuhan, tolong hamba. mohon Kaina dalam hati.
Wanita itu menatap Kaina dengan tatapan sendunya. "Chesya, Mami ke sini mau minta maaf sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaidan [HIATUS]
Teen FictionJUDUL SEBELUMNYA "KAINA" Kamu ibarat penenang namun menyakitkan, sama saja seperti air dan minyak tidak bisa bersatu. Yang aku tahu, riak air yang dibawa oleh ombak ke pesisir pantai hanya singgah sementara lalu kembali ke lautan. "Kai, seandainya...